Monday, October 10, 2011

Apa Kabar openSUSE Tumbleweed

  2 comments
Beberapa bulan yang lalu aku mencoba openSUSE Tumbleweed, dengan hasil yang memuaskan. Bagaimana setelah beberapa bulan berjalan.,.?

Beberapa catatan menarik yang perlu diperhatikan antara lain :
  • Besarnya update yang terjadi dalam rentang harian, memang terkadang tidak tersedia update, namun lebih sering pasti ada rebuild pada repository Tumbleweed. Jika dibandingkan dengan Arch Linux dan Chakra GNU/Linux, openSUSE Tumbleweed sangat boros bandwidth -dengan asumsi user mengupdate tiap hari- dan jumlah paket yang harus didownload pun lebih banyak -atau sangat banyak?-, kurang lebih antara 100MiB-500MiB. Mungkin padanan yang serupa adalah Linux Mint Debian Edition -walaupun kedepan akan berkurang drastis, karena LMDE menerapkan sistem "Update Pack", tidak langsung diupdate dari Debian Sid (unstable).
Praktek terbaik: Jika anda memiliki bandwidth terbatas a.k.a koneksi lambat -sudah gitu ada quotanya lagi.,. LOL-. Tetapi tetap ingin memakai openSUSE Tumbleweed, lakukan update dalam rentang mingguan -1 atau 2 minggu sekali-, atau bahkan cukup sebulan sekali. Tentunya ada resiko tersendiri jika memilih langkah tersebut, salah satunya dalam hal keamanan.

  • Prosedur update yang membingungkan, memang sudah dijelaskan bahwa tidak disarankan mengupdate melalui YaST, tapi bukan berarti melalui terminal juga mudah. Salah satu cara-atau dua?- mengupdate yaitu zypper dup atau zypper dup --from Tumbleweed, yang pada prakteknya cara terbaik adalah zypper dup --from Tumbleweed. Mengapa begitu? Karena jika anda mengupdate dengan mengeksekusi perintah zypper dup bisa dipastikan terjadi vendor change, dengan kata lain terjadi pencampuran paket dari repository Stable dan Tumbleweed.
Praktek terbaik: Update melalui terminal dengan mengeksekusi perintah zypper dup --from Tumbleweed. Resikonya? paket-paket dari repository lain tidak akan diupdate, dengan kata lain user harus mengupdate per repository.

  • Resolusi dependency paket yang juga membingungkan, masih terkait dengan poin diatas. Saat mengupdate dipastikan anda akan ditanya oleh zypper berkaitan dengan vendor change beserta ketergantungan paket-paket. Walaupun tidak bisa dipungkiri zypper itu bagus, namun menurutku terlalu ribet jika dibandingkan dengan pacman. kasus yang terjadi seperti ketika zyyper menangani paket terkait yang sudah tidak menjadi dependency paket lainnya, bukannya menghapus paket tersebut malahan mendowngrade banyak paket, celakanya beda arsitektur lagi.
Praktek terbaik: Solusinya dengan melihat dependency paket yang bermasalah tersebut, kemudian menghapusnya terlebih dahulu sebelum mengupdate sistem.

  • Beberapa paket sering diupdate, beberapa paket menunggu diupdate, TBH hal ini dapat disebut kekurangan, tapi dapat juga disebut kelebihan. Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah kestabilan. Saat ini Tumbleweed sudah menyediakan Kernel Linux 3.0.x, dan KDE SC 4.7.x baru akan muncul paling lambat minggu depan. Sangat kontras dimana Arch Linux sudah menikmati KDE SC 4.7.2, sedangkan Chakra GNU/Linux baru KDE SC 4.7.1.
Praktek terbaik: Kestabilan adalah hal yang utama

Yang terakhir adalah, openSUSE user yang men-update Tumbleweed pada rentang seminggu yang lalu -terhitung sejak hari ini-, kemungkinan besar menemukan sistemnya BROKEN. Tunggu seminggu kedepan, karena om Greg kh akan memperbaikinya.,.

2 comments :

  1. Kamu pakai Tumbleweed yang Upgrade Online (Ganti Repo) atau langsung Clean Install pakai Installer openSUSE Tumbleweed ?

    Oh ya, saya baru pakai openSUSE nih,,, sebelumnya pakai Kubuntu, alasan pindah karena kecewa, masa iya saya jalankan perintah sudo apt-get autoremove --purge mysql-server eh malah yang ikutan dihapus package-package yang tidak ada kaitannya dengan mysql, malah menghapus amarok, knote, dsb (package lib) dan alhasil system jadi tidak stabil, sering crash,,, padahal autoremove kan fungsinya untuk menghapus package dependency yang sudah tidak terpakai.

    Kembali ke Tumbleweed, katanya sih ya,,, Tubleweed itu meski Rolling Release tapi tetap mementingkan kestabilan, tidak seperti Arch. Soal kecepatan ketersediaan versi baru jelas Arch lebih cepat.

    Finally, saya memilih openSUSE karena DE Favorite saya ya cuma KDE, dan KDE yang paling indah dan stabil adanya cuna di openSUSE.

    Selain itu banyaj fitur yang tidak ada di Kubuntu tapi ada di openSUSE secara default, seperti Konsoke as Superuser, Open Terminal Here (klik kanan di dalam folder), dsb

    openSUSE sekarang untuk urusan font default sekarang sudah lebih baik, kalo dulu saya sering risih melihat font default openSUSE yang tidak smooth.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sorry habis hiatus dari ngeblog, baru update themes, hehehe.


      Sebenarnya ini artikel lama waktu openSUSE 11.4 dirilis. Artikel ini memakai metode upgrade dari openSUSE 11.4 ke Tumbleweed (ganti repo).

      Saya gak familiar sama Debian based distro, yang jelas itu apps yang kehapus dependensinya sama mysql, jadi kena hapus sekalian.


      Kalau bicara soal kestabilan, dari pengalaman sih dua-duanya cukup stabil. Bedanya paling software di Arch lebih cepat di update.

      Saya KDE user sejak era KDE 3 ™. Gak ada KDE based distro sebagus SuSE. hehe ingat aja soal font, memang itu soal font rada gimana gitu.


      Oh ya masih pakai openSUSE? apa sudah ganti distro lagi? hehehe... -sapa tau dibalas juga-

      Delete