openSUSE 11.4
Masih 5 jam lagi menunggu pengumuman rilis resmi dari openSUSE 11.4, tapi aku sudah mendapatkan ISO DVD nya, hehe.,.
Pertanyaannya adalah apakah openSUSE 11.4 lebih baik dari openSUSE 11.3?
Sejauh ini dari segi art sangat bagus, konsisten dari Grub, bootsplash, KDM, KSplash, sampai wallpapernya dan openSUSE branding pada splash tiap aplikasi. Juga sudah menggunakan KDE SC 4.6.0 yang beberapa minggu lalu dirilis, harapanku semoga beberapa bugs yang mengganggu diperbaiki team KDE openSUSE.
Sebagai alternatif disertakan Grub2, yang secara default masih memakai Grub Legacy. Tertarik dengan Gnome 3 -preview- ? Ada juga kok, nantinya juga kalo Gnome 3 dirilis bakalan ada respin CD Gnome 3. DE yang lain juga ada, Gnome 2, XFCE, LXDE, *Box, dll.,. semua tersedia di DVD yang berukuran 4.30 GiB. Tentunya 'paket' hemat juga tersedia, yaitu Live CD Gnome, Live CD KDE, Addons Language.
Pada rilis kali ini, YaST Software Manager nya sudah mencakup beberapa repository diluar openSUSE seperti Packman, tinggal di aktifkan beres.,. -kenapa gak dari dulu c?-. Bagi yang menginginkan rolling release tinggal tambahkan repository Tumbleweed.
Hm.,. apalagi ya? Bentar, nanti malam baru ada waktu buat install openSUSE 11.4, cu.,.
Lanjut.,.
YaST installer masih sama seperti yang dulu, beda art saja, slideshownya pun masih sama malahan ada sedikit salah tulis, yang seharusnya LibreOffice tertulis OpenOffice.org. Dari segi lamanya instalasi rasanya sama juga. Perbedaannya adalah instalasi stage 2 tidak perlu reboot dan langsung automatic configuration, lalu kemudian masuk ke DE yang dipilih. Jika dibandingkan dengan installernya Ubuntu / Linux Mint, YaST Installer rada ribet saat pengaturan partisi, walaupun lebih powerfull namun tetap saja instalasi Ubuntu / Linux Mint lebih mudah dan cepat. Perlu diingat bahwa perbedaan media instalasi juga mempengaruhi, dimana Ubuntu hanya berupa CD, sedangkan openSUSE berupa CD dan DVD.
Sialnya entah kenapa yang seharusnya Grub terinstall pada partisi root (bukan MBR) ternyata malah merusak Burg yang terinstall pada MBR, hasilnya laptopku tidak bisa booting, hehe.,. Tenang saja, cukup booting DVD installer openSUSE, pilih Recovery, nantinya akan masuk ke console, login sebagai root -tanpa password-, lalu
Kemudian masuk ke openSUSE, tambahkan entry untuk Arch Linux melalui YaST Grub, reboot, masuk ke Arch Linux, lalu buka Konsole sebagai root eksekusi
Jika entry openSUSE belum ada pada burg.cfg, tambahkan. Reboot, dengan ini Arch Linux sukses mengambil alih Boot Manager dari Grub menjadi Burg -seperti semula-. Oh BTW, berhubung aku sukanya menginstall Grub tiap distro pada partisi root, Grub openSUSE harus diperbaiki, booting DVD installer openSUSE, masuk Recovery console, login sebagai root -tanpa password-, lalu
Kedepannya nanti aku terbitkan artikel mengenai Burg.
openSUSE terkenal dengan KDE SC nya yang teroptimasi dengan baik -secara developer KDE banyak juga menjadi developer openSUSE-. Buktinya memory yang dipakai KDE lumayan sedikit dibandingkan distro lainnya, kurang lebih 430 MiB, sebagai perbandingan Arch Linux KDE memakai setidaknya 700an MiB -dengan Nepomuk dan Strigi aktif-.
Ada yang hilang dari systray, Suse Updater yang kini digantikan oleh KPackageKit -sekarang berganti nama menjadi Apper-, Network Manager Plasmoid yang sedikit berbeda dari standar. Firefox bukannya memakai Firefox 3.5.x, namun Firefox 4 Beta yang nantinya akan diupdate jika mencapai rilis final.
Sayangnya untuk pengguna dengan vga Chrome9 dan sejenisnya, driver openchrome tidak disertakan namun dapat didownload di Factory -yang seharusnya sebentar lagi turun ke 11.4-. Untuk laptop diperlukan sedikit pergantian pengaturan agar font nya terlihat baik, dari System Setting > Application Appearance > Fonts, Use anti aliasing (enabled) dan Force font DPI (96DPI), reboot.
Sejauh ini aku puas, berikut tampilan desktopku, KDE SC 4.6.0
http://news.opensuse.org/2011/03/10/opensuse-11-4/
Pertanyaannya adalah apakah openSUSE 11.4 lebih baik dari openSUSE 11.3?
