Monday, November 1, 2021

KDE Plasma 5.23 Kwin X11 Fix

  No comments

KDE Plasma 5.23 telah dirilis beberapa hari yang lalu, sesuai rencana jadwal rilis versi kali ini pun sudah melewati tahap pengembangan beta. Namun yang namanya perangkat lunak, pasti ada saja bug-bug kecil yang terlewatkan. Salah satunya yang terjadi pada sesi X11, KDE Plasma seakan berjalan tanpa akselerasi grafis. Walaupun kalau diperiksa pun akselerasi grafis dinyatakan berjalan normal namun tetap saja muncul artefak-artefak hitam pada panel dan window. Lucunya ketika menggunakan sesi Wayland, hal ini tidak terjadi. Lalu kenapa tidak memakai Wayland saja? alasannya karena sampai tulisan ini dibuat -setahuku- belum ada aplikasi yang dapat mengontrol kecerahan layar. Kemungkinan lainnya adalah limitasi ini hanya berlaku pada perangkat keras yang aku gunakan.


Jadi bagaimana caranya? Pastikan logout dari KDE Plasma terlebih dahulu, login ke lingkungan desktop selain KDE atau pindah saja ke sesi shell kedua (tty2) dari login manager dengan menekan kombinasi Ctrl + Alt + F2. Pada dasarnya hanya perlu mengedit file konfigurasi kwinrc yang letaknya pada. Gunakan teks editor seperti nano dan sebagainya.


/home/username/.config/kwinrc


hapus baris


GLPlatformInterface=egl


simpan dan reboot saja daripada ribet.

Monday, September 20, 2021

RIP Linux-ck

  No comments


Sempat bertanya-tanya, kok sudah lama linux-ck tidak termutahirkan ya? Ada apa denganmu. Usut punya usut, eh ternyata Con Kolivas rehat dulu dari dunia perkernelan dan kemungkinan besar CK patch set berhenti pengembangannya. Alasannya sih personal, sudah tidak berminat lagi dan c*v1d19.


Sangat disayangkan memang, tapi merawat patch diluar tree kernel official sih merupakan tugas yang tidak mudah karena harus menyesuaikan setiap ada perubahan yang berpengaruh pada level dasar. Begini sebenarnya, patch seperti CK, LQX, TKG, Xanmod, Zen, dan lain-lain yang semua berorientasi pada peningkatan performa di desktop, tidak akan mungkin di merger ke upstream kernel. Karena kernel Linux yang dipegang Linus Torvalds lebih bersifat umum dan birokrasi tentunya, tidak semua pengembang akan setuju dengan proposal tweak pada desktop yang diajukan. Menariknya walaupun begitu, ternyata saat ini banyak proyek-proyek yang tetap berjalan diluar tree Linux kernel official.


Terima kasih Con Kolivas atas kerja kerasnya selama ini.


BTW, kurang lebih sudah memakai linux-ck 10 tahun ternyata -_-.

BTW lagi, pakai apa sekarang? gonta-ganti antara linux-tkg dan linux-xanmod.

Monday, August 30, 2021

30 Tahun Linux

  No comments

Ini akan menjadi blog yang sangat singkat.


Jadi proyek Linux kini telah menginjak usia 30 tahun pada bulan ini. Jika boleh diringkas -yang tentunya super duper ringkas-, prestasi apa yang telah dicapai oleh komunitas Linux selama ini. Dilihat dari sisi negatifnya dulu deh, sektor mana yang gagal ditaklukan Linux? Gampang, jawabnya adalah desktop! "the year of Linux desktop" sudah menjadi candaan internal komunitas, yang dengan segala daya upaya apapun sepertinya penetrasi Linux di desktop sangat lambat berkembang. Bahkan kalau percaya dengan data-data metrik yang dikeluarkan oleh organisasi tertentu -atau apalah bentuk legalnya-, hanya 1% sampai 2% dominasi Linux di desktop. Percaya sama data tersebut? Kalau tidak ada data pembanding sih ya sama saja bohong. Analoginya begini, jika 9 dari 10 orang mengatakan mencuri itu boleh saja, dan hanya 1 orang yang mengatakan mencuri itu buruk, apakah dengan begitu tindakan mencuri itu dimaklumi begitu saja karena mayoritas mendukung?. Manipulasi data metrik begini sangat mudah dilakukan, cukup dengan modal sumber daya dan motif semuanya dapat "disesuaikan".


