Showing posts with label Software. Show all posts

Friday, February 10, 2017

LibreOffice 5.3 Menambahkan Antarmuka Ribbon

  No comments
February 10, 2017



Love it or hate it, tentang desain antarmuka bukanlah perkara yang mudah. Maka dari itulah banyak para programmer yang hanya berfokus pada kode programnya saja dan menghiraukan desain antarmukanya. Ketika suatu desain antarmuka diperkenalkan, pasti ada saja yang pro dan kontra.

Akan tetapi kita yang hidup didunia opensource boleh bernafas lega, karena biasanya selalu ada pilihan.

LibreOffice, aplikasi pengolah dokumen perkantoran menambahkan fitur eksperimental yaitu antarmuka Ribbon yang disebut Notebookbar. Secara default LibreOffice tetap menggunakan menu tradisional, sedangkan menu Notebookbar dapat diaktifkan jika anda ingin mencobanya.

Cara mengaktifkan Notebookbar:

1. Buka LibreOffice, pada menu Tools > Options. Kemudian pilih LibreOffice > Advanced, centang "Enable experimental features (may be unstable)" diikuti OK.

Aktifkan fitur experimental.

2. Balik pada menu utama, View > Toolbar Layout, pilih Notebookbar.

Pilih Notebookbar.


3. Sembunyikan menu tradisional atau menubar.

Menonaktifkan menubar.

LibreOffice dengan antarmuka Notebookbar.

Cara kembali ke menu tradisional:
1. Tampilkan kembali menubar.
2. Balik pada menu utama, View > Toolbar Layout, pilih Default.


Namun sayangnya LibreOffice belum sepenuhnya mendukung KDE Plasma 5, itulah mengapa tampilannya agak aneh karena berjalan pada mode KDE Plasma 4. Anda dapat memaksanya berjalan pada mode GTK3.

LibreOffice berjalan pada mode GTK3.

LibreOffice pada XFCE.


Read More

CodeWeavers CrossOver 16.1.0 Dirilis, Proyek Wine Memulai Cabang Pengembangan

  No comments
February 10, 2017



Setelah rilis Wine 2.0 dapat dipastikan akan diikuti rilis minor CrossOver 16.1.0 yang merupakan perbaikan-perbaikan dari versi 16. Proyek Wine juga memulai cabang pengembangan dan merilis Wine 2.1 yang nantinya menjadi versi 3.0.

Bingung? hehehe...

Wine tersedia dua versi:
Cabang stabil - Wine 2.0, versi selanjutnya 2.0.1, 2.0.2, 2.0.3, dst.
Cabang pengembangan - Wine 2.1 yang merupakan cikal bakal Wine 3.0, versi selanjutnya 2.2, 2.3, 2.4, dst, sampai menjadi 3.0.

Wine staging, mengikuti pola dari proyek upstream Wine. Karena Wine staging itu sendiri menerapkan patch diatas Wine.

Bagaimana dengan CrossOver? Biasanya CrossOver menggunakan cabang pengembangan Wine, karena disitulah proses paling termutakhir dikembangkan.

CodeWeavers CrossOver 16.1.0 menambahkan dukungan Quicken 2017, perbaikan terhadap bug instalasi Microsoft Office 2013 pada locale tertentu, perbaikan aktivasi Microsoft Office 2010, serta perbaikan-perbaikan minor lainnya.

Sedangkan Wine staging 2.1 menambahkan dukungan CSMT (Command Stream Multithreading) untuk DirectX 10 dan 11.


Tentang CodeWeavers

Perusahaan yang mendanai pengembangan proyek Wine. Para pengembang utama Wine sebagian besar merupakan karyawan CodeWeavers. Dengan membeli lisensi CrossOver berarti mendukung keberlangsungan proyek Wine.


https://www.codeweavers.com
https://www.winehq.org
https://www.wine-staging.com

Read More

Saturday, January 28, 2017

Wine 2.0 Telah Dirilis, Selamat Datang DirectX 11

  No comments
January 28, 2017



Tahun 2017 bakal menjadi tahun yang menarik, pasalnya implementasi awal dari DirectX 10 dan DirectX 11 pada Wine mulai membuahkan hasil. Sementara implementasi DirectX 9 sudah cukup lengkap, sehingga pengembang Wine dapat berfokus pada DX10 dan DX11. Tidak seperti pendahulunya DX9, penerusnya -DX10/11- jauh berbeda dan dikembangkan ulang dari awal. Tentunya hal ini berlaku pula pada Wine, sehingga sudah sejak setahun yang lalu pengembang secara bertahap menambahkan fitur-fitur DX10/11. Seiring dengan rilis Wine 2.0, Wine Staging juga merilis Wine Staging 2.0. Wine Staging merupakan area percobaan, dimana perbaikan dan fitur experimental di uji coba sebelum akhirnya disatukan dengan kode utama Wine.

