Setahun Menggunakan Arch Linux
Hm.,. ga kerasa udah setahun lebih make Arch Linux, bisa dibilang lebih banyak suka daripada duka. Awalnya penasaran dengan rolling release distro, karena distro tersebut selalu memakai software versi terbaru. Setelah mencari info dengan bantuan om google hasilnya cukup mengejutkan, dari sekitar 350 an distro kurang dari 5 distro yang memakai rolling release.
Dua kandidat teratas yaitu Arch Linux dan Sidux, Sidux merupakan distro turunan Debian yang memakai paket Debian Sid (unstable), sedangkan Arch Linux bukan merupakan turunan distro apapun.
Dari dokumentasinya Arch Linux menawarkan fleksibilitas lebih daripada Sidux, tanpa pikir panjang esoknya aq mendownload iso image rilis terbaru 02.2009 64bit. Proses instalasi memakan waktu yang cukup singkat, karena iso image nya sendiri hanya berisikan paket base install tanpa ada desktop environment, bahkan X.org pun tidak ada. Setelah konfigurasi user,group,network dan dialup, tinggal menyambungkan laptopq ke server Arch Linux lalu kemudian proses download dan instalasi paket sesuai keinginan. Berhubung koneksiq ga cepet-cepet amat alias lemot abiz, sebagai percobaan q install DE XFce, sebelumnya perlu men setup X.org terlebih dahulu baru install DE. Berbekal Arch Linux Wiki, rasanya ga susah2 amat hari itu juga Arch Linux q up and running.,.
Tentunya ga sampai disitu aja, baru DE tanpa aplikasi apapun ga bisa dipake donk, tinggal install Firefox, Thunderbird, SMplayer, Amarok, VLC dan aplikasi lainnya. Dari segi usability XFce ga kalah bagusnya dengan KDE dan Gnome, walaupun dari segi eyecandy nya jelas sudah terlihat usang. Dengan memakai theme yang tepat XFce bisa terlihat seindah KDE. Lebih dari tiga bulan kemudian, aq benar-benar menikmati model rolling release, tanpa perlu menunggu setiap 6 bulan sekali, Arch Linux q terupdate dengan software versi terbaru. Karena merasa cocok dengan Arch Linux, akhirnya aq memberikan Arch Linux ruang yang lebih di harddisk. Sedikit merombak partisi, lalu re-install Arch Linux tapi kali ini memakai KDE. Konsekuensinya adalah waktu download paket-paket KDE SC yang cukup lama, totalnya kurang lebih 500MB. Dengan koneksi lemotq butuh waktu seharian untuk mendownload semua paket.
Rupanya semua itu ga sia-sia, sebagai fans nya KDE sejak KDE 3.x, KDE SC 4.x series nie tiap rilis selalu membawa perbaikan disana sini. Arch Linux memiliki dua versi KDE, KDE Arch Linux official dan KDEMod dari proyek Chakra. Aq memakai KDEMod karena Chakra menambahkan beberapa patch.
Apapun distronya, tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan :
* Stabil.
* Rolling Release.
* Vanilla dengan patch seperlunya.
* Distro yang berbasis komunitas.
* Dukungan komunitas melalui wiki, forum, irc dll.
* Membuat paket Arch Linux cukup mudah dipahami daripada DEB atau RPM.
Kekurangan :
* Belum memakai Delta Package, sehingga ukuran paket yang didownload relatif besar.
* Belum memakai Signed Package, walaupun memakai hash check namun paket yang telah di sign lebih terjamin keabsahannya.
* Koleksi aplikasi belum sebanyak Ubuntu, apalagi Debian. Walaupun ada AUR namun lebih afdol jika paket tersebut masuk ke Community repository.
* Lebih cocok buat Desktop dari pada Server, bukan berarti ga bisa dipakai sebagai Server. Ada proyek komunitas yang memodifikasi Arch Linux supaya cocok dipakai sebagai Server.
Paket yang berpeluang broken antara lain :
* Kernel Linux
* X.org
* Driver VGA propiertary (Nvidia dan ATI/AMD)
Sejauh ini aq cukup beruntung karena belum pernah mengalami hal diatas. Kenapa bisa broken? Dewasa ini pengembangan Kernel Linux sangat cepat, paling banyak di area driver. Jadi regresi bisa saja terjadi dengan adanya penambahan dan penggurangan kode. Ga semua manufaktur hardware menyediakan driver opensource, dalam hal ini VGA produk dari Nvidia dan ATI/AMD. Karena Arch Linux selalu meng-update X.org versi terbaru, sedangkan kebanyakan driver closed source perlu waktu beberapa bulan untuk sekompatibel mungkin dengan versi X.org tersebut. Jadi solusinya adalah tidak meng-update X.org menunggu rilis driver VGA closed source yang kompatible atau memakai driver open source buatan komunitas dengan konsekuensi penurunan performa di 3D atau bahkan tidak mendukung 3D sama sekali.