Sejauh ini dari segi art sangat bagus, konsisten dari Grub, bootsplash, KDM, KSplash, sampai wallpapernya dan openSUSE branding pada splash tiap aplikasi. Juga sudah menggunakan KDE SC 4.6.0 yang beberapa minggu lalu dirilis, harapanku semoga beberapa bugs yang mengganggu diperbaiki team KDE openSUSE.
Sebagai alternatif disertakan Grub2, yang secara default masih memakai Grub Legacy. Tertarik dengan Gnome 3 -preview- ? Ada juga kok, nantinya juga kalo Gnome 3 dirilis bakalan ada respin CD Gnome 3. DE yang lain juga ada, Gnome 2, XFCE, LXDE, *Box, dll.,. semua tersedia di DVD yang berukuran 4.30 GiB. Tentunya 'paket' hemat juga tersedia, yaitu Live CD Gnome, Live CD KDE, Addons Language.
Pada rilis kali ini, YaST Software Manager nya sudah mencakup beberapa repository diluar openSUSE seperti Packman, tinggal di aktifkan beres.,. -kenapa gak dari dulu c?-. Bagi yang menginginkan rolling release tinggal tambahkan repository Tumbleweed.
Hm.,. apalagi ya? Bentar, nanti malam baru ada waktu buat install openSUSE 11.4, cu.,.
Lanjut.,.
YaST installer masih sama seperti yang dulu, beda art saja, slideshownya pun masih sama malahan ada sedikit salah tulis, yang seharusnya LibreOffice tertulis OpenOffice.org. Dari segi lamanya instalasi rasanya sama juga. Perbedaannya adalah instalasi stage 2 tidak perlu reboot dan langsung automatic configuration, lalu kemudian masuk ke DE yang dipilih. Jika dibandingkan dengan installernya Ubuntu / Linux Mint, YaST Installer rada ribet saat pengaturan partisi, walaupun lebih powerfull namun tetap saja instalasi Ubuntu / Linux Mint lebih mudah dan cepat. Perlu diingat bahwa perbedaan media instalasi juga mempengaruhi, dimana Ubuntu hanya berupa CD, sedangkan openSUSE berupa CD dan DVD.
Sialnya entah kenapa yang seharusnya Grub terinstall pada partisi root (bukan MBR) ternyata malah merusak Burg yang terinstall pada MBR, hasilnya laptopku tidak bisa booting, hehe.,. Tenang saja, cukup booting DVD installer openSUSE, pilih Recovery, nantinya akan masuk ke console, login sebagai root -tanpa password-, lalu
grub
root (hd0,5)
setup (hd0)
quit
reboot
Kemudian masuk ke openSUSE, tambahkan entry untuk Arch Linux melalui YaST Grub, reboot, masuk ke Arch Linux, lalu buka Konsole sebagai root eksekusi
burg-install /dev/sda
Jika entry openSUSE belum ada pada burg.cfg, tambahkan. Reboot, dengan ini Arch Linux sukses mengambil alih Boot Manager dari Grub menjadi Burg -seperti semula-. Oh BTW, berhubung aku sukanya menginstall Grub tiap distro pada partisi root, Grub openSUSE harus diperbaiki, booting DVD installer openSUSE, masuk Recovery console, login sebagai root -tanpa password-, lalu
grub
root (hd0,5)
setup (hd0,5)
quit
reboot
Kedepannya nanti aku terbitkan artikel mengenai Burg.
openSUSE terkenal dengan KDE SC nya yang teroptimasi dengan baik -secara developer KDE banyak juga menjadi developer openSUSE-. Buktinya memory yang dipakai KDE lumayan sedikit dibandingkan distro lainnya, kurang lebih 430 MiB, sebagai perbandingan Arch Linux KDE memakai setidaknya 700an MiB -dengan Nepomuk dan Strigi aktif-.
Ada yang hilang dari systray, Suse Updater yang kini digantikan oleh KPackageKit -sekarang berganti nama menjadi Apper-, Network Manager Plasmoid yang sedikit berbeda dari standar. Firefox bukannya memakai Firefox 3.5.x, namun Firefox 4 Beta yang nantinya akan diupdate jika mencapai rilis final.
Sayangnya untuk pengguna dengan vga Chrome9 dan sejenisnya, driver openchrome tidak disertakan namun dapat didownload di Factory -yang seharusnya sebentar lagi turun ke 11.4-. Untuk laptop diperlukan sedikit pergantian pengaturan agar font nya terlihat baik, dari System Setting > Application Appearance > Fonts, Use anti aliasing (enabled) dan Force font DPI (96DPI), reboot.
Sejauh ini aku puas, berikut tampilan desktopku, KDE SC 4.6.0
openSUSE 11.4 dengan KDE SC 4.6.0 memakai tema Air openSUSE |
KickOff Menu |
http://news.opensuse.org/2011/03/10/opensuse-11-4/
No comments :
Post a Comment