Walaupun boleh dibilang implementasinya belum selesai, namun beberapa game DX10/11 sudah dapat dimainkan dengan Wine. Berikut daftar game yang telah di uji coba oleh pengembang Wine:

* DOOM (2016)
Bukan game DX10/11, namun tambahan patch yang memungkinkan game ini dapat berjalan dirilis bersama Wine Staging. Pada saat uji coba beta DOOM dapat dimainkan dengan Wine, namun ketika rilis final yang mengikutsertakan proteksi anti pembajakan Denuvo malah menghalangi kinerja Wine. Berselang beberapa bulan kemudian, pada desember 2016 proteksi Denuvo dihilangkan dari DOOM. Tidak membutuhkan waktu yang lama sebelum akhirnya game ini dapat dimainkan kembali. Ironisnya DOOM yang menggunakan Id Tech 6 engine dengan OpenGL dan Vulkan backend ini tidak mendukung platform Linux. Hal ini dirasa cukup wajar mengingat Bethesda selaku publisher dari DOOM, terkenal tidak bersahabat dikalangan Linux gamers.
* Deus Ex: Human Revolution - Director's Cut
Dapat dimainkan pada DX9 mode, sedangkan pada DX11 terdapat sedikit sampai sedang kesalahan tampilan grafis.
* Halo: Spartan Assault
Game DX11 yang dapat dimainkan dengan sedikit kesalahan tampilan grafis.
* Hitman: Absolution
Game DX11 yang dapat dimainkan dengan sedikit kesalahan tampilan grafis.
* Tomb Raider (2013)
Game dengan DX9 dan DX11 yang dapat dimainkan dengan sedikit kesalahan tampilan grafis.
* The Forest
Game DX11 yang dapat dimainkan dengan sedikit kesalahan tampilan grafis.
* The Talos Principle
Game DX11 yang dapat dimainkan dengan sedikit kesalahan tampilan grafis.
* Shantae and the Pirate's Curse
Game DX11 yang dapat dimainkan.
* Sniper Elite V2
Game DX11 yang dapat dimainkan dengan sedikit sampai sedang kesalahan tampilan grafis.
* Ori and the Blind Forest
Dapat dimainkan pada DX9 mode, sedangkan pada DX11 berjalan sangat lambat.
* Need For Speed Most Wanted (2012)
Tidak dapat dimainkan karena memiliki isu kinerja.

Perlu diingat bahwa beberapa game diatas sudah tersedia versi Linuxnya, namun tetap di uji coba pada Wine DirectX 11.


Platform Distribusi
Pada masa kini penjualan game sudah didominasi oleh toko digital secara online dan biasanya dibutuhkan aplikasi khusus untuk mengelola segala hal yang berkaitan dengan game seperti Steam, Uplay, Origin, GOG Galaxy dan Battle.net -hanya Steam yang mendukung Linux-. Dengan ditiadakannya dukungan Windows XP, Windows 7 menjadi target minimal yang baru. Wine 2.0 meningkatkan dukungan kompabilitas Steam, Uplay, Origin, GOG Galaxy dan Battle.net pada mode Windows 7. Terakhir kali aku mencoba hampir semua aplikasi tersebut gagal berjalan pada mode Windows XP, kecuali Steam dan Battle.net


Perubahan Pada Proyek Wine
Dengan dirilisnya Wine 2.0, proyek Wine mengikuti jadwal rilis dan skema versi yang baru. Rilis stabil menggunakan skema versi 2.0.1, 2.0.2, 2.0.3, dst. Sedangkan rilis pengembangan akan menggunakan skema versi 2.1, 2.2, 2.3, dst yang nantinya menjadi rilis stabil 3.0.

Guna mendukung pendanaan proyek Wine, silahkan membeli lisensi CrossOver.


https://www.winehq.org/announce/2.0
https://www.wine-staging.com/news/2017-01-25-blog-vulkan-dx11.html

Read More

Thursday, January 26, 2017

HandBrake 1.0 : Open Source Video Transcoder

  No comments
January 26, 2017



Setelah 13 tahun pengembangan, akhirnya HandBrake 1.0 dirilis ke publik.

Tunggu dulu... apa tidak salah tulis?
Tidak perlu memeriksakan diri ke dokter mata, karena semua yang tertulis diatas benar adanya.

Bukan hal yang aneh di dunia opensource yang sepertinya engan menggunakan angka genap, padahal pada kenyataannya aplikasi tersebut sudah patut menyandang status stabil. Seingatku sudah sangat lama HandBrake berkutat pada versi 0.9.x, dan baru sekarang beranjak ke versi 1.0.x.



HandBrake merupakan aplikasi konversi video dengan dukungan profil-profil preset bawaan yang menentukan kualitas hasil akhir encoding. Untuk hasil yang maksimal, ubah parameter pilihan-pilihan yang diinginkan.


https://handbrake.fr

Read More

Monday, January 16, 2017

Calligra 3.0 Telah Dirilis

  No comments
January 16, 2017



Berbicara tentang aplikasi pengolah dokumen kantor, sudah tentu semua Linuxer mengenal LibreOffice.
Akan tetapi LibreOffice bukanlah satu-satunya aplikasi dikategori ini, perkenalkan Calligra.

Calligra merupakan office suite yang menggunakan teknologi KDE / Qt. Pada awal tahun 2017 ini pengembang Calligra merilis revisi utama ketiga.

Calligra 3.0 dibangun diatas KDE Frameworks 5 dan Qt5 tanpa ada fitur baru, karena proses mem-porting dari KDE Frameworks 4 dan Qt4 itu sendiri memerlukan upaya yang ekstra.

Dengan rilis kali ini, aplikasi Author dan Brainstorm dihentikan pengembangannya, sedangkan Flow dan Stage masih belum selesai diporting.

Read More

Wednesday, December 14, 2016

CodeWeavers Merilis CrossOver 16

  No comments
December 14, 2016



Baru beberapa hari yang lalu proyek Wine mengumumkan revisi utama Wine 2.0 yang diikuti dengan rilis kandidat yang pertama. CodeWeavers baru saja mengumumkan CrossOver 16.0.0 dengan menggunakan Wine 2.0 sebagai basisnya. CrossOver 16 menambahkan dukungan Microsoft Office 2013 baik versi lisensi standalone maupun langganan 365, namun Microsoft Project 2013, Visio 2013, dan Outlook 2013 belum sepenuhnya didukung. CrossOver 16 merupakan rilis pertama yang mendukung aplikasi Windows 64-bit.