Sekarang dilihat dari sisi positifnya, dimulai darimana ya? -waduh-. Ringkasnya sih "everything but desktop", terjemahannya gimana ya? -hahaha-. Kalau sistem operasi yang lain itu mumpuni, kenapa super komputer dan server didominasi oleh Linux? 500 super komputer tercepat semuanya Linux. Padahal kalau ditelaah, sebenarnya predikat pada lini ini sangat prestisius. Benda yang selalu anda bawa sehari-hari pun tak luput dari imutnya tux, ya Android itu distro Linux juga. Konsol pun sebagian besar memakai BSD, karena lisensi yang memungkinkan. Tapi kan BSD bukan Linux? BSD itu masih Unix juga, begitupun Linux juga termasuk keluarga Unix, jadi bisa dibilang masih ada kaitannya secara tidak langsung -btw macOS juga menggunakan basis BSD lho-. Ok hal tersebut tadi terkesan memaksa, tapi kalau Steam Deck nya Valve itu jelas Linux, lebih tepatnya memakai Arch Linux. Oh ya, Chrome OS itu juga Linux lho. Sebenarnya masih banyak yang lainnya, tapi berhubung yang ingat cuman sebatas itu saja.


-aslinya malas nulisnya saja sih-.

Tuesday, July 20, 2021

Steam Deck, Konsol Genggam Portabel Besutan Valve

  No comments
All hand on deck...!?


Jujur saja saat baca beritanya sempat tertegun dibuatnya, apa ini hoax? april mop? kan bulan juli ya. Ternyata beritanya otentik -glek-.


Setelah gagal dengan Steam Machine, Valve sempat dikira bakal meninggalkan Linux yang diperparah dengan jarangnya pemutahiran SteamOS -Distro Linux berbasis Debian-. Yang terakhir dengan berhentinya produksi Steam Controller generasi pertama, pupus sudah harapan para penguin. Steam Controller yang bagi beberapa kalangan merupakan gamepad yang aneh namun banyak juga yang menyukainya, teringat perjuanganku mendapatkan gamepad satu ini -harganya disini mahal euy, dibandingkan gamepad sekelasnya-. Walaupun masih berharap dirilisnya Steam Controller generasi kedua setelah beredarnya patent yang kemungkinan besar diduga otentik.


Gagalnya Steam Machine, menurutku karena pasar yang belum siap dan Valve yang terlalu bersemangat dalam upaya keterbukaan. Karena konsep yang diusung Steam Machine berbeda, tidak ada referensi baku spesifikasi perangkat kerasnya -bahasa kerennya open computing-. Berbeda jauh dengan konsol seperti Play PlayStation dan Xbox, yang ironisnya justru inilah titik gagalnya Steam Machine. Harapku Valve segera merevisi generasi kedua dengan cukup meniru formula yang sudah terbukti populer dari konsol yang telah ada.


Hasilnya ya Steam Deck, bisa ditebak kan inspirasinya dari mana? Nintendo Switch tentunya. Terjawab sudah kenapa Valve begitu bersemangat merilis Steam Proton, ternyata ada Steam Deck dibalik Steam Proton. Secara mengejutkan Valve merilis Steam Proton, layer kompabilitas Windows yang terintegrasi di Steam Client. Ya, Steam Proton berbasis teknologi dari Wine, DXVK, dan lain-lain. Memainkan game Windows semudah memainkan game native Linux.


Steam Deck menggunakan sistem operasi SteamOS 3.0 yang dibasis ulang menggunakan Arch Linux yang dapat berjalan di dua mode, konsol genggam dan desktop. Mode desktopnya menggunakan KDE, tidak mengherankan memmang mengingat KDE dibuat dengan QT yang -menurutku- superior dibandingkan toolkit lainnya. Hal mengejutkan lainnya akan datangnya dukungan perangkat lunak anti cheat -satu-satunya hal yang membuat banyak game gagal dimainkan dengan Steam Proton-.


