Friday, April 30, 2021

Kernel Linux Kustom Berperforma

  No comments


Linux itu identik dengan kustomisasi, dapat beroperasi dari jam tangan hingga super komputer. Tak elak pengguna Distro seperti Gentoo pun masih mendewakan tingkat kustomisasi mendetail mereka, yang menurutku -maaf- lebih cenderung merepotkan. Untungnya komputasi kini jauh lebih sanggar jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Bayangkan secepat apa meng-compile kernel Linux dengan semisal cpu 16 core dan memory 32GB. Itu masih level desktop lho ya, beda lagi kalau sekelas server dengan clusternya, pastinya wuz wuz wuz...

Uniknya lagi, Linux itu identik juga dengan pilihan. Yang suka compile semua stak software nya ya silahkan, yang suka langsung dipakai ya ada, semua ada wadahnya.

Balik lagi ke topik, kustomisasi kernel yang dapat meningkatkan performa, fakta atau mitos? Sayang sekali aku bukanlah penggila benchmark, jadi yang berharap ada benchmark, tidak akan ada satupun. Semuanya disini berdasarkan pengalaman saja.

Bermula sekitar tahun 2010an, masih dengan laptop cupu ditenagai cpu Intel Celeron dari Core series, generasi sebelum generasi 1 Intel Core series yang sekarang telah mencapai generasi ke 11. Kala itu single core masih merajalela, dual dan quad core masih berasa premium. Dan lagi kapasitas RAM yang tidak selega sekarang. Bayangkan laptop dengan Intel Celeron dan memory 1GB, yang sialnya lagi igpu alias vga onboard nya -halo Via Chrome9- tidak mendukung Linux. Alhasil tidak ada akselerasi grafis sama sekali, yang bahkan menampilkan grafis dua dimensi pun dikerjakan oleh prosesor. Untuk memutar video beresolusi 720p pun tidak sanggup, nge-lag setiap sekian menit.

Dari sinilah pencarianku dimulai, Con Kolivas patch set menjadi kandidat utama. Biasa disingkat CK patch set, atau lebih mudahnya disebut linux-ck, merupakan kumpulan patch -tambalan- yang di aplikasikan diatas vanilla kernel Linux yang bertujuan meningkatkan performa terutama di desktop.

Hasilnya memang terlihat ada peningkatan, terutama saat cpu nya kuganti dari single core dengan dual core. satu core dipakai untuk "akselerasi grafis", dan satunya lagi untuk komputasi lainnya. Jika kembali menggunakan vanilla  atau stok kernel, kumat lagi seperti dulu.

Sejak saat itu, linux-ck menjadi andalan. Bukan berarti aku tidak mencoba kernel kustom lainnya -sebut saja linux-lqx, linux-pf, linux-tkg, linux-zen dan seterusnya-, tapi rasanya linux-ck yang paling mantap.

Sepuluh tahun kemudian, adakah kontender yang lain? Mungkin linux-xanmod? Ya kebetulan saja sih baru tahu tentang linux-xanmod, dan rasanya performanya setara atau lebih baik dari linux-ck. Proyek Xanmod yang dimulai pada tahun 2017, akhir-akhir ini menjadi primadona di kalangan gamers. Sebagai informasi, Linux kini telah memiliki beragam cpu scheduler, disk scheduler, dan tweak lainnya -yang jujur saja agak malas mencoba satu persatu, hehehe-

Benchmarknya mana? -entahlah-