CrossOver 16 juga membawa peningkatan fungsional pada Quicken, Microsoft Office 2010 suite, dan banyak aplikasi-aplikasi Windows lainnya termasuk game.

Pada rilis kali ini memperkenalkan model pembayaran satu kali selamanya ('One Lifetime' ) sekitar $499.95 USD, sedangkan lisensi satu tahun seharga $20.95 USD (harga regional Indonesia).


Tentang CodeWeavers

Perusahaan yang mendanai pengembangan proyek Wine. Para pengembang utama Wine sebagian besar merupakan karyawan CodeWeavers. Dengan membeli lisensi CrossOver berarti mendukung keberlangsungan proyek Wine.

https://www.codeweavers.com
https://www.codeweavers.com/about/blogs/jramey/2016/12/13/its-been-a-long-time-coming-and-weve-been-waiting

Read More

Sunday, November 13, 2016

Mengembalikan Partisi Flashdisk Yang Rusak

  No comments
November 13, 2016

-Bukan, artikel ini bukan tentang recovery partisi, berhubung susah menemukan judul yang tepat ya sudahlah-.

GParted.


Setelah memakai dd, Etcher, SUSE Studio ImageWriter atau aplikasi lain yang sifatnya "merusak", lalu bagaimana cara mengembalikan kondisi flashdisk agar dapat dipakai kembali meyimpan data?.
Ada beberapa cara, namun cara yang paling mudah adalah dengan memakai GParted. GParted merupakan aplikasi pengelola partisi yang paling populer digunakan pada Linux.
Berikut langkah-langkahnya :

Peringatan : Pastikan disk drive yang dipilih adalah flashdisk yang dimaksud (biasanya pada drive letter yang terakhir). Contohnya disini terdapat 2 harddisk internal, harddisk pertama (sda), harddisk kedua (sdb) dan flashdisk (sdc). Perhatikan kapasitas masing-masing drive.


1. masukkan flashdisk / sdcard, buka GParted.
2. otentifikasi GParted -biasanya sudo password-.
Otentifikasi.

3. pada dropdown menu dibagian kanan atas, pilih disk drive yang merujuk pada flashdisk, dalam hal ini sdc.
Pilih target flashdisk.
Partisi yang saat ini ada pada flashdisk.

4. dari menu utama, pilih Perangkat lalu Buat Tabel Partisi.
Membuat tabel partisi baru.

5. kemudian akan muncul dialog peringatan. Pastikan Pilih jenis partisi baru adalah MSDOS, tekan Terapkan untuk melanjutkan.
Terapkan.

6. buat partisi baru, bisa melalui toolbar atau kontesktual menu.
Membuat partisi baru.

7. buat sebagai Partisi Utama, jenis filesystem nya bisa FAT32 atau NTFS. Tambahkan label jika perlu.
Tentukan jenis, filesystem dan label partisi.

8. tekan pada tombol Terapkan yang diikuti konfirmasi akhir Terapkan lagi.
Langkah akhir mengeksekusi batch.
Peringatan terakhir sebelum perintah benar-benar dieksekusi.

9. tunggu prosesnya hingga selesai, tutup GParted, eject / lepas flashdisk.
Terlambat sudah...

Tada...


Aplikasi pemartisi memang pada umumnya berjalan di batch mode, semua perubahan akan dieksekusi pada bagian akhir. Semua perubahan dijalankan secara berurut, dalam hal ini membuat tabel partisi baru kemudian diikuti dengan membuat partisi baru dan konfirmasi akhir penerapan. Sehingga jika anda melakukan kesalahan, undo terlebih dahulu dan ulangi langkah yang seharusnya dijalankan.

Read More

create_ap : Cara Mudah Membuat Hotspot Wi-Fi

  No comments
November 13, 2016

Pada suatu hari hh sva_h4cky0 akan habis masa paket internetnya, "tanggung nih sebentar lagi awal bulan ngirit dikit ah" gumam sva_h4cky0.
Esoknya sva_h4cky0 penasaran ingin menginstall aplikasi baru pada hh dan baru ingat kalau itu hh sudah tidak ada koneksi internet.

"buat hotspot wi-fi pakai laptop" tiba-tiba ide cemerlang muncul dibenaknya, mulailah sva_h4cky0 mengutak-atik NetworkManager dilaptopnya.
Tak lama kemudian ternyata chipset wi-fi laptopnya tidak mendukung Infrastructure Mode, tidak menyerah begitu saja sva_h4cky0 membuat Ad-Hoc Mode.
Hh pun mulai mencari hotspot abal-abal ini, ternyata tidak terdeteksi sama sekali. Diubahlah pengaturan wi-fi, namun tetap gagal.

Mulailah pencarian dengan dibantu detektif google yang membuahkan hasil, ternyata wi-fi Android tidak bisa terhubung ke hotspot Ad-Hoc. Kalaupun bisa pun hh tersebut harus di-root.
"kalau ethernet over usb gimana yah?" sva_h4cky0 punya ide cemerlang yang lain, ternyata harus di-root juga.
"si root ini siapa sih? masak harus di-root ini root itu" gerutu sva_h4cky0.

Rupanya sva_h4cky0 mulai patah semangat, sambil membolak-balik laman Arch Wiki, "coba cara old-skool bijimane yah" pikir sva_h4cky0 yang sok tahu, padahal selama ini andalan konektifitas selalu memakai NetworkManager.


create_ap

cara old-skool yang sejatinya merupakan sebuah bash scripts yang memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang sudah ada pada Linux, dan ternyata sangat mudah dipakai. create_ap juga dapat dijalankan berdampingan dengan NetworkManager.

