Melihat Kebelakang
1995
Masih teringat ketika pertama kali melihat komputer milik temanku, berhubung saat itu aku masih SD jadinya belum terlalu tahu fungsi komputer. Sekitar tahun 1995, harga PC saat itu terbilang sangat mahal. Prosesornya sudah tentu masih Intel Pentium 80xxx.
Sebenarnya mau ikut les komputer, tapi yang ikutan kebanyakan siswa SMU, jadi batal deh.
Sistem Operasi yang dipakai kebanyakan DOS (Disk Operating System) dan Windows 3.xx, jangan salah walaupun ga ngerti tapi aku sudah lihat Windows 95 lho (untuk saat itu terbilang cukup cepat mendapatkan copy wareznya).
Saat masuk bangku SMP eh malah dapat pelajaran DBASE, masih berbasis DOS tuh. SMU lebih parah lagi ga dapat pelajaran tentang komputer sama sekali.
2002
Walaupun sempat terlupakan, selepas SMU keinginanku untuk belajar komputer bergejolak kembali. Mengambil Jurusan Teknisi Komputer setara Diploma 1 bukanlah pilihan buruk, justru inilah awal dari petualanganku.
Awalnya memang bukan hal yang mudah untuk mengetahui seluk beluk perangkat keras dan perangkat lunak. Namun hari demi hari berlalu dengan sedikit potongan ilmu terekam di kepala. Sistem Operasi yang ku pelajari sudah tentu dari keluarga Windows (Windows 98, Windows 2000, dan Windows Xp), bahkan saat itu dalam benak ku hanya Windows lah satu-satunya sistem operasi, namun setelah mendapatkan pencerahan baru aku tahu ternyata terdapat banyak sistem operasi di dunia ini. Di kemudian hari mulai beranjak ke Novell Netware, Salah satu sistem operasi khusus jaringan. Linux? pernah denger sich, tapi blom sempet nyentuh secara langsung.
Hari yang dinanti tiba, PC pertamaku hadir mengiringi langkahku. Dari spesifikasinya sich emang bwt game c, habis masih kerajingan Counter Strike. Namun pada prakteknya lebih sering ku oprek bwt 'riset' sistem operasi lain. Karena masih penasaran sama yang namanya Linux, berburu buku-buku dan majalah tentang Linux sudah menjadi hoby baru.
Distro Pertama
Red Hat 9, namun sial karena hardware ku ga didukung sama Kernel Linux 2.4.x yang tampil di monitor malah Kernel Panic. Lalu Mandrake 10.0 (kini Mandriva) yang bernasib sama seperti Red Hat 9 karena keduanya masih memakai versi Kernel yang sama.
Sempat vakum beberapa bulan guna menunggu rilis Distro terbaru, tapi tenang saja kan masih bisa "maen" sistem operasi laennya. Untuk mengenang masa lalu, aku menginstall Windows 3.xx dan Windows 95 dengan bantuan mesin virtual BOCHS, semuanya karena iseng semata.
Beberapa bulan berselang, Fedora Core 1 (kini Fedora) dengan upgrade ke Kernel Linux 2.6.x dirilis kepublik. Pada dasarnya Fedora Core 1 merupakan Red Hat 10, karena Red Hat Inc menghilangkan dukungan ke pengguna Desktop dan berkonsentrasi pada level Enterprise, maka muncul lah Distro Fedora Core yang merupakan versi komunitasnya Red Hat. Bisa dibilang Fedora Core lah Distro pertama yang berhasil terinstall di PC ku. Seperti kebanyakan newbie-newbie laennya, awalnya aku selalu menghadapi kendala-kendala saat menggunakan Linux.
Distro Hopper
Rasanya sejak menggenal Linux semua Distro Utama (lihat Distrowatch) sudah pernah aku coba kecuali Debian. Sebut saja Ubuntu, SuSE (kini openSUSE), Slackware, Mandrake (kini Mandriva), Fedora Core, Mepis, PC Linux OS, belum lagi Distro-distro kecil dan lain-lain nya, terlalu panjang untuk disebutkan semua. Pilihanku jatuh pada SuSE 9.1, alasannya sederhana sich karena SuSE merupakan Distro dengan tampilan terbaik saat itu (menggunakan KDE 3.5.x), dan lagi rutin pendeteksian hardwarenya sangat bagus, sehingga semua hardwarenya bisa berjalan dengan lancar.
