Thursday, September 30, 2010

Haier CE100 Dengan NetworkManager

  No comments
Bulan April yang lalu aku membeli modem USB Haier CE100 DualBand CDMA 2001x / EVDO. Dari hasil googling ada seorang Linuxer yg berhasil memakai modem tersebut pada Ubuntu 9.04, tentunya dengan bantuan wvdial dan menurutnya bisa juga di dial lewat NetworkManager. Dengan harapan bisa langsung dipakai dengan NetworkManager aku masukin ke port USB, muncul notifikasi modem CDMA dikenali, konfigurasi provider lalu klik connect. Sembari menunggu sebentar kemudian muncul notifikasi bahwa modem disconected, setelah downgrade versi NetworkManager pun tidak membuahkan hasil.

Akhirnya menyerah juga, wvdial pun menjadi solusi terbaik, sedikit modifikasi /etc/wvdial.conf dan /etc/ppp/options serta udev rules untuk meng-eject otomatis cdrom virtual sehingga modem pun bisa dipakai. Sejak saat itu Arch Linux ku bisa terkoneksi ke dunia maya. Dengan cara yang relatif sama aku terapkan di Ubuntu 9.04, Linux Mint 8 dan openSUSE 11.2 serta openSUSE 11.3.

Beberapa hari yang lalu aku iseng-iseng memakai NetworkManager dengan antarmuka Network Management Plasmoid di KDE SC 4.5.x dan hasilnya ternyata diluar dugaan, sekarang sudah bisa digunakan dengan NetworkManager. Usut punya usut setelah melihat log pacman, pada akhir bulan Agustus kemarin terjadi update paket NetworkManager versi 0.8.1 dan ModemManager 0.4.

Bukannya wvdial tidak terpakai lagi, tapi lebih cenderung berfungsi sebagai cadangan ketika harus melakukan koneksi lewat antarmuka console. Oh ya, sebenarnya NetworkManager juga memiliki antarmuka berbasis console yaitu cnetworkmanager.



Namun ada sedikit masalah, kadang NetworkManager terhubung ke ttyUSB2 yang seharusnya ke ttyUSB0 yang berakibat tidak bisa dipakainya modem. Solusinya sederhana tinggal cabut modem, masukkan ke port lagi atau port USB yang lain. Trik sederhana lain yang bisa dipakai adalah memasukkan modem saat tepat sebelum booting (saat menu GRUB tampil), bisa dipastikan terhubung ke ttyUSB0. Masalah lain yang jarang terjadi adalah tidak munculnya ttyUSB1 dan ttyUSB2, solusinya cukup restart. Kemungkinan terdapat bug di udev atau options.

Bagi pengguna KDE SC, Network Management Plasmoid dan KNetworkmanager biasanya terintegrasi dengan KWallet, fungsinya kurang lebih menyimpan secara aman konfigurasi modem, dan yang mungkin sedikit mengganggu adalah jika KWallet belum aktif akan diminta memasukkan password guna membuka KWallet.

Thursday, September 9, 2010

Faktor M

  2 comments
Wah rupanya udah lama ga menulis di blogq ini, halangan yang berupa faktor m, yaitu males, hehe.,. Bukannya kehabisan ide, tapi malahan ada beberapa hal yang ingin q tulis namun ga kesampaian. Bulan Agustus yang dinanti-nanti telah terlewatkan, setidaknya ga terlambat untuk di tulis, walaupun sekarang udah September.,.

KDE SC 4.5.x

KDE Software Compilation 4.5.0

Rilis yang cukup diantisipasi walaupun KDE SC 4.5.0 terdapat bug-bug yang terlewatkan dari release candidate, untungnya rilis minor bulanan KDE SC 4.5.1 menambalnya. Hampir tidak ada fitur baru yang ditambahkan, melainkan menstabilkan code yang sudah ada dan menyesuaikan tampilan. Yang paling aq suka adalah area notifikasi yang baru, menurutq lebih efisien dari pada area notifikasi yang lama, ditambah dengan icon monochrome di systray terasa cocok dengan tema Air. Namun sayangnya ga semua icon di systray monochrome beberapa aplikasi KDE dan Gnome masih menggunakan icon yang sudah ada. Mungkin ada yang menyukai Web Browser berbasiskan WebKit, sekarang Konqueror bisa memakai engine WebKit. Perubahan yang lainnya tidak begitu tampak secara fisik. Secara keseluruhan I LOVE IT

Arch Linux dengan KDE Software Compilation 4.5.1


Distro
openSUSE 11.3

openSUSE 11.3 saat menjalankan ESET NOD

Beberapa minggu sebelum KDE SC 4.5.0 dirilis, distro openSUSE juga merilis versi terbarunya yaitu openSUSE 11.3. Sebagai mantan pengguna openSUSE, ga ada salahnya mencoba hasil racikan distro bermaskot bunglon ini. Karena males *lagi*, aq mengunduh CD KDE4 Live yang berukuran sekitar 700MiB. Walaupun males, aq masih memiliki kesabaran menunggu unduhan selesai. Selidik punya selidik ternyata aq pelupa juga, ga inget ato pura-pura ga inget kalo DVD Combo laptopq udah tiada, baru inget ketika unduhan udah selesai *duh*.,.