Fitur :
* Membuat AP (Access Point) pada kanal apapun.
* Mendukung enkripsi : WPA, WPA2, WPA/WPA2, Open (tanpa enkripsi).
* Menyembunyikan SSID.
* Meniadakan komunikasi antara klien-klien (isolasi klien).
* Mendukung IEEE 802.11n dan 802.11ac.
* Metode berbagi internet : NAT atau Bridge atau None (tanpa berbagi internet).
* Memilih alamat IP Gateway pada AP (hanya untuk metode berbagi internet 'NAT' dan 'None').
* Membuat AP dengan antarmuka yang sama seperti antarmuka yang dipakai mengakses internet.
* Anda dapat menambahkan SSID dan password melalui pipe atau argumen.

Ketergantungan :
* bash
* util-linux (untuk getopt)
* procps atau procps-ng
* hostapd
* iproute2
* iw
* iwconfig
* haveged (opsional)
* dnsmasq
* iptables
* rfkill

Laptop terhubung ke internet dengan USB modem melalui antarmuka ppp0 dengan bantuan NetworkManager. Pastikan laptop terhubung ke internet, gunakan nm-applet (Gtk) atau plasma-nm (KDE). Perintah untuk menjalan create_ap pada mode NAT sebagai berikut :

$ sudo create_ap wlan0 ppp0 VFC_AP 1234567890

dimana wlan0 merupakan antarmuka baru yang akan dibuat, sedangkan ppp0 merupakan sumber koneksi. VFC_AP adalah nama SSID dan 1234567890 adalah passwordnya, sesuaikan deangan keperluan. Untuk contoh perintah create_ap selengkapnya dapat dilihat pada website resminya.

Sebelum menjalankan create_ap pastikan wi-fi tidak terblokir, dapat dilihat dengan cara.
$ rfkill list

rfkill list.

Wi-Fi dalam kondisi terblokir, create_ap gagal dijalankan.

$ rfkill list
0: ideapad_wlan: Wireless LAN
Soft blocked: yes
Hard blocked: no
1: ideapad_bluetooth: Bluetooth
Soft blocked: yes
Hard blocked: no
2: phy0: Wireless LAN
Soft blocked: yes
Hard blocked: no
3: hci0: Bluetooth
Soft blocked: yes
Hard blocked: no

Soft blocked  = terblok oleh software misalnya NetworkManager.
Hard blocked = terblok secara fisik seperti switch on / off pada laptop.


Jika terblokir secara software, buka dengan.
$ rfkill unblock 0
$ rfkill unblock 2


Unblock Wi-Fi.


Dari daftar sebelumnya terdapat ideapad_wlan (0), ideapad_bluetooth (1), phy0 (2), hci0 (3). Yang perlu di buka yaitu 0 dan 2.


jalankan create_ap
$ sudo create_ap wlan0 ppp0 VFC_AP 1234567890


Hajar mang...

Otentifikasi password Wi-Fi.


untuk mengakhiri koneksi, CTRL+C.


btw, kenapa hh sva_h4cky0 tidak di-root saja yah? ternyata sva_h4cky0 tidak mengerti caranya -nasib orang tidak melek IT-

* old-skool, kool -_-"

Read More

Thursday, November 10, 2016

SUSE Studio ImageWriter

  No comments
November 10, 2016

Setelah Etcher kini giliran SUSE Studio ImageWriter. Aplikasi ini ditujukan bagi pengguna SUSE Linux Enterprise (SLE) dan openSUSE, namun pada prakteknya dapat juga digunakan pada distro lain.
SUSE Studio ImageWriter sangat mudah digunakan dan memiliki pengaman sehingga hanya removable drive yang ditampilkan.

Dimana mendapatkan SUSE Studio ImageWriter?

http://software.opensuse.org atau tautan langsung

Antarmuka website database aplikasi.


Atau untuk pengguna openSUSE dapat menginstallnya langsung melalui konsol.
zypper install imagewriter

Untuk menampilkan semua distro, tekan "Show other versions". Jika kebetulan anda sedang memakai openSUSE, gunakan fitur "one click install" langsung dari web browser. Nantinya YaST akan menangani ketergantungan repository dan paket-paket yang diperlukan.

Sebagai contoh, aku menggunakan Arch Linux dan imagewriter dari AUR untuk membakar iso image GeckoLinux edisi XFCE Leap 42.1.

Peringatan : Semua data yang terdapat pada flashdisk / sdcard / microsd akan HILANG. Backup data anda terlebih dahulu.


1. buka imagewriter.
2. tekan bagian tengah yang telah ditandai atau bisa juga seret image dari file manager.
Klik atau seret image.

3. dari dialog, tentukan lokasi dimana anda menyimpan imagenya lalu pilih. Dalam hal ini aku menyimpan imagenya pada harddisk lain yang di mount pada /mnt/data/.
Pilih lokasi dimana image berada.

Pilih image distro, ekstensi yang didukung adalah raw, iso dan img.

4. jika flashdisk sedang di mount, imagewriter akan meminta untuk dilepas dahulu, tekan "Yes" untuk melanjutkan.
Konfirmasi melepas flashdisk.

5. imagewriter akan meminta akses setara root, ketik password untuk melanjutkan. Pada umumnya hampir semua distro menggunakan sudo, namun ada beberapa distro konservatif yang tidak menggunakan sudo. Tekan "Yes" untuk konfirmasi akhir.
Ketik password untuk melanjutkan.

6. tunggu proses sampai selesai, reboot dan pilih boot dari flashdisk tersebut.
Bakar.