Waktu pun berlalu, aku masih setia dengan openSUSE, YaST (Yet Another System Tools) nya pun semakin lengkap modul-modulnya. SuSE 9.1, 9.2, 9.3 lalu kemudian dibeli oleh Novell berganti menjadi openSUSE 10.0, 10.1, 10.2, 10.3, 11.0, 11.1, selalu terlihat peningkatan yang berarti pada setiap rilis terbarunya (dan dalam beberapa hari lagi openSUSE 11.2 dirilis). Namun sayang karena terdapat sedikit perbedaan ideologi, akhirnya aku memutuskan mengganti Distro Utamaku dengan Arch Linux, yang menurutku lebih "bersih" dari intervensi-intervensi perusahaan laen. Tapi sekali lagi semoga kedepan hal tersebut bisa berubah, karena bagaimanapun openSUSE memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki Distro laennya.
Multi Distro
Mungkin terdengar aneh, tapi aku menganut konsep ini. 1 Distro utama + beberapa Distro lainnya wajib terinstall. Alasanya? sederhana sich, hanya untuk merasakan pengalaman menggunakan Distro lainnya, disamping itu sebagai cadangan ketika Distro utama ku menggalami masalah.
Distro utama ku saat ini adalah Arch Linux, sedangkan yang kedua adalah openSUSE, kemudian Ubuntu (atau Linux Mint turunan dari Ubuntu). Hampir 90% waktuku memakai komputer atau laptop kuhabiskan dengan Arch Linux.
Sistem Operasi Lainnya
Walaupun Linux adalah sistem operasi utama ku, tetap saja tidak menggurangi rasa keingintahuanku mencicipi sistem operasi lainnya. Sebut saja dari keluarga BSD Unix, ReactOS (klonning dari Windows Xp), MonaOS, Haiku (klonning dari BeOS), dll. Untuk sekarang relatif lebih mudah untuk mencoba hal tersebut diatas, dengan memakai tekhnologi virtualisasi ga perlu menginstall pada komputer beneran. Kalau dulu aku lebih mengandalkan BOCHS dan Qemu, namun sekarang rasanya VirtualBox memiliki banyak fitur dan menawarkan kemudahan dari pada dua solusi sebelumnya.
Kini
Memang yah, ternyata ilmu itu ga ada habisnya, semakin dipelajari semakin menarik.
CD-CD Linux ku kini telah menjadi koleksi di rak, bukannya tersiakan, tp CD-CD itu yang telah mengiringi langkahku selama ini.,.
Masih teringat ketika pertama kali melihat komputer milik temanku, berhubung saat itu aku masih SD jadinya belum terlalu tahu fungsi komputer. Sekitar tahun 1995, harga PC saat itu terbilang sangat mahal. Prosesornya sudah tentu masih Intel Pentium 80xxx.
Sebenarnya mau ikut les komputer, tapi yang ikutan kebanyakan siswa SMU, jadi batal deh.
Sistem Operasi yang dipakai kebanyakan DOS (Disk Operating System) dan Windows 3.xx, jangan salah walaupun ga ngerti tapi aku sudah lihat Windows 95 lho (untuk saat itu terbilang cukup cepat mendapatkan copy wareznya).
Saat masuk bangku SMP eh malah dapat pelajaran DBASE, masih berbasis DOS tuh. SMU lebih parah lagi ga dapat pelajaran tentang komputer sama sekali.
2002
Walaupun sempat terlupakan, selepas SMU keinginanku untuk belajar komputer bergejolak kembali. Mengambil Jurusan Teknisi Komputer setara Diploma 1 bukanlah pilihan buruk, justru inilah awal dari petualanganku.
Awalnya memang bukan hal yang mudah untuk mengetahui seluk beluk perangkat keras dan perangkat lunak. Namun hari demi hari berlalu dengan sedikit potongan ilmu terekam di kepala. Sistem Operasi yang ku pelajari sudah tentu dari keluarga Windows (Windows 98, Windows 2000, dan Windows Xp), bahkan saat itu dalam benak ku hanya Windows lah satu-satunya sistem operasi, namun setelah mendapatkan pencerahan baru aku tahu ternyata terdapat banyak sistem operasi di dunia ini. Di kemudian hari mulai beranjak ke Novell Netware, Salah satu sistem operasi khusus jaringan. Linux? pernah denger sich, tapi blom sempet nyentuh secara langsung.
Hari yang dinanti tiba, PC pertamaku hadir mengiringi langkahku. Dari spesifikasinya sich emang bwt game c, habis masih kerajingan Counter Strike. Namun pada prakteknya lebih sering ku oprek bwt 'riset' sistem operasi lain. Karena masih penasaran sama yang namanya Linux, berburu buku-buku dan majalah tentang Linux sudah menjadi hoby baru.