Ya begitulah Arch Linux, semoga kedepan lebih maju.,.
Edit September 2016 : Follow up tujuh tahun kemudian
Dua kandidat teratas yaitu Arch Linux dan Sidux, Sidux merupakan distro turunan Debian yang memakai paket Debian Sid (unstable), sedangkan Arch Linux bukan merupakan turunan distro apapun.
Dari dokumentasinya Arch Linux menawarkan fleksibilitas lebih daripada Sidux, tanpa pikir panjang esoknya aq mendownload iso image rilis terbaru 02.2009 64bit. Proses instalasi memakan waktu yang cukup singkat, karena iso image nya sendiri hanya berisikan paket base install tanpa ada desktop environment, bahkan X.org pun tidak ada. Setelah konfigurasi user,group,network dan dialup, tinggal menyambungkan laptopq ke server Arch Linux lalu kemudian proses download dan instalasi paket sesuai keinginan. Berhubung koneksiq ga cepet-cepet amat alias lemot abiz, sebagai percobaan q install DE XFce, sebelumnya perlu men setup X.org terlebih dahulu baru install DE. Berbekal Arch Linux Wiki, rasanya ga susah2 amat hari itu juga Arch Linux q up and running.,.
Tentunya ga sampai disitu aja, baru DE tanpa aplikasi apapun ga bisa dipake donk, tinggal install Firefox, Thunderbird, SMplayer, Amarok, VLC dan aplikasi lainnya. Dari segi usability XFce ga kalah bagusnya dengan KDE dan Gnome, walaupun dari segi eyecandy nya jelas sudah terlihat usang. Dengan memakai theme yang tepat XFce bisa terlihat seindah KDE. Lebih dari tiga bulan kemudian, aq benar-benar menikmati model rolling release, tanpa perlu menunggu setiap 6 bulan sekali, Arch Linux q terupdate dengan software versi terbaru. Karena merasa cocok dengan Arch Linux, akhirnya aq memberikan Arch Linux ruang yang lebih di harddisk. Sedikit merombak partisi, lalu re-install Arch Linux tapi kali ini memakai KDE. Konsekuensinya adalah waktu download paket-paket KDE SC yang cukup lama, totalnya kurang lebih 500MB. Dengan koneksi lemotq butuh waktu seharian untuk mendownload semua paket.
Rupanya semua itu ga sia-sia, sebagai fans nya KDE sejak KDE 3.x, KDE SC 4.x series nie tiap rilis selalu membawa perbaikan disana sini. Arch Linux memiliki dua versi KDE, KDE Arch Linux official dan KDEMod dari proyek Chakra. Aq memakai KDEMod karena Chakra menambahkan beberapa patch.
Apapun distronya, tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan :
* Stabil.
* Rolling Release.
* Vanilla dengan patch seperlunya.
* Distro yang berbasis komunitas.
* Dukungan komunitas melalui wiki, forum, irc dll.
* Membuat paket Arch Linux cukup mudah dipahami daripada DEB atau RPM.
Kekurangan :
* Belum memakai Delta Package, sehingga ukuran paket yang didownload relatif besar.
* Belum memakai Signed Package, walaupun memakai hash check namun paket yang telah di sign lebih terjamin keabsahannya.
* Koleksi aplikasi belum sebanyak Ubuntu, apalagi Debian. Walaupun ada AUR namun lebih afdol jika paket tersebut masuk ke Community repository.
* Lebih cocok buat Desktop dari pada Server, bukan berarti ga bisa dipakai sebagai Server. Ada proyek komunitas yang memodifikasi Arch Linux supaya cocok dipakai sebagai Server.
Paket yang berpeluang broken antara lain :
* Kernel Linux
* X.org
* Driver VGA propiertary (Nvidia dan ATI/AMD)
Sejauh ini aq cukup beruntung karena belum pernah mengalami hal diatas. Kenapa bisa broken? Dewasa ini pengembangan Kernel Linux sangat cepat, paling banyak di area driver. Jadi regresi bisa saja terjadi dengan adanya penambahan dan penggurangan kode. Ga semua manufaktur hardware menyediakan driver opensource, dalam hal ini VGA produk dari Nvidia dan ATI/AMD. Karena Arch Linux selalu meng-update X.org versi terbaru, sedangkan kebanyakan driver closed source perlu waktu beberapa bulan untuk sekompatibel mungkin dengan versi X.org tersebut. Jadi solusinya adalah tidak meng-update X.org menunggu rilis driver VGA closed source yang kompatible atau memakai driver open source buatan komunitas dengan konsekuensi penurunan performa di 3D atau bahkan tidak mendukung 3D sama sekali.
Ya begitulah Arch Linux, semoga kedepan lebih maju.,.
Edit September 2016 : Follow up tujuh tahun kemudian