Setahuku SUSE Studio ImageWriter dapat digunakan untuk membakar image dari distro apapun, tentunya ada beberapa pengecualian dimana hasil bakaran tersebut gagal booting. Jika itu yang terjadi, gunakan aplikasi lain seperti Etcher.

Sumber lain yang dapat dibaca : https://en.opensuse.org/SDB:Live_USB_stick

Read More

Tuesday, November 8, 2016

Steam Dev Days 2016

  No comments
November 08, 2016

Steam Dev Days 2016.


Videonya dapat dilihat di Steam atau Youtube

Aku bukan developer game, kenapa harus peduli?
Tidak harus tentunya, akan tetapi melalui konferensi yang berorientasi pengembang inilah kita dapat mengetahui tren setidaknya beberapa tahun kedepan.
Setelah sempat absen pada tahun 2015, Valve kembali menggelar konferensi yang kali kedua tahun ini dengan beberapa kejutan-kejutan.
Jadi topik apa yang paling panas tahun ini?

Virtual Reality atau biasa disingkat VR

Setelah menambahkan Linux pada jajaran platform yang didukung Steam, Valve tidak berhenti sampai disitu. Diikuti dengan diluncurkannya SteamOS, sistem operasi berbasis Debian Linux yang mengutamakan kenyamanan home entertainment. Guna mendukung hal itu, ditambahkan Big Picture Mode pada klien Steam yang nantinya digunakan secara default pada SteamOS.
Untuk pengembang sendiri lebih dimudahkan dengan adanya Steam Runtime sebagai acuan pustaka pengembangan game pada SteamOS / Linux. Dari sisi perangkat keras, Valve merilis Steam Controller dan Steam Link serta dengan kerjasama dari pihak ketiga merilis Steam Machine dengan beberapa pilihan spesifikasi perangkat keras.

Sampai disini semuanya terlihat menjanjikan bukan? Semua Linux Gamers sangat optimis dengan dukungan Valve, sampai dengan...
Dirilisnya Vive atau Steam VR, perangkat keras VR besutan Valve dan HTC. Vive dirilis tanpa dukungan Linux pada hari pertama.
Hal ini menimbulkan perdebatan akan absennya dukungan Linux pada Vive, bulan berlalu tanpa komunikasi yang jelas. Valve dengan kebijakan "diam" nya membuat banyak Linux Gamers resah. Pada kenyataannya beberapa bulan yang lalu terdapat beberapa postingan di komunitas /r/linux_gaming yang mulai patah semangat ala "Valve meninggalkan kita" bertebaran.
Sampai dengan...

Leenox???


sumber https://twitter.com/Plagman2/status/786032888156295168

Yup, demo Vive VR Linux dengan menggunakan Vulkan pada ajang Steam Dev Days 2016, gelora semangat kembali melanda Linux Gamers.
Jadi sebenarnya apa yang menjadi rintangan? Ternyata biang keladinya adalah Vulkan. Vulkan merupakan grafis API multi platform penerus OpenGL. Seperti yang telah diketahui spesifikasi Vulkan baru saja dirilis, dukungan driver pun boleh dibilang masih experimental dan game yang menggunakan Vulkan pun masih bisa dihitung dengan jari. Usut punya usut ternyata OpenGL kurang "cepat" dalam menangani VR, OpenGL memang dapat digunakan akan tetapi kurang maksimal. Saat Vive dirilis, Vulkan belum siap baik secara spesifikasi dan dukungan vendor perangkat keras. Perihal kenapa tidak ditunda saja perilisan Vive menunggu Vulkan, menurutku hanya soal strategi saja mengingat pada saat hampir bersamaan banyak pula dirilis perangkat keras VR dari vendor lainnya. Valve tidak ingin ketinggalan momentum yang dapat mengakibatkan kehilangan audience.

Ingin membeli Steam Machine? Atau mungkin hanya Steam Controller dan Steam Link saja?
Anda kurang beruntung... Semuanya tidak tersedia di Indonesia, jangan tanyakan soal Vive -pula-.
Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat peraturan tiap negara berbeda-beda, setahuku perangkat keras tersebut hanya tersedia pada wilayah Amerika Utara (NA) dan sebagian Eropa (EU). Tentu saja anda dapat memperolehnya dari pihak ketiga seperti toko online dari luar negeri dengan biaya tambahan pajak import dan lain-lain yang membuat harganya semakin mahal. Berita baiknya Asia Tenggara (SEA) termasuk dalam cakupan pengembangan pemasaran perangkat keras besutan Valve, namun sayangnya Indonesia tidak termasuk didalamnya -untuk lebih jelasnya lihat gambar-. Asia juga merupakan wilayah dengan perkembangan yang sangat pesat.

Asia, South Asia, South East Asia.

Bukannya Indonesia termasuk Asia Tenggara (SEA)?.


Topik lain yang menarik tidak lain adalah Vulkan itu sendiri, walaupun sifatnya cenderung kearah teknis. Dan pengembangan game dengan Unity untuk SteamOS dan Linux.

Read More

Saturday, September 17, 2016

Etcher Image Flasher untuk SDCard dan USB drive

  No comments
September 17, 2016

Etcher.


Ingin membakar image Distro ke flashdisk? Mudah sekali, tinggal dd beres.
Eit, tapi tunggu dulu... tidak sedikit pengguna yang salah target ketika ber-dd ria. Ya kalau target drive isinya tidak penting, kalau target drivenya harddisk 1TB bisa serangan jantung yang punya.
Kan banyak aplikasi berbasis grafis seperti UNetbootin, YUMI, SUSE Studio ImageWriter, dll.
Lalu apa bedanya? Apa yang ditawarkan Etcher?

