Friday, February 25, 2011

Ketika Arch Linux Berulah

  1 comment
February 25, 2011

Segala sesuatu bisa menjadi 'salah', begitu juga dengan sistem operasi -apapun itu- bisa menjadi tidak bisa dipakai baik karena kesalahan yang disengaja maupun tidak. Seperti biasa sudah waktunya meng-update Arch Linux ku, eksekusi Yakuake lalu su, ketik password root, dan pacman -Syu. Sembari menunggu pacman menyelesaikan tugasnya, aku mendengarkan musik dan membaca artikel-artikel dari http://www.tuxmachines.org

Tak lama kemudian pacman meminta konfirmasi paket apa saja yang akan di update, ku tekan Y lalu Enter. Well, berhubung paket yang akan di update lumayan banyak, tentunya untuk mendownload semuanya memakan waktu yang tidak sedikit -alih-alih malu mengatakan koneksiku lemot-.

Setelah selesai, dengan santainya kumatikan laptopku. Esoknya saat akan memakai laptop -lagi-, KDE menampilkan peringatan bahwa driver vga terlalu lambat sehingga secara otomatis efek 3D dimatikan sementara.

Lho kemarin lancar-lancar aja, kok tiba-tiba.,.
Daftar Cek :
1. periksa log pacman di /var/log/pacman.log. Hm kemarin kurang lebih 50an paket yang diupdate.
2. persempit 'tersangka' utamanya. Untungnya KDE memberikan keterangan yang cukup jelas, sesuatu yang berhubungan dengan vga. Dan ketemu dua paket yang paling mungkin, yaitu libgl dan unichrome-dri.
3. downgrade paket, kalau cache paket masih ada di /var/cache/pacman/pkg/, tinggal di downgrade langsung. Namun jika terlanjur sudah dibersihkan -dengan pacman -Scc-, carilah pada mirror server repositori.
4. restart dan perhatikan apakah sukses atau tidak. Jika tidak, ulangi dari langkah kedua.
5. blacklist sementara paket-paket yang bermasalah pada /etc/pacman.conf

Rupanya keberuntungan sedang memihakku, sekali langkah langsung berhasil.
Lalu sebenarnya apa intinya ya?
Biarkan cache paket dalam jangka waktu tertentu, bersihkan berkala atau jika memang perlu karena mungkin suatu saat akan berguna. Perlu juga trial and error ketika mencoba mendowngrade paket, perhatikan output pacman terutama ketergantungan paket. Dalam hal ini unichrome-dri memiliki dependencies terhadap libgl sehingga keduanya harus di downgrade. Dan yang paling penting dari semua itu adalah jangan menyalahkan developer baik upstream maupun downstream, karena pada prinsipnya pengembangan software itu sangat kompleks dan rumit. Bisa saja bugs tersebut hanya berdampak pada hal tertentu saja, namanya juga bugs.,.

Eh BTW, kok mirip sama yang ini ya? Ups KDM Ga Muncul
Eh BTW -lagi-, Linux Mint KDE Edition sudah dirilis lho.,. buat mini-review gak yah.,.

Read More

Qt Untuk Android

  No comments
February 25, 2011

Yeah, akhirnya datang juga. Walaupun tanpa dukungan resmi dari Nokia, proyek komunitas merilis versi alpha dari Necessitas - sebuah Qt SDK untuk platform Android.
Cukup menggembirakan memang, pasalnya berita yang beredar belakangan ini semakin membuat masa depan Qt terasa 'suram'.
Secara tidak langsung Nokia menyatakan akan sedikit demi sedikit 'menghentikan' pengembangan Qt pada desktop dan mobile juga tentunya.
Setidaknya hal ini dapat membawa angin segar bagi komunitas Qt dan KDE.,.

http://sourceforge.net/p/necessitas/home
http://dot.kde.org/2011/02/24/qt-everywhere-community-android-port-announces-alpha-release

Read More

Saturday, February 12, 2011

WTF Nokia?

  4 comments
February 12, 2011

Aku bangun pagi ini dan segera membaca beberapa berita di internet, dan *kejutan*.,.

Nokia bekerjasama dengan Micro**** dan akan memakai wind*** 7 mobile pada produk mendatang.

WTF Nokia!!!

Sebagai KDE user, jelas timbul kekhawatiran besar akan masa depan Qt -KDE dibangun memakai Qt-, saat Nokia mengakuisisi TrollTech dan merilis Qt dibawah lisensi open source sungguh momen yang menggembirakan. Model pengembangan Qt pun lebih terbuka daripada sebelumnya, namun ketika membaca berita tersebut membuatku bertanya-tanya.,. ada apa denganmu Nokia?