Dari segi perangkat keras, rupanya Valve menggandeng AMD dengan mengadopsi GPU APU generasi Zen 2. Berbeda dengan Steam Machine, Steam Deck sudah memakai referensi perangkat keras tunggal dengan opsi kapasitas penyimpanan internal berbeda, 64/256/512 GB, sedangkan spesifikasi lainnya sama semua.


Sialnya, Steam Deck hanya dapat di preorder pada beberapa negara saja, -duh alamat susah nyarinya di Indonesia ini-


-RIP Steam Machine 2.0-


https://www.steamdeck.com/en/

Wednesday, June 30, 2021

Strategi Dual Boot Terkini

  No comments



Mungkin ada yang masih terkekang dengan lingkaran benci dan cinta -lagu kali-. Yang dengan virtualisasi pun masih belum mencukupi, dan terpaksa harus mendua. Dengan kapasitas harddisk yang semakin besar dengan harga yang relatif murah per gigabyte nya, tentu bukan menjadi kendala lagi.


Lalu terbesit sebuah pertanyaan paling mendasar ketika kita memutuskan mendua. Strategi dual boot apa yang terbaik?


Jawaban singkatnya adalah install tiap sistem operasi pada harddisk yang berbeda. Dengan asumsi harddisknya minimal ada dua, tidak peduli entah itu nvme atau sata. Sayangnya ada keterbatasan dari metode ini, itu semua tergantung dari BIOS motherboardnya. Apakah di BIOS terdapat opsi untuk men-disable nvme dan atau sata?. BIOS terkini paling tidak punya opsi untu men-disable port sata, bahkan ada yang per port. Atau alternatifnya mencabut nvme dan atau mencabut kabel data dan power sata yang mungkin kita hindari karena ribet.


Kenapa harus begitu? tujuannya sih untuk mengisolasi Windows, walaupun secara default tidak mengenali file system Linux (ext4, btrfs, dll). Namun ada kalanya boot manager dari Windows menimpa Grub, dan pada beberapa kasus partisi Linux pun ikut dirusak oleh update berkala Windows. Pada dasarnya Windows tidak di desain untuk penggunaan multi OS dan selalu berasumsi bahwa harddisk yang pertama itu terinstall Windows. Tentu saja hal tersebut dapat berubah dikemudian hari, namun faktanya pada saat ini seperti itu.


Jadi bagaimana implementasinya? saat Windows digunakan, maka hanya harddisk yang terinstall Windows saja yang aktif, sedangkan harddisk yang terinstall Linux di nonaktifkan lewat BIOS. Kalau saat menggunakan Linux sih tidak perlu menonaktifkan harddisk apapun. Oh ya hal tersebut berlaku juga pada saat awal instalasi Windows. Agak ribet memang, tetapi salah satu tindakan preventif yang masuk akal ya itu tadi.


Ok kembali lagi ke BIOS, beruntung sekali jika terdapat opsi lengkap seperti menonaktifkan nvme dan sata (ssd dan harddisk mekanikal). Apalagi kalau nvme nya ada dua...


Tapi -sedikit- ribet kan...

Monday, May 31, 2021

Membuat Installer USB Flashdisk Windows 10 Di Linux

  No comments



Ya, judulnya tidak salah. Entah karena satu hal dan yang lainnya. Suatu ketika tiba-tiba perlu yangtidakbolehdisebutnamanyatapiadadijudul. Paniklah sejadinya -lebay-, setahuku Etcher tidak bisa -koreksi jika salah-.