Aman dan mudah digunakan dengan antarmuka yang indah, opensource dibuat dengan JS, HTML, node.js dan electron, crossplatform mendukung Linux/macOS/Windows, validasi hasil bakar.
Menurutku sih kemudahannya setara dengan SUSE Studio ImageWriter, bedanya? Etcher didistribusikan hanya berupa AppImage.
Sudah lama aku ingin mencoba AppImage, baru sekarang kesampaian, hehehe...

Bagaimana caranya?
1. download Etcher dari https://www.etcher.io sesuaikan arsitekturnya, 32bit (x86) atau 64bit (x64)
2. jadikan executable
dari terminal
$ chmod a+x Etcher-linux-x64.AppImage
atau dari file manager seperti Dolphin

Properties, ubah menjadi is executable.


3. jalankan dari terminal atau klik ganda dari file manager.
$ ./Etcher-linux-x64.AppImage

Untuk Etcher memang diperlukan akses setara root, sedangkan untuk aplikasi "biasa" seperti Mozilla Firefox, tidak perlu hak setara root. Jika diperlukan Etcher akan menanyakan password sudo.

Peringatan : Semua data yang terdapat pada flashdisk / sdcard / microsd akan HILANG. Backup data anda terlebih dahulu.


Justice League, eh maksudnya pilih img, iso atau zip.

Bakaaaaaaaa....r.

Hangus sudah, selesai.

Read More

Thursday, August 18, 2016

Bluetooth Oh Gigibiru

  No comments
August 18, 2016

Serba tanpa kabel sudah menjadi hal yang lazim sekarang. Baru-baru ini aku membeli sebuah headset bluetooth dan xiaomi bluetooth gamepad. Tinggal nyalakan, pair, connect dan nikmati. Memang semudah itu. KDE Bluedevil cukup mudah digunakan dibandingkan menggunakan Bluez lewat terminal. Sebenarnya Bluedevil merupakan antarmuka grafis dari Bluez -bluetooth stack pada Linux-, jadi perbandingan tadi benar-benar ngawur.

Namun bagaimana jika perangkat yang sebelumnya bekerja dengan baik tiba-tiba ngambek? Apakah rusak? Baru saja dipakai tidak lebih dari sehari masak sudah rusak sih?. Terutama xiaomi bluetooth gamepad, yang tergolong bukan gamepad / controller murahan. Padahal kemarin seharian dipakai main Steam games, dan tidak hanya satu judul game saja. Okelah mungkin baterainya sudah habis, ganti baru. Reboot berulang kali, repairing lagi masih belum berfungsi juga. Eh tapi kok headsetnya juga ikutan tidak bisa yah?. Coba sambung ke handphone, tidak bisa juga. Okelah beli usb bluetooth 4.0 dengan chipset CSR. Dengan Bluedevil maupun Bluez pun tetap nihil.

Setelah frustasi sambil membanting laptop, headset dan gamepad, akhirnya menyerah juga dan melampiaskan kemarahan ke Team Fortress 2, sudah tentu tanpa gamepad karena FPS -first person shooter-. Hari itu berlalu begitu saja tanpa ada solusi.

Esoknya mencoba search pakai mesin pencari, tapi rasanya bukan itu pokok permasalahannya. Aku mencoba menilik /var/lib/bluetooth. Setelah membuat cadangan, sudo rm -r /var/lib/bluetooth lah jadi andalan. Berharap konfig baru akan menyelesaikan masalah, namun tetap saja ngambek. Setelah sebentar merenung tentang si gigibiru ini, baru ingat ini kan konfig dari Bluez 4, mungkin saja ada sedikit perubahan di Bluez 5. Yang jelas konfig Bluez 5 disimpan per adapter, setelah melihat satu persatu file pada cadangan yang dibuat tadi. Tinggal di salin saja konfig headset dan gamepad ke direktori adapter.

Reboot... viola akhirnya bisa ngegame pake gamepad lagi.


Moral dari cerita diatas : buatlah cadangan file sebelum mengubrak-abrik.

Read More

Tuesday, October 28, 2014

Truecrypt : Reboot

  No comments
October 28, 2014

Wah sudah lama tak bersua, aku -sengaja- lupa kalau punya blog.


Muahahahaahahaahaha...


Ehm, masih ingat terbitan blogku yang terakhir? Tentu saja sudah lupa, kan itu tulisan baru dua tahun kemarin. Aku maklumi, wong aku sendiri lupa kok.


Eniwei, betewei, dan wei-wei seterusnya. Saat butuh akses ke kontainer Truecrypt, aku baru sadar ternyata proyek Truecrypt sudah diskontinu, bukan diskon lho ya, tapi modar ™, wafat ™, tewas ™ dan konotasi negatif lainnya ™. Aku panik -sambil membanting laptop-, melampiaskan kemarahan ke AUR, namun lima menit kemudian ku undo tindakan sebelumnya dan tidak jadi membanting laptop -karena tidak punya uang buat beli laptop yang baru-.


CipherShed dan VeraCrypt adalah dua kandidat pengganti Truecrypt. Lalu bedanya apa?


CipherShed : menambal security bugs dari Truecrypt dan mempertahankan kompabilitas dengan format kontainer Truecrypt. Dengan kata lain masih bisa mengakses kontainer Truecrypt

VeraCrypt : menambal security bugs dari Truecrypt dan meningkatkan faktor keamanan enkripsi. Namun menghilangkan kompabilitas dengan format kontainer Truecrypt.


Pilih yang mana? Farah atau Mona? tentu saja tidak nyambung. Eh maksudku daripada ribet-ribet, mending dua-duanya saja.


Muahahahaahahaahaha...