Bagaimana dengan MeeGo? MeeGo merupakan aliansi bersama yang dibentuk Nokia dan Intel yang merupakan penggabungan Maemo dan Moblin. Lalu nasib Symbian OS? Sepertinya Nokia tidak percaya dengan apa yang mereka telah bangun dan miliki selama ini. Penetrasi hebat dari Android memang menggerus pasar Nokia diberbagai lini, namun bukan berarti harus berpaling dan berbalik memakai wind*** 7 mobile. Seperti yang kita ketahui wind*** 7 mobile gagal mendominasi pasar, akibatnya aplikasi yang dibuat pun sedikit. Dan kemungkinan Qt dipakai untuk pengembangan aplikasi di wind*** 7 mobile pun rasanya kecil sekali. Lalu apa yang diharapkan dari kerjasama ini?

Lalu apa hubungannya dengan Qt? Jelas ada!
Nokia sebagai pemilik sah Qt masih mengontrol pengembangan Qt, takutnya dimasa mendatang Nokia sudah tidak lagi fokus terhadap Qt.
Beberapa developer KDE pun merasa was-was, walaupun memang saat ini masih terjadi komunikasi antara KDE dan Nokia. Kondisi terburuk adalah kemungkinan mem *FORK* Qt dari Nokia, harapanku sih semoga tidak terjadi. Bahkan pekerja Nokia melakukan protes terhadap keputusan tersebut, terutama pekerja yang berkutat di MeeGo dan Symbian OS.

Bagaimana pun kondisi ini masih dapat berubah, dan sekarang yang bisa dilakukan hanya menunggu.,.

Read More

Sunday, January 30, 2011

Chakra GNU/Linux KDE SC 4.6.0

  No comments
January 30, 2011

Yeah.,. memang agak terlambat dibandingkan dengan Arch Linux, KDE Software Compilation 4.6.0 baru mendarat di repo utama Chakra GNU/Linux. Tapi bukan di repo stabil, melainkan di repo testing. Lho kenapa?

Yak.,. Chakra sekarang menerapkan filosofi Half Boiled, eh salah.,. Half Rolling Release. Jadi untuk beberapa paket software akan menuju repo testing baru kemudian ke repo stabil.

Btw, emang sebaiknya di repo testing dulu, soalnya rilis .0 biasanya selalu ada beberapa bugs yang kelewatan sewaktu masa pengembangan.

Omong-omong -gantinya btw- soal bugs, beberapa serangga yang masih berkeliaran :

- panel plasmoid tidak mengingat posisi plasmoid-plasmoid yang menempel padanya (fixed).
- plasma tidak mengingat posisi folderview plasmoid, tapi tidak terjadi untuk plasmoid yang lainnya (fixed).
- Nepomuk + Strigi + Dbus, pada saat inisialisasi pengindeksan pertama kali memakai resource cpu 100%, khusus yang memiliki banyak file di home (fixed). Bug ini disebabkan oleh Soprano, update terbaru memperbaiki hal tersebut. Catatan : Nepomuk dan Strigi ketika beroperasi memang secara intensif memakai resource CPU, namun tidak terus menerus seperti bug tadi.
- kadang crash saat logout baik restart atau shutdown ketika ada notifikasi yang belum hilang (reproduceable).
- bug yang berhubungan dengan PowerDevil, karena mengimplentasikan uPower sebagai pengganti HAL (reproduceable).

Sementara masih itu saja, enjoy.,.

Read More

Saturday, January 29, 2011

KDE SC 4.6.0

  No comments
January 29, 2011


KDE Software Compilation 4.6.0 telah dirilis.,.

DOT KDE
Official Announcements

Spesifik lebih detail :
Plasma Workspaces
Applications
Platform

Untuk pengguna Arch Linux, KDE SC 4.6.0 sudah tersedia di repo resmi, Ubuntu tersedia di PPA, openSUSE tersedia di OBS, sedangkan untuk pengguna Chakra GNU/Linux masih di testing repo.
Btw, laptopku sudah menggunakan KDE SC 4.6.0 sejak pengumuman resmi rilisnya keluar.,. kudos to Arch Linux Developer's.
Agak sedikit telat mungkin, karena ada sedikit masalah dengan koneksi internetku.

Read More

Thursday, December 2, 2010

OpenSUSE Tumbleweed : Rolling Release

  No comments
December 02, 2010

Menjadi pengguna Arch Linux dan Chakra GNU/Linux sudah tentu menikmati bagaimana suka duka nya Rolling Release Model. Faktanya sistem operasi mayor disamping Linux (Microsoft Windows dan Mac OS) menggunakan Rolling Release atau lebih tepatnya Half Rolling Release. Lalu kenapa hampir semua distro Linux masih menggunakan Fixed Release Model? Pertanyaan itu hanya bisa dijawab developer masing-masing distro.

Sangat kontras memang, perkembangan FOSS secara umum lebih cepat dari pada model lainnya karena sifatnya yang terbuka itu sendiri namun pada sisi yang lain developer distro justru mencari aman dengan menetapkan jadwal rilis distro dalam jangka waktu tertentu. Celakanya dengan alasan yang sama, semua tree repository yang didalamnya berisi ribuan aplikasi juga terkena imbas, tidak menerima update versi hanya bugfix atau security fix saja. Istilah kerennya disebut "Freeze". Pada proses pengembangan distro versi selanjutnya baru akan ditetapkan acuan aplikasi versi manakah yang akan digunakan mendatang.

