Burg merupakan fork dari
Grub2 yang menambahkan beberapa fitur yang tidak ada pada
Grub2. Perbedaan yang paling kelihatan adalah aspek eye-candy
Burg yang menurutku lebih bagus daripada
Grub2. Cara menangani tema yang sedikit berbeda, mengganti tema secara langsung, mengganti resolusi layar secara langsung, pengelompokkan item pada menu (grup), dan lain-lain.
Sebenarnya sudah lama aku menggunakan
Burg, namun baru sekarang ada waktu untuk menulisnya di blog. Untuk
Arch Linux beberapa paket yang dibutuhkan dari
AUR antara lain :
burg-bzr (core)
burg-emu (emulasi)
burg-themes (tema-tema)
burg-manager (gui untuk manajemen burg, memerlukan sudo untuk otentifikasi)
dan dependencies nya
Gunakan
packer atau
yaourt untuk menginstall dari
AUR. Untuk
Chakra GNU/Linux Burg sudah resmi menggantikan
Grub/Grub2, untuk
Ubuntu dan
Linux Mint tersedia di
PPA, untuk
openSUSE belum dapat sumbernya -anda belum beruntung-.
Sebagai
root jalankan :
burg-install /dev/sda
burg-mkconfig -o /boot/burg/burg.cfg
Catatan:
-
sudo harus sudah terkonfigurasi jika ingin menggunakan
burg-manager
-ketika mengeksekusi "burg-install /dev/sda", pastikan keluarannya sukses. Jika error sebaiknya segera menginstall
Grub/Grub2 (yang dulu digunakan).
-ketika mengeksekusi "burg-mkconfig -o /boot/burg/burg.cfg", burg-themes harus sudah terinstall.
-jangan reboot sebelum memastikan
Burg terinstall dan terkonfigurasi dengan benar.
Perintah yang pertama menginstall
Burg pada
MBR pada harddisk pertama, sedangkan perintah yang kedua membuat konfigurasi berdasarkan sistem operasi apa saja yang terinstall pada komputer.
Sayangnya
burg.cfg harus disesuaikan terlebih dahulu, misalnya title yang rada ngawur seperti 'n/a GNU/Linux bla bla bla' ganti sesuai selera, juga tambahkan --class arch supaya icon
Arch Linux dapat tampil. Ganti group dan resolusi sesuai selera. Gunakan burg-emu untuk emulasi secara langsung dengan mengeksekusi "/opt/burg-emu/bin/burg-emu".
Konfigurasi
Pengaturan umum terdapat pada
/etc/default/burg, parameter-parameternya akan dibaca saat menjalankan burg-mkconfig. Dengan menghilangkan komentar, kurang lebih seperti ini :
GRUB_DEFAULT=0
GRUB_TIMEOUT=6
GRUB_DISTRIBUTOR=`lsb_release -i -s 2> /dev/null || echo Arch`
GRUB_CMDLINE_LINUX_DEFAULT="quiet splash"
GRUB_CMDLINE_LINUX=""
GRUB_SAVEDEFAULT=true
GRUB_GFXMODE=saved
GRUB_GFXPAYLOAD_LINUX=1440x900
GRUB_DISABLE_LINUX_RECOVERY="true"
GRUB_THEME=saved
GRUB_FOLD=saved
Konfigurasi Menu
Pengaturan terdapat pada
/boot/burg/burg.cfg, secara default file ini tidak ditujukan untuk diedit manual, namun seperti yang dijelaskan diatas perlu dilakukan sedikit penyesuaian. Contoh menuentry kurang lebih seperti ini :
menuentry 'Arch Linux' --class arch --class os --group group_/dev/sda2 {
savedefault
set gfxpayload=1440x900
insmod ext2
set root='(hd0,2)'
search --no-floppy --fs-uuid --set 6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff
echo 'Loading Linux vmlinuz26 ...'
linux /boot/vmlinuz26 root=/dev/disk/by-uuid/6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff ro
echo 'Loading initial ramdisk ...'
initrd /boot/kernel26.img
}
menuentry 'Arch Linux Fallback' --class arch --class os --group group_/dev/sda2 {
savedefault
set gfxpayload=1440x900
insmod ext2
set root='(hd0,2)'
search --no-floppy --fs-uuid --set 6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff
echo 'Loading Linux vmlinuz26 ...Loading Linux Fallback ...'
linux /boot/vmlinuz26 root=/dev/disk/by-uuid/6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff ro
echo 'Loading initial ramdisk ...'
initrd /boot/kernel26-fallback.img
}
Sedangkan untuk distro lain yang
Grub /
Grub2 /
Burg yang diinstall pada partisi
root cukup di
chainloader saja
menuentry "openSUSE 11.4" --class suse --class os --group group_/dev/sda6 {
savedefault
insmod ext2
set root='(hd0,6)'
search --no-floppy --fs-uuid --set 3239bbec-7a75-4d17-a228-b9543d1fa7ae
drivemap -s (hd0) ${root}
chainloader +1
}
menuentry "Ubuntu 10.10" --class ubuntu --class os --group group_/dev/sda7 {
savedefault
insmod ext2
set root='(hd0,7)'
search --no-floppy --fs-uuid --set 4ce281ea-9f29-40b8-b891-1e28df127172
drivemap -s (hd0) ${root}
chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint Debian Edition" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda8 {
savedefault
insmod ext2
set root='(hd0,8)'
search --no-floppy --fs-uuid --set 200aec2b-8c34-4711-8ce0-3a8de76e0b15
drivemap -s (hd0) ${root}
chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint 10" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda9 {
savedefault
insmod ext2
set root='(hd0,9)'
search --no-floppy --fs-uuid --set 464e767b-eeab-4d5d-b3f4-392d4079fe7a
drivemap -s (hd0) ${root}
chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint 10 KDE" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda10 {
savedefault
insmod ext2
set root='(hd0,10)'
search --no-floppy --fs-uuid --set 0fdb6da5-a25e-4565-8f71-e3d83ddc8762
drivemap -s (hd0) ${root}
chainloader +1
}
Shortcut
F1 untuk bantuan, F2 untuk mengganti tema, F3 atau R untuk mengganti resolusi layar, F untuk folding menu dan F7 untuk menampilkan submenu pada folding menu. E untuk mengedit, dan seterusnya.,.
Burg-manager?
Merupakan antarmuka berbasis grafis untuk
Burg yang dikembangkan oleh pihak ketiga. Sejujurnya cara tercepat mengedit konfigurasi adalah dengan text editor, hehe.,. Aplikasi yang seharusnya mempermudah, justru kadang malah memperumit. Pada prakteknya Burg-manager sering hang -alasan yang sebenarnya-.
Why oh why?
Sebenarnya cukup menginstall satu boot manager pada
MBR, entah itu
Grub /
Grub2 /
Burg. Sedangkan pada partisi root tiap distro tidak perlu diinstall boot manager. Namun sudah menjadi kebiasaanku, alasan lain adalah untuk kemudahan -atau mempersulit?-, karena boot manager pada
MBR men-
chainloader ke -apapun- boot manager pada partisi
root tiap distro.