Berhubung kedua proyek masih relatif muda, masih terlalu dini menilai segi keamanannya. Berita baiknya, kedua proyek masih saling membantu, walaupun hal tersebut akan menjadi ribet kedepannya mengingat tiap proyek memiliki target tersendiri.


Singkatnya, akses kontainer Truecrypt dengan CipherShed sekaligus bereksperimen dengan format kontainer baru dari VeraCrypt.


Ehm, ternyata aku lupa password kontainernya -lagi-, terpaksa harus mengulang hal ini -lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii-.

Read More

Friday, November 30, 2012

Truecrypt : Kekuatan Serangan Brutal

  No comments
November 30, 2012

Hari ini aku merasa kesal karena melupakan sesuatu hal yang sangat penting.
Sangat penting karena digunakan untuk mengakses file kontainer Truecrypt yang kubuat sekitar tahun 2005/2006.
Setelah mencoba berulang kali dengan berbagai kombinasi yang mungkin, akhirnya aku menyerah.
Ya, aku ingat kata-kata apa saja yang digunakan sebagai password, sayangnya justru urutan kombinasinya yang terlupa.
Setelah berkonsultasi kepada om Google sebentar, solusi yang mungkin cuma satu -setahuku- yaitu Kekuatan Serangan Brutal a.k.a Brute Force Attack.
Jadi yang perlu dilakukan adalah :

1. Membuat daftar kemungkinan kombinasi password, biasa dikenal dengan wordlist.
2. Membuat bash script fungsi perulangan dengan input dari wordlist.
3. Eksekusi bash script dan melihat hasilnya

Sebagai contoh password yang terlupakan merupakan kombinasi dari huruf/kata "aduh", "lupa" dan "password"

1. Membuat wordlist
- install aplikasi crunch
- eksekusi crunch

crunch 1 1 -p aduh lupa password

Hasilnya berupa :

Crunch will now generate approximately the following amount of data: 102 bytes
0 MB
0 GB
0 TB
0 PB
Crunch will now generate the following number of lines: 6
aduhlupapassword
aduhpasswordlupa
lupaaduhpassword
lupapasswordaduh
passwordaduhlupa
passwordlupaaduh

Atau langsung keluaran berupa file wordlist

crunch 1 1 -o wordlist -p aduh lupa password

Sialnya aku sendiri lupa berapa kata yang digunakan pada password, sehingga terpaksa menebak dengan kombinasi 2, 3, dan 4 huruf.
caranya seperti diatas, cuma satu persatu dari kombinasi masing-masing. hasilnya tinggal di copy paste ke text editor.

2. Bash script perulangan

Buat file hajarbro.sh, isikan dengan

#!/bin/sh

# Keterangan :
# Masukkan dari 'wordlist', letakan pada satu folder dengan scriptnya
# Ganti 'file_target.tc' dengan target file kontainer Truecrypt
# Eksekusi 'sudo hajarbro.sh < wordlist'

while read line
do
  if truecrypt -t -k "" --protect-hidden=no --non-interactive ./file_target.tc -p $line
  then
    echo "Password :"
    echo "$line"
    echo "Sukses!"
    exit 0
  fi
done
echo "Anda belum beruntung, silahkan dicoba lagi."
exit 1

3. Eksekusi

sudo ./hajarbro.sh < wordlist

Hasilnya berupa :

...
Error: Incorrect password or not a TrueCrypt volume.
Error: Incorrect password or not a TrueCrypt volume.
Error: Incorrect password or not a TrueCrypt volume.
Error: Incorrect password or not a TrueCrypt volume.
Password :
lupapasswordaduh
Sukses!

Kalau terdapat error berupa :

Error: Failed to set up a loop device:

Atasi dengan :

sudo modprobe loop

Ulangi eksekusi bash script.

BTW, sebenarnya aku tidak tahu terjemahan resmi Bahasa Indonesia dari Brute Force Attack.

Read More

Tuesday, March 22, 2011

Tata Ulang Database Firefox

  No comments
March 22, 2011

Firefox 4 sebentar lagi dirilis, malahan source code nya sudah tersedia. Firefox menyimpan history, bookmarks, password di database SQLite. Bayangkan setelah memakai Firefox selama hampir 2 tahun dengan profil yang sama? Berantakan tentunya.,. Jadi sebelum besok meng-update Firefox dari 3.6.15 ke 4.0 ada baiknya sedikit mengoprek, hehe.,.

Yang diperlukan optimalisasi, dengan cara menghapus entry kosong dan meng index ulang database. Caranya?

Perhatian: prosedur ini mungkin merusak database, pastikan Firefox TIDAK sedang digunakan, Backup folder .mozilla pada /home/username/.mozilla

Buka terminal dan eksekusi.,.


find ~/.mozilla -name \*.sqlite    \
    -exec sqlite3 {} vacuum  \;    \
    -exec sqlite3 {} reindex \;


Selesai !

Read More

Friday, March 11, 2011

BURG - Boot Manager

  No comments
March 11, 2011

Burg merupakan fork dari Grub2 yang menambahkan beberapa fitur yang tidak ada pada Grub2. Perbedaan yang paling kelihatan adalah aspek eye-candy Burg yang menurutku lebih bagus daripada Grub2. Cara menangani tema yang sedikit berbeda, mengganti tema secara langsung, mengganti resolusi layar secara langsung, pengelompokkan item pada menu (grup), dan lain-lain.

