Tuesday, November 8, 2016

Steam Dev Days 2016

  No comments
Steam Dev Days 2016.


Videonya dapat dilihat di Steam atau Youtube

Aku bukan developer game, kenapa harus peduli?
Tidak harus tentunya, akan tetapi melalui konferensi yang berorientasi pengembang inilah kita dapat mengetahui tren setidaknya beberapa tahun kedepan.
Setelah sempat absen pada tahun 2015, Valve kembali menggelar konferensi yang kali kedua tahun ini dengan beberapa kejutan-kejutan.
Jadi topik apa yang paling panas tahun ini?

Virtual Reality atau biasa disingkat VR

Setelah menambahkan Linux pada jajaran platform yang didukung Steam, Valve tidak berhenti sampai disitu. Diikuti dengan diluncurkannya SteamOS, sistem operasi berbasis Debian Linux yang mengutamakan kenyamanan home entertainment. Guna mendukung hal itu, ditambahkan Big Picture Mode pada klien Steam yang nantinya digunakan secara default pada SteamOS.
Untuk pengembang sendiri lebih dimudahkan dengan adanya Steam Runtime sebagai acuan pustaka pengembangan game pada SteamOS / Linux. Dari sisi perangkat keras, Valve merilis Steam Controller dan Steam Link serta dengan kerjasama dari pihak ketiga merilis Steam Machine dengan beberapa pilihan spesifikasi perangkat keras.

Sampai disini semuanya terlihat menjanjikan bukan? Semua Linux Gamers sangat optimis dengan dukungan Valve, sampai dengan...
Dirilisnya Vive atau Steam VR, perangkat keras VR besutan Valve dan HTC. Vive dirilis tanpa dukungan Linux pada hari pertama.
Hal ini menimbulkan perdebatan akan absennya dukungan Linux pada Vive, bulan berlalu tanpa komunikasi yang jelas. Valve dengan kebijakan "diam" nya membuat banyak Linux Gamers resah. Pada kenyataannya beberapa bulan yang lalu terdapat beberapa postingan di komunitas /r/linux_gaming yang mulai patah semangat ala "Valve meninggalkan kita" bertebaran.
Sampai dengan...

Leenox???


sumber https://twitter.com/Plagman2/status/786032888156295168

Yup, demo Vive VR Linux dengan menggunakan Vulkan pada ajang Steam Dev Days 2016, gelora semangat kembali melanda Linux Gamers.
Jadi sebenarnya apa yang menjadi rintangan? Ternyata biang keladinya adalah Vulkan. Vulkan merupakan grafis API multi platform penerus OpenGL. Seperti yang telah diketahui spesifikasi Vulkan baru saja dirilis, dukungan driver pun boleh dibilang masih experimental dan game yang menggunakan Vulkan pun masih bisa dihitung dengan jari. Usut punya usut ternyata OpenGL kurang "cepat" dalam menangani VR, OpenGL memang dapat digunakan akan tetapi kurang maksimal. Saat Vive dirilis, Vulkan belum siap baik secara spesifikasi dan dukungan vendor perangkat keras. Perihal kenapa tidak ditunda saja perilisan Vive menunggu Vulkan, menurutku hanya soal strategi saja mengingat pada saat hampir bersamaan banyak pula dirilis perangkat keras VR dari vendor lainnya. Valve tidak ingin ketinggalan momentum yang dapat mengakibatkan kehilangan audience.

Ingin membeli Steam Machine? Atau mungkin hanya Steam Controller dan Steam Link saja?
Anda kurang beruntung... Semuanya tidak tersedia di Indonesia, jangan tanyakan soal Vive -pula-.
Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat peraturan tiap negara berbeda-beda, setahuku perangkat keras tersebut hanya tersedia pada wilayah Amerika Utara (NA) dan sebagian Eropa (EU). Tentu saja anda dapat memperolehnya dari pihak ketiga seperti toko online dari luar negeri dengan biaya tambahan pajak import dan lain-lain yang membuat harganya semakin mahal. Berita baiknya Asia Tenggara (SEA) termasuk dalam cakupan pengembangan pemasaran perangkat keras besutan Valve, namun sayangnya Indonesia tidak termasuk didalamnya -untuk lebih jelasnya lihat gambar-. Asia juga merupakan wilayah dengan perkembangan yang sangat pesat.

Asia, South Asia, South East Asia.

Bukannya Indonesia termasuk Asia Tenggara (SEA)?.


Topik lain yang menarik tidak lain adalah Vulkan itu sendiri, walaupun sifatnya cenderung kearah teknis. Dan pengembangan game dengan Unity untuk SteamOS dan Linux.

No comments :

Post a Comment