WoeUSB, yang dulunya ada versi antarmuka GUI dan kini tinggal versi consolenya. Tapi tak mengapa, toh adanya hanya ini hehehe.
Cara menggunakannya pun cukup mudah,

sudo woeusb --device /path/ke/file/isonya /dev/sdx

contoh:
sudo woeusb --device /mnt/data/Public/Win10_21H1_EnglishInternational_x64.iso /dev/sde

Dimana path nya lebih baik full path saja, misalnya /home/agus/Downloads/Win10_21H1_EnglishInternational_x64.iso
Sedangkan /dev/sdx merupakan target usb flashdisk. Cara mengetahui disk mana yang flashdisk, masukkan usb flashdisk nya lalu buka terminal dan eksekusi dmesg. Karena sda, sdb, sdc dan sdd telah digunakan, maka flashdisk otomatis dikaitkan pada sde.




Fitur yang didukung seperti:
- mendukung Legacy PC/UEFI booting.
- mendukung filesystems FAT32 and NTFS.
- mendukung disk image (iso) dan dvd sebagai sumber.

Dukungan image instalasi Windows:
- Windows Vista dan setelahnya.
- Semua bahasa atau edisi.
- Windows PE.

Friday, April 30, 2021

Kernel Linux Kustom Berperforma

  No comments


Linux itu identik dengan kustomisasi, dapat beroperasi dari jam tangan hingga super komputer. Tak elak pengguna Distro seperti Gentoo pun masih mendewakan tingkat kustomisasi mendetail mereka, yang menurutku -maaf- lebih cenderung merepotkan. Untungnya komputasi kini jauh lebih sanggar jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Bayangkan secepat apa meng-compile kernel Linux dengan semisal cpu 16 core dan memory 32GB. Itu masih level desktop lho ya, beda lagi kalau sekelas server dengan clusternya, pastinya wuz wuz wuz...

Uniknya lagi, Linux itu identik juga dengan pilihan. Yang suka compile semua stak software nya ya silahkan, yang suka langsung dipakai ya ada, semua ada wadahnya.

Balik lagi ke topik, kustomisasi kernel yang dapat meningkatkan performa, fakta atau mitos? Sayang sekali aku bukanlah penggila benchmark, jadi yang berharap ada benchmark, tidak akan ada satupun. Semuanya disini berdasarkan pengalaman saja.

Bermula sekitar tahun 2010an, masih dengan laptop cupu ditenagai cpu Intel Celeron dari Core series, generasi sebelum generasi 1 Intel Core series yang sekarang telah mencapai generasi ke 11. Kala itu single core masih merajalela, dual dan quad core masih berasa premium. Dan lagi kapasitas RAM yang tidak selega sekarang. Bayangkan laptop dengan Intel Celeron dan memory 1GB, yang sialnya lagi igpu alias vga onboard nya -halo Via Chrome9- tidak mendukung Linux. Alhasil tidak ada akselerasi grafis sama sekali, yang bahkan menampilkan grafis dua dimensi pun dikerjakan oleh prosesor. Untuk memutar video beresolusi 720p pun tidak sanggup, nge-lag setiap sekian menit.

Dari sinilah pencarianku dimulai, Con Kolivas patch set menjadi kandidat utama. Biasa disingkat CK patch set, atau lebih mudahnya disebut linux-ck, merupakan kumpulan patch -tambalan- yang di aplikasikan diatas vanilla kernel Linux yang bertujuan meningkatkan performa terutama di desktop.

Hasilnya memang terlihat ada peningkatan, terutama saat cpu nya kuganti dari single core dengan dual core. satu core dipakai untuk "akselerasi grafis", dan satunya lagi untuk komputasi lainnya. Jika kembali menggunakan vanilla  atau stok kernel, kumat lagi seperti dulu.

Sejak saat itu, linux-ck menjadi andalan. Bukan berarti aku tidak mencoba kernel kustom lainnya -sebut saja linux-lqx, linux-pf, linux-tkg, linux-zen dan seterusnya-, tapi rasanya linux-ck yang paling mantap.