Distro Pertama
Red Hat 9, namun sial karena hardware ku ga didukung sama Kernel Linux 2.4.x yang tampil di monitor malah Kernel Panic. Lalu Mandrake 10.0 (kini Mandriva) yang bernasib sama seperti Red Hat 9 karena keduanya masih memakai versi Kernel yang sama.
Sempat vakum beberapa bulan guna menunggu rilis Distro terbaru, tapi tenang saja kan masih bisa "maen" sistem operasi laennya. Untuk mengenang masa lalu, aku menginstall Windows 3.xx dan Windows 95 dengan bantuan mesin virtual BOCHS, semuanya karena iseng semata.
Beberapa bulan berselang, Fedora Core 1 (kini Fedora) dengan upgrade ke Kernel Linux 2.6.x dirilis kepublik. Pada dasarnya Fedora Core 1 merupakan Red Hat 10, karena Red Hat Inc menghilangkan dukungan ke pengguna Desktop dan berkonsentrasi pada level Enterprise, maka muncul lah Distro Fedora Core yang merupakan versi komunitasnya Red Hat. Bisa dibilang Fedora Core lah Distro pertama yang berhasil terinstall di PC ku. Seperti kebanyakan newbie-newbie laennya, awalnya aku selalu menghadapi kendala-kendala saat menggunakan Linux.
Distro Hopper
Rasanya sejak menggenal Linux semua Distro Utama (lihat Distrowatch) sudah pernah aku coba kecuali Debian. Sebut saja Ubuntu, SuSE (kini openSUSE), Slackware, Mandrake (kini Mandriva), Fedora Core, Mepis, PC Linux OS, belum lagi Distro-distro kecil dan lain-lain nya, terlalu panjang untuk disebutkan semua. Pilihanku jatuh pada SuSE 9.1, alasannya sederhana sich karena SuSE merupakan Distro dengan tampilan terbaik saat itu (menggunakan KDE 3.5.x), dan lagi rutin pendeteksian hardwarenya sangat bagus, sehingga semua hardwarenya bisa berjalan dengan lancar.
Waktu pun berlalu, aku masih setia dengan openSUSE, YaST (Yet Another System Tools) nya pun semakin lengkap modul-modulnya. SuSE 9.1, 9.2, 9.3 lalu kemudian dibeli oleh Novell berganti menjadi openSUSE 10.0, 10.1, 10.2, 10.3, 11.0, 11.1, selalu terlihat peningkatan yang berarti pada setiap rilis terbarunya (dan dalam beberapa hari lagi openSUSE 11.2 dirilis). Namun sayang karena terdapat sedikit perbedaan ideologi, akhirnya aku memutuskan mengganti Distro Utamaku dengan Arch Linux, yang menurutku lebih "bersih" dari intervensi-intervensi perusahaan laen. Tapi sekali lagi semoga kedepan hal tersebut bisa berubah, karena bagaimanapun openSUSE memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki Distro laennya.
Multi Distro
Mungkin terdengar aneh, tapi aku menganut konsep ini. 1 Distro utama + beberapa Distro lainnya wajib terinstall. Alasanya? sederhana sich, hanya untuk merasakan pengalaman menggunakan Distro lainnya, disamping itu sebagai cadangan ketika Distro utama ku menggalami masalah.
Distro utama ku saat ini adalah Arch Linux, sedangkan yang kedua adalah openSUSE, kemudian Ubuntu (atau Linux Mint turunan dari Ubuntu). Hampir 90% waktuku memakai komputer atau laptop kuhabiskan dengan Arch Linux.
Sistem Operasi Lainnya
Walaupun Linux adalah sistem operasi utama ku, tetap saja tidak menggurangi rasa keingintahuanku mencicipi sistem operasi lainnya. Sebut saja dari keluarga BSD Unix, ReactOS (klonning dari Windows Xp), MonaOS, Haiku (klonning dari BeOS), dll. Untuk sekarang relatif lebih mudah untuk mencoba hal tersebut diatas, dengan memakai tekhnologi virtualisasi ga perlu menginstall pada komputer beneran. Kalau dulu aku lebih mengandalkan BOCHS dan Qemu, namun sekarang rasanya VirtualBox memiliki banyak fitur dan menawarkan kemudahan dari pada dua solusi sebelumnya.
Kini
Memang yah, ternyata ilmu itu ga ada habisnya, semakin dipelajari semakin menarik.
CD-CD Linux ku kini telah menjadi koleksi di rak, bukannya tersiakan, tp CD-CD itu yang telah mengiringi langkahku selama ini.,.
Wah sangar mas iki.. begitu panjang perjalannya
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
ReplyDeleteSemoga kisah saya dapat menginspirasi orang lain juga.
ingin rasanya merasakan berjalan seperti admin terlihat begitu menarik
ReplyDelete