Sebenarnya sudah lama aku menggunakan Burg, namun baru sekarang ada waktu untuk menulisnya di blog. Untuk Arch Linux beberapa paket yang dibutuhkan dari AUR antara lain :

burg-bzr (core)
burg-emu (emulasi)
burg-themes (tema-tema)
burg-manager (gui untuk manajemen burg, memerlukan sudo untuk otentifikasi)
dan dependencies nya

Gunakan packer atau yaourt untuk menginstall dari AUR. Untuk Chakra GNU/Linux Burg sudah resmi menggantikan Grub/Grub2, untuk Ubuntu dan Linux Mint tersedia di PPA, untuk openSUSE belum dapat sumbernya -anda belum beruntung-.
Sebagai root jalankan :

burg-install /dev/sda
burg-mkconfig -o /boot/burg/burg.cfg

Catatan:
-sudo harus sudah terkonfigurasi jika ingin menggunakan burg-manager
-ketika mengeksekusi "burg-install /dev/sda", pastikan keluarannya sukses. Jika error sebaiknya segera menginstall Grub/Grub2 (yang dulu digunakan).
-ketika mengeksekusi "burg-mkconfig -o /boot/burg/burg.cfg", burg-themes harus sudah terinstall.
-jangan reboot sebelum memastikan Burg terinstall dan terkonfigurasi dengan benar.

Perintah yang pertama menginstall Burg pada MBR pada harddisk pertama, sedangkan perintah yang kedua membuat konfigurasi berdasarkan sistem operasi apa saja yang terinstall pada komputer.

Sayangnya burg.cfg harus disesuaikan terlebih dahulu, misalnya title yang rada ngawur seperti 'n/a GNU/Linux bla bla bla' ganti sesuai selera, juga tambahkan --class arch supaya icon Arch Linux dapat tampil. Ganti group dan resolusi sesuai selera. Gunakan burg-emu untuk emulasi secara langsung dengan mengeksekusi "/opt/burg-emu/bin/burg-emu".

Konfigurasi
Pengaturan umum terdapat pada /etc/default/burg, parameter-parameternya akan dibaca saat menjalankan burg-mkconfig. Dengan menghilangkan komentar, kurang lebih seperti ini :

GRUB_DEFAULT=0
GRUB_TIMEOUT=6
GRUB_DISTRIBUTOR=`lsb_release -i -s 2> /dev/null || echo Arch`
GRUB_CMDLINE_LINUX_DEFAULT="quiet splash"
GRUB_CMDLINE_LINUX=""
GRUB_SAVEDEFAULT=true
GRUB_GFXMODE=saved
GRUB_GFXPAYLOAD_LINUX=1440x900
GRUB_DISABLE_LINUX_RECOVERY="true"
GRUB_THEME=saved
GRUB_FOLD=saved

Konfigurasi Menu
Pengaturan terdapat pada /boot/burg/burg.cfg, secara default file ini tidak ditujukan untuk diedit manual, namun seperti yang dijelaskan diatas perlu dilakukan sedikit penyesuaian. Contoh menuentry kurang lebih seperti ini :

menuentry 'Arch Linux' --class arch --class os --group group_/dev/sda2 {
    savedefault
    set gfxpayload=1440x900
    insmod ext2
    set root='(hd0,2)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff
    echo    'Loading Linux vmlinuz26 ...'
    linux    /boot/vmlinuz26 root=/dev/disk/by-uuid/6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff ro
    echo    'Loading initial ramdisk ...'
    initrd    /boot/kernel26.img
}
menuentry 'Arch Linux Fallback' --class arch --class os --group group_/dev/sda2 {
    savedefault
    set gfxpayload=1440x900
    insmod ext2
    set root='(hd0,2)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff
    echo    'Loading Linux vmlinuz26 ...Loading Linux Fallback ...'
    linux    /boot/vmlinuz26 root=/dev/disk/by-uuid/6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff ro
    echo    'Loading initial ramdisk ...'
    initrd    /boot/kernel26-fallback.img
}

Sedangkan untuk distro lain yang Grub / Grub2 / Burg yang diinstall pada partisi root cukup di chainloader saja

menuentry "openSUSE 11.4" --class suse --class os --group group_/dev/sda6 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,6)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 3239bbec-7a75-4d17-a228-b9543d1fa7ae
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Ubuntu 10.10" --class ubuntu --class os --group group_/dev/sda7 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,7)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 4ce281ea-9f29-40b8-b891-1e28df127172
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint Debian Edition" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda8 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,8)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 200aec2b-8c34-4711-8ce0-3a8de76e0b15
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint 10" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda9 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,9)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 464e767b-eeab-4d5d-b3f4-392d4079fe7a
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint 10 KDE" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda10 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,10)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 0fdb6da5-a25e-4565-8f71-e3d83ddc8762
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}

Shortcut
F1 untuk bantuan, F2 untuk mengganti tema, F3 atau R untuk mengganti resolusi layar, F untuk folding menu dan F7 untuk menampilkan submenu pada folding menu. E untuk mengedit, dan seterusnya.,.


Burg-manager?
Merupakan antarmuka berbasis grafis untuk Burg yang dikembangkan oleh pihak ketiga. Sejujurnya cara tercepat mengedit konfigurasi adalah dengan text editor, hehe.,. Aplikasi yang seharusnya mempermudah, justru kadang malah memperumit. Pada prakteknya Burg-manager sering hang -alasan yang sebenarnya-.

Why oh why?
Sebenarnya cukup menginstall satu boot manager pada MBR, entah itu Grub / Grub2 / Burg. Sedangkan pada partisi root tiap distro tidak perlu diinstall boot manager. Namun sudah menjadi kebiasaanku, alasan lain adalah untuk kemudahan -atau mempersulit?-, karena boot manager pada MBR men-chainloader ke -apapun- boot manager pada partisi root tiap distro.

Read More