Sepuluh tahun kemudian, adakah kontender yang lain? Mungkin linux-xanmod? Ya kebetulan saja sih baru tahu tentang linux-xanmod, dan rasanya performanya setara atau lebih baik dari linux-ck. Proyek Xanmod yang dimulai pada tahun 2017, akhir-akhir ini menjadi primadona di kalangan gamers. Sebagai informasi, Linux kini telah memiliki beragam cpu scheduler, disk scheduler, dan tweak lainnya -yang jujur saja agak malas mencoba satu persatu, hehehe-

Benchmarknya mana? -entahlah-


Sunday, February 28, 2021

Orico 5.0 USB Bluetooth Adapter Di Linux

  4 comments

Lagi mencari usb adapter dongle dengan bluetooth versi 5.0? Bukannya berniat promosi sih, cuman satu-satunya produk yang terbilang terpercaya adanya cuman ini. Sebenarnya ada satu lagi produk dari Ugreen, namun harganya masih dua kali lipat.

Orico BTA 508 ini menggunakan chip dari Realtek RTL8761B, dan untungnya sudah mendukung bluetooth 5.1 -ya benar, tidak salah tulis-. Dukungan perangkat keras, sesuai spesifikasi bluetooth 5.0 harusnya mencakup bluetooth keyboard, mouse, earphone / headset / headphone, speaker, smartphone, printer dan game controller / gamepad.

Yang sudah ku coba sih baru:
- Bluetooth keyboard for Android (generic)
- Advan StartGo TWS2
- Bluedio T2 Plus Turbine
- Dualshock 4
- Xiaomi Bluetooth Gamepad

Agar dapat digunakan di Linux, cukup dengan menginstall firmware / binary blobs. Untuk Arch Linux.
yay -S rtl8761b-fw


Untuk distro lain, dengan asumsi paketnya tidak ada di repository, ya cara manual saja.
referensi:

Unduh firmware disini.

Path lengkapnya.
/usr/lib/firmware/rtl_bt/rtl8761b_fw.bin

Kalau folder rtl_bt belum ada, buat dulu. Kemudian salin dan ubah namanya menjadi rtl8761b_fw.bin dengan sudo.
sudo mkdir /usr/lib/firmware/rtl_bt
sudo cp rtl8761b_fw /usr/lib/firmware/rtl_bt/rtl8761b_fw.bin

Tancap, nyalakan dan pairing.

Friday, January 15, 2021

Blacklist Bluetooth Internal Laptop

  No comments
lsusb



Entah karena satu hal dan lainnya, mungkin kita perlu menonaktifkan bluetooth internal pada laptop. Tentunya Linux dapat mengatur lebih dari satu adapter bluetooth baik dari CLI maupun GUI, namun akan lebih mudah jika hanya satu adapter saja yang aktif. Oh ya, umumnya bluetooth dan wi-fi adapter pada laptop merupakan satu modul, nantinya wi-fi akan tetap berfungsi kok. Jadi bagaimana caranya?

Buka terminal, ketik lsusb untuk melihat daftar perangkat keras yang terhubung pada port USB.
$ lsusb
Bus 002 Device 003: ID 058f:6366 Alcor Micro Corp. Multi Flash Reader
Bus 002 Device 002: ID 8087:0024 Intel Corp. Integrated Rate Matching Hub
Bus 002 Device 001: ID 1d6b:0002 Linux Foundation 2.0 root hub
Bus 001 Device 005: ID 0c45:6455 Microdia Lenovo EasyCamera
Bus 001 Device 004: ID 0489:e032 Foxconn / Hon Hai Broadcom BCM20702 Bluetooth
Bus 001 Device 008: ID 19d2:1405 ZTE WCDMA Technologies MSM ZTE Wireless Ethernet Adapter
Bus 001 Device 007: ID 046d:c534 Logitech, Inc. Unifying Receiver
Bus 001 Device 006: ID 046d:c52b Logitech, Inc. Unifying Receiver
Bus 001 Device 003: ID 1a40:0101 Terminus Technology Inc. Hub
Bus 001 Device 002: ID 8087:0024 Intel Corp. Integrated Rate Matching Hub
Bus 001 Device 001: ID 1d6b:0002 Linux Foundation 2.0 root hub
Bus 004 Device 001: ID 1d6b:0003 Linux Foundation 3.0 root hub
Bus 003 Device 001: ID 1d6b:0002 Linux Foundation 2.0 root hub

Perhatikan setelah kolom ID, kolom pertama (0489) adalah idVendor dan kolom kedua (e032) adalah idProduct dari bluetooth adapter internal laptop.