Ga kurang akal, aq coba aja make UNetBootin, terpaksa korban USB Flashdisk Kingstone 1GiB q. Ga lama kemudian proses nulis imagenya selesai, saatnya reboot. Pilih boot ke USB Flashdisk dan.,. *deenk* Grub error

Masih kurang terima lagi, ngubek-ngubek google sampai akhirnya ketemu solusi lain, yah bisa dibilang mirip-mirip UNetBootin, aplikasi ringan bernama openSUSE Image Writer. Tinggal seret iso nya ke aplikasi tersebut, tapi.,. seperti yang aq bilang dari awal terpaksa harus korban USB Flashdisk karena secara otomatis partisi FAT yang lama dihancurkan, dan dibuat dua partisi baru, partisi root dan home. Ya sudah lah udah terlanjur nyeret iso nya tadi, mana ga ada undo lagi.

Dengan tanpa penyesalan aq reboot, boot ke USB Flashdisk dan *viola* YaST installer menunggu untuk dieksekusi. Reformat partisi tempat bersemayamnya openSUSE 11.2 dan instalasi dimulai sampai sukses.

Lho ga ada reviewnya? Hm apa yah.,. openSUSE 11.3 masih memakai KDE SC 4.4.x tapi dengan tambalan di sana sini, maklum lah kebanyakan developernya merangkap sebagai developer KDE juga. Sebaiknya di liat di situs nya saja langsung, udah ada penjelasan fitur-fitur baru pada rilis tersebut *dengan alasan males pula*

Update: Satu hal yang cukup mengganggu untuk rilis kali ini adalah driver vga di set default ke fbdev bukannya vesa, akibatnya tampilannya tidak begitu bagus. Untungnya cukup mengedit konfigurasi X.org, vesa pun bisa dipakai. Dan sialnya kompilasi manual driver openchrome pun gagal. openchrome dikhususkan untuk vga berbasis via, sedangkan untuk vga lainnya mungkin tidak ada masalah berarti. Namun sial untuk temanq yang memakai vga intel karena selalu freeze setelah dipakai beberapa lama. Ada apa dengan X.org openSUSE?

Ubuntu 10.04 dan Linux Mint 9

Ubuntu 10.04

Mundur beberapa minggu sebelumnya dirilis Ubuntu 10.04 yang kemudian disusul Linux Mint 9. Berhubung bukan fans berat, bingung mau nulis apa.,. yang jelas dibandingkan Ubuntu 9.10, Ubuntu 10.04 bener-bener solid dengan integrasi desktop yang baik. Lalu gimana dengan Linux Mint, ga jauh-jauh beda kok dengan banyak tambalan disana-sini menjadikannya patut dicoba. UNetBootin membantuq dalam hal instalasi via USB Flashdisk. Pokoknya keren abis de.,. *kehabisan kata-kata*

Update: Secara ga sengaja, aq memperhatikan aktifitas sistem saat mem-backup data (seperti gambar diatas), "bug" yang selama ini menghantuiq tidak ada pada rilis ini. So what exactly happen? Ketika melakukan operasi menyalin/memindah data dari dan ke harddisk atau flashdisk serta sebaliknya menyebabkan penggunaan CPU hingga 100%. Akibatnya sistem menjadi kurang responsif, sangat menganggu memang. Sialnya dari semua distro yang pernah q coba memiliki perilaku yang sama, kecuali Ubuntu 10.04. Ga ada salahnya menunggu Ubuntu 10.10 yang akan dirilis beberapa hari lagi.

Chakra GNU/Linux

Proyek Chakra resmi berpisah dari Arch Linux

Sepeninggalnya om Jan Matte, pimpinan proyek diambil alih om Phil, dan melanjutkan rencana mem-fork *bahasa indonesia nya apa ya?* proyek Chakra dari Arch Linux. Chakra memakai PKGBUILD dari paket-paket Arch Linux dan mengkompilasi sendiri untuk didistribusikan lewat repository baru. Bundling System pun dibuat untuk melengkapi paket dari repository utama, tapi apaan c itu? Bahasa gampangnya para developer Chakra benci GTK, jadi di repository ga ada aplikasi Gnome ato aplikasi yang memakai library GTK. Untuk menjembatani para user yang tetap ingin memakai aplikasi berbasis GTK, maka dibuatlah Bundling System.

Ko masih belum jelas c hehe.,. Bundling System meniru konsep Aplikasi image nya Mac OS X dan Windows. Intinya suatu aplikasi akan dipaketkan bersama library pendukung dalam satu image yang nantinya di muat secara transparan ketika aplikasi tersebut di eksekusi.

Akhirnya sampai juga pada bagian akhir *perulangan kata*, eh ini sebenarnya review apa review c? *males mode on*