- Bluetooth keyboard for Android (generic)- Advan StartGo TWS2- Bluedio T2 Plus Turbine- Dualshock 4- Xiaomi Bluetooth Gamepad
/usr/lib/firmware/rtl_bt/rtl8761b_fw.bin
Daily Life of Linux User and Gamer
Home All posts
- Bluetooth keyboard for Android (generic)- Advan StartGo TWS2- Bluedio T2 Plus Turbine- Dualshock 4- Xiaomi Bluetooth Gamepad
/usr/lib/firmware/rtl_bt/rtl8761b_fw.bin
Aturan penamaan berkas rules, angka didepan menunjukkan prioritas, semakin besar di eksekusi paling terakhir. Berikutnya diikuti dengan nama bebas tanpa spasi dan diakhiri dengan ekstensi rules.
Entah kenapa para pengembang GNOME berasumsi bahwa mengaktifkan fitur pengindexan file-file secara default merupakan ide yang jenius. Tidak kah mereka belajar dari pengalaman KDE Plasma 4 yang telah gagal karena hampir semua pengguna menonaktifkan fitur ini -disclaimer, berdasarkan pengamatan pribadi saja-. Walaupun pada KDE Plasma 5, Baloo masih terus dikembangkan, namun untuk menonaktifkan fitur ini cukup dengan beberapa klik saja. Lain halnya dengan GNOME, coba silahkan cari dimana opsi ini di pengaturan.
![]() |
Kenapa tidak bisa? -belum tekan enter-. |
Diatas kertas, konsep pengindexan file sangatlah menarik, bayangkan jika anda ingin mencari file atau folder tertentu langsung dari menu maupun file manager secara cepat. Bahkan implementasi dari pengembang KDE lebih jauh lagi, dapat mencari di dalam file dokumen seperti pdf, doc, dsb. Namun pada prakteknya layanan seperti ini banyak mengkonsumsi sumber daya komputer ketika mengindex, dan tentunya dapat menginterupsi aktivitas pengguna. Beberapa bulan yang lalu -lupa kapan tepatnya-, Tracker selalu aktif saat start up dan langsung mengindex tanpa menunggu kondisi idle. Parahnya lagi, hal tersebut terjadi saat aku memakai KDE Plasma, bukan GNOME. Cara untuk menonaktifkannya sebagai berikut.
![]() |
Windows 10 Ultimate Professional Enterprise Limited Editions. |
To the point aja, solusinya adalah flash ulang BIOS.
Tapi kan tidaklah seru kalau nge-blog cuman sebaris doang isinya... hehehe. Begini ceritanya, eh tapi tunggu dulu... di penghujung tahun 2020, masih pakai Lenovo G480...!?
Bukannya tidak ada DANA, OVO, maupun GOPAY. Tapi aku termasuk penganut kepercayaan yang paling sesat di dunia ini yaitu, "if it ain't broke, don't fix it". Yang kurang lebih berarti, "jika tidak ada uang, jangan beli laptop yang baru..." hehehe. Walaupun bukan termasuk seri premium, laptop ini cukup awet. Terhitung delapan tahun sudah, dengan upgrade disana-sini, gonta-ganti harddisk dan kipas.
Beberapa bulan yang lalu, tiba-tiba aku tergiur ingin mencoba Android TV Box yang harganya tidak sampai setengah juta. Setelah dipakai, barulah tahu kalau prosesor pada unit ini terkenal mudah panas, yang biasa dikenal dengan istilah overheat. Sialnya lagi, hampir semua Android TV Box itu fan-less. Benar saja, baru dipakai streaming sudah nge-lag. Walaupun terbilang CPU terbaru dikelasnya untuk Android TV Box, kalau performanya begini ya percuma. Setelah nyari sana-sini, akhirnya ketemu juga situs resminya... Dan beberapa OTA update kemudian, masalahnya tetap sama.
