Friday, October 14, 2011

Monday, October 10, 2011

Apa Kabar openSUSE Tumbleweed

  2 comments
Beberapa bulan yang lalu aku mencoba openSUSE Tumbleweed, dengan hasil yang memuaskan. Bagaimana setelah beberapa bulan berjalan.,.?

Beberapa catatan menarik yang perlu diperhatikan antara lain :
  • Besarnya update yang terjadi dalam rentang harian, memang terkadang tidak tersedia update, namun lebih sering pasti ada rebuild pada repository Tumbleweed. Jika dibandingkan dengan Arch Linux dan Chakra GNU/Linux, openSUSE Tumbleweed sangat boros bandwidth -dengan asumsi user mengupdate tiap hari- dan jumlah paket yang harus didownload pun lebih banyak -atau sangat banyak?-, kurang lebih antara 100MiB-500MiB. Mungkin padanan yang serupa adalah Linux Mint Debian Edition -walaupun kedepan akan berkurang drastis, karena LMDE menerapkan sistem "Update Pack", tidak langsung diupdate dari Debian Sid (unstable).
Praktek terbaik: Jika anda memiliki bandwidth terbatas a.k.a koneksi lambat -sudah gitu ada quotanya lagi.,. LOL-. Tetapi tetap ingin memakai openSUSE Tumbleweed, lakukan update dalam rentang mingguan -1 atau 2 minggu sekali-, atau bahkan cukup sebulan sekali. Tentunya ada resiko tersendiri jika memilih langkah tersebut, salah satunya dalam hal keamanan.

  • Prosedur update yang membingungkan, memang sudah dijelaskan bahwa tidak disarankan mengupdate melalui YaST, tapi bukan berarti melalui terminal juga mudah. Salah satu cara-atau dua?- mengupdate yaitu zypper dup atau zypper dup --from Tumbleweed, yang pada prakteknya cara terbaik adalah zypper dup --from Tumbleweed. Mengapa begitu? Karena jika anda mengupdate dengan mengeksekusi perintah zypper dup bisa dipastikan terjadi vendor change, dengan kata lain terjadi pencampuran paket dari repository Stable dan Tumbleweed.
Praktek terbaik: Update melalui terminal dengan mengeksekusi perintah zypper dup --from Tumbleweed. Resikonya? paket-paket dari repository lain tidak akan diupdate, dengan kata lain user harus mengupdate per repository.

  • Resolusi dependency paket yang juga membingungkan, masih terkait dengan poin diatas. Saat mengupdate dipastikan anda akan ditanya oleh zypper berkaitan dengan vendor change beserta ketergantungan paket-paket. Walaupun tidak bisa dipungkiri zypper itu bagus, namun menurutku terlalu ribet jika dibandingkan dengan pacman. kasus yang terjadi seperti ketika zyyper menangani paket terkait yang sudah tidak menjadi dependency paket lainnya, bukannya menghapus paket tersebut malahan mendowngrade banyak paket, celakanya beda arsitektur lagi.
Praktek terbaik: Solusinya dengan melihat dependency paket yang bermasalah tersebut, kemudian menghapusnya terlebih dahulu sebelum mengupdate sistem.

  • Beberapa paket sering diupdate, beberapa paket menunggu diupdate, TBH hal ini dapat disebut kekurangan, tapi dapat juga disebut kelebihan. Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah kestabilan. Saat ini Tumbleweed sudah menyediakan Kernel Linux 3.0.x, dan KDE SC 4.7.x baru akan muncul paling lambat minggu depan. Sangat kontras dimana Arch Linux sudah menikmati KDE SC 4.7.2, sedangkan Chakra GNU/Linux baru KDE SC 4.7.1.
Praktek terbaik: Kestabilan adalah hal yang utama

Yang terakhir adalah, openSUSE user yang men-update Tumbleweed pada rentang seminggu yang lalu -terhitung sejak hari ini-, kemungkinan besar menemukan sistemnya BROKEN. Tunggu seminggu kedepan, karena om Greg kh akan memperbaikinya.,.

Fun Fun Fun

  No comments
Berapa kali -atau kali berapa?- anda gagal meng-install Distro Linux?

Jawabnya sudah tentu tergantung seberapa banyak anda meng-install pada konfigurasi hardware yang berbeda. Berdasarkan pengalaman pribadi, sangat jarang terjadi kasus gagal install, karena installer tiap distro biasanya cukup stabil menjalankan tugasnya.

Namun bukan berarti tidak mungkin terjadi bukan? Kalau dihitung-hitung baru sekali.,. tepatnya beberapa hari yang lalu saat membantu meng-install Ubuntu 11.04 pada laptop temanku -ya.,. aku tau, aku tau Ubuntu 11.10 akan dirilis dalam beberapa hari-.

Well, that's embarrassing.,. soalnya aku juga yang menyakinkan temanku untuk mencoba Linux pada laptop barunya. Singkat cerita installer Ubuntu hang pada tahap terakhir saat mengkonfigurasi hardware.

Hal itu tidak berhenti begitu saja karena saat mencoba Chakra 2011.09, kecepatan USB nya sangatlah lambat sehingga aku urungkan meng-installnya. Hari itu berakhir tanpa hasil.,. LOL
Sebagai catatan, baik Ubuntu 11.04 dan Chakra 2011.09 berjalan baik saat live session dan installasi pada laptopku.

Ada yang lain lagi?
Sebenarnya ada, tapi tidak berhubungan dengan Linux. Kasusnya masih terjadi pada laptop yang sama, saat meng-install Windows 7 via USB FD. Laptop tersebut sudah mendukung USB 3.0, sedangkan USB FD yang digunakan sebagai media install masih USB 2.0. Proses booting lancar sampai installer Windows tampil dan gagal melanjutkan proses installasi. Apa yang terjadi ya.,.?

Kurang lebih begini penjelasan 'teknis' nya, saat booting kendali hardware masih dipegang BIOS sampai saat installer dieksekusi, dimana BIOS sudah pasti mengenali USB 3.0 -yang kompatibel USB 2.0-, namun installer Windows 7 sama sekali tidak menggenali USB 3.0, maka dari itu instalasi gagal dilanjutkan. Bagaimana dengan Windows 7 SP1? Well, belum nyoba.,. LOL