Lalu buat dan edit berkas rules dengan editor teks seperti nano, vim atau kwrite.
$ sudo touch /etc/udev/rules.d/81-bluetooth-hci.rules
edit berkasnya
$ sudo nano /etc/udev/rules.d/81-bluetooth-hci.rules
atau
$ sudo vim /etc/udev/rules.d/81-bluetooth-hci.rules
atau
$ kwrite /etc/udev/rules.d/81-bluetooth-hci.rules
ketika disimpan nanti akan ditanyakan password sudo.

Isi dari 81-bluetooth-hci.rules
SUBSYSTEM=="usb", ATTRS{idVendor}=="0489", ATTRS{idProduct}=="e032", ATTR{authorized}="0"
Ganti idVendor dan idProduct sesuai dengan perangkat keras yang dimiliki.

Aturan penamaan berkas rules, angka didepan menunjukkan prioritas, semakin besar di eksekusi paling terakhir. Berikutnya diikuti dengan nama bebas tanpa spasi dan diakhiri dengan ekstensi rules.

Reload udev rules dengan
$ sudo udevadm control --reload-rules && sudo udevadm trigger
Atau reboot saja, sekarang tinggal pairing ulang dengan bluetooth dongle penggantinya.

Tuesday, January 5, 2021

Blokir GNOME Tracker Secara Permanen

  No comments

Entah kenapa para pengembang GNOME berasumsi bahwa mengaktifkan fitur pengindexan file-file secara default merupakan ide yang jenius. Tidak kah mereka belajar dari pengalaman KDE Plasma 4 yang telah gagal karena hampir semua pengguna menonaktifkan fitur ini -disclaimer, berdasarkan pengamatan pribadi saja-. Walaupun pada KDE Plasma 5, Baloo masih terus dikembangkan, namun untuk menonaktifkan fitur ini cukup dengan beberapa klik saja. Lain halnya dengan GNOME, coba silahkan cari dimana opsi ini di pengaturan.


Kenapa tidak bisa? -belum tekan enter-.



Diatas kertas, konsep pengindexan file sangatlah menarik, bayangkan jika anda ingin mencari file atau folder tertentu langsung dari menu maupun file manager secara cepat. Bahkan implementasi dari pengembang KDE lebih jauh lagi, dapat mencari di dalam file dokumen seperti pdf, doc, dsb. Namun pada prakteknya layanan seperti ini banyak mengkonsumsi sumber daya komputer ketika mengindex, dan tentunya dapat menginterupsi aktivitas pengguna. Beberapa bulan yang lalu -lupa kapan tepatnya-, Tracker selalu aktif saat start up dan langsung mengindex tanpa menunggu kondisi idle. Parahnya lagi, hal tersebut terjadi saat aku memakai KDE Plasma, bukan GNOME. Cara untuk menonaktifkannya sebagai berikut.


$ systemctl --user mask tracker-store.service tracker-miner-fs.service tracker-miner-rss.service tracker-extract.service tracker-miner-apps.service tracker-writeback.service && tracker reset --hard

Namun tak lama setelah itu, cara diatas sudah tidak lah efektif karena harus di eksekusi setiap kali login ke DE. Daripada ribet harus bergumul dengan gsettings, yang belum tentu berhasil dan kemungkinan dikemudian hari berubah lagi perintahnya. Aku pilih jalan pintas saja, hehehe...

$ cd ~/.config/autostart
$ cp -v /etc/xdg/autostart/tracker-*.desktop ./
$ for FILE in tracker-*.desktop; do echo Hidden=true >> $FILE; done
$ rm -rf ~/.cache/tracker ~/.local/share/tracker

terus reboot deh.

Apa yang dilakukan diatas adalah menyalin file .desktop tracker dari /etc/xdg/autostart (global) ke home pengguna ~/.config/autostart (per user). Kemudian menambahkan Hidden=true pada .desktop, lalu menghapus direktori tracker.