Singkat cerita, di forum Rusia terdapat beberapa unofficial firmware yang patut dicoba. Sayang seribu sayang, firmware hanya bisa di flash dengan Windows. Disinilah masalah baru, yang baru lagi bermula... Aku putuskan untuk tidak mengubah formasi 1TB+2TB dilaptop yang tentunya ada Arch Linux bersemayam disitu, cukup copot kedua harddisk, pasang 120GB harddisk untuk dikorbankan dan install Windows 10, beres dah. Tidak semudah itu ferguso... pengetahuanku yang minim akan sistem operasi yang katanya terbaik sejagat raya Matrix -yang bilang gitu siapa huh?-, ternyata memiliki bugs legendaris yaitu sering gagal instalasi melalui Flashdisk. Setelah install ulang beberapa kali, entah kenapa tiba-tiba terbesit ide untuk mengubah tipe partisi dari MBR ke GPT yang nantinya memicu aktivasi secure boot dan lucunya "merusak" BIOS Lenovo G480.
Gejala umumnya sebagai berikut, tidak dapat masuk ke BIOS dengan menekan F2 saat booting dan tidak dapat mengganti urutan booting media penyimpanan dengan menekan F12 saat booting, biasanya disertai seperti layar agak berkedip-kedip. Gejala penyerta kebanyakannya seperti adanya perasaan jengkel disertai amarah karena setelah bertahun-tahun tidak memakai Windows malah disuguhkan sambutan seperti ini. Sudah gagal install malah merusak BIOS pula, seperti kata pepatah, "sudah jatuh, tertimpa janda pula"... hehehe
Entah kenapa, hasil searching google menemui jalan buntu semua, alias tidak ada solusi yang mengena. Alih-alih mencari solusi yang mudah tapi malah tidak ketemu, ya sudahlah flash ulang BIOS. Tapi tahukah anda jika flashing BIOS untuk laptop Lenovo hanya bisa dilakukan dengan Windows saja?... -tanya kenapa!?-. Setelah menghancurkan partisi GPT dan merubahnya kembali ke MBR, lalu menginstall Windows 7 -ya, kali ini bukan 10-, sampailah pada tahap paling penting.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa flashing BIOS itu termasuk tindakan yang beresiko tinggi, yah paling parah mungkin perlu mengganti chip ic BIOS nya. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, berikut poin-poin penting yang perlu diperhatikan.
* Pastikan sumber daya listrik tidak terputus saat flashing, dapat menggunakan UPS atau pasang saja baterai laptopnya. Walaupun kondisi baterai sudah drop pun tidak masalah, setidaknya masih bisa nyala 30 menit saja.
* Matikan aplikasi keamanan seperti antivirus dsb.
* Matikan koneksi internet, untuk menghindari auto update yang berjalan dilatar belakangan.
* Tutup semua aplikasi.
* Pastikan tool / aplikasi flashing sesuai dengan arsitektur sistem operasinya, kalau Windows 7 32bit ya pakai yang sesuai.
File BIOS nya dapat diunduh pada situs resmi Lenovo, terakhir terdapat pembaharuan pada tahun 2017 dan rupanya untuk update BIOS versi terbaru hanya bisa dilakukan dengan Windows 7. Unduh versi 62CN44WW.
Caranya cukup mudah, cukup jalankan tool tersebut dan reboot. Eh jangan lupa konfigurasi BIOS dulu setelahnya ya.
By sva_h4cky0![]() |
Aktifkan fitur experimental. |
![]() |
Pilih Notebookbar. |
![]() |
Menonaktifkan menubar. |
![]() |
LibreOffice dengan antarmuka Notebookbar. |
![]() |
LibreOffice berjalan pada mode GTK3. |
![]() |
LibreOffice pada XFCE. |
![]() |
Global Menu pada Plasma Widget. |
![]() |
Global Menu pada Window Decoration. |
![]() |
Global Menu beraksi. |
![]() |
KDE Plasma pada laptopku dengan wallpaper KDE Plasma 5.10. |