Hal ini menimbulkan situasi yang kompleks, tidak jarang developer tiap distro mem "back ported" beberapa fitur aplikasi dari versi terbaru sehingga secara tidak langsung menciptakan "forked" dari upstream project. Pelaporan bug tidak serta merta dapat dilaporkan langsung ke upstream project, karena tiap distro memiliki versi aplikasinya sendiri. Kebijakan seperti ini sangat merugikan di kedua pihak baik upstream project dan distro itu sendiri karena terjadi duplikasi tugas. Sudah saatnya bekerja lebih dekat dengan upstream project sehingga semua pihak mendapatkan keuntungan yang sama.

Apakah Arch Linux tidak cukup menjadi contoh sukses dari Rolling Release Model? Belajar dari hal tersebut maka muncul lah inisiatif lain, Half Rolling Release yang dipakai oleh Chakra GNU/Linux Project yang bertujuan menutup kelemahan-kelemahan itu. Keduanya sebisa mungkin memakai aplikasi vanilla dari upstream project dan menekan modifikasi code yang spesifik terhadap distro. Pengajuan fitur baru dan perbaikan bug sudah sewajarnya dilakukan langsung di upstream project.

Sayangnya isu Ubuntu yang akan berpindah ke Rolling Release yang beredar belakangan ini "dibantah" secara tegas oleh developer Ubuntu. Namun pagi ini situasinya sedikit menyenangkan, pasalnya om Greg KH -salah satu hacker top dari openSUSE- berinisiatif mengumumkan openSUSE Tumbleweed Project, yang memungkinkan pengguna openSUSE mencoba Rolling Release. Sebagai pioner openSUSE 11.3 akan menjalani tahap ujicoba, kedepan diharapkan akan siap secara penuh pada openSUSE 11.4 yang sedianya akan dirilis pada Maret 2011.

Lalu apa bedanya Tumbleweed dengan Factory dan Factory-Tested?
Factory selalu mengandung versi paket terbaru yang dibuat oleh maintainers, kadang paket-paket tersebut tidak bekerja secara baik dan menyebabkan mesin gagal booting, disinilah Factory-Tested dibutuhkan. Singkatnya sebelum paket dipindah ke Factory, harus di ujicoba di Factory-Tested terlebih dahulu sehingga diharapkan Factory sebisa mungkin stabil. Tumbleweed akan mengandung versi paling "stabil" dari paket terbaru yang diharapkan dapat bekerja dengan baik.

Sound interesting huh?

Read More

Wednesday, December 1, 2010

Mencoba KDE SC 4.6 Beta 1

  No comments
December 01, 2010

Setelah merombak harddisk laptopku, akhirnya ada ruang kosong untuk distro lain yaitu Ubuntu 10.10, Linux Mint 10 dan Chakra GNU/Linux. Yah bisa dibilang puas lah, secara semuanya sukses di install. Yang agak rewel justru Chakra, perlu sedikit ngoprek biar bisa masuk KDE. Itu hampir sebulan yang lalu, sekarang sudah saat nya mengobrak-abrik lagi.,. Kebetulan KDE SC 4.6 Beta 1 dirilis beberapa hari yang lalu, dan Arch Linux sudah menyediakan repository testing untuk KDE, kyanya openSUSE Factory juga ada, Chakra agak telat sedikit karena ada beberapa kegagalan build beberapa paket, baru kemarin semua paket sukses di kompile. Berhubung sayang jika harus mengganti Arch Linux dari repository stable ke testing, maka Chakra lah yang menjadi korban. Lagipula sejak dari awal Chakra memakai repository testing, jadi ga pa pa lah.

Chakra GNU/Linux Saat Mengupdate Paket KDE SC 4.6 Beta 1

Chakra GNU/Linux KDE SC 4.6 Beta 1

Kelihatan bedanya? selain wallpaper tentunya. Panelnya itu lho ko transparan? Ga salah tuh.,.
Kali ini bukan fake transparan seperti pada KDEMod dulu tapi ini bener-bener transparan. Lalu apa spesialnya? Well buat pengguna graphic card (vga) Nvidia atau Intel sudah pasti menikmati eye candy yang disediakan KWIN sejak dulu. Pengguna AMD/ATI juga bisa menikmatinya walaupun tidak selancar keduanya. Bagaimana dengan pengguna graphic card tanpa akselerasi 3D memadai seperti VIA Chrome9? Yah terpaksa harus menjalankan KDE tanpa efek-efek 3D yang memukau, namun walaupun tanpa desktop effects pun KDE sudah indah tuh.

Ko bisa ya? Well entah apa yang diperbuat developer KWIN sehingga walaupun dengan software rendering pun beberapa desktop effects bisa jalan. Tentunya performa nya kalah jauh dibandingkan dengan hardware rendering seperti pada Nvidia atau Intel. Bukan berarti semuanya berjalan lancar, karena ketiadaan akselerasi 3D jelas rendering nya sangat lambat dan tidak semua fitur bisa diaktifkan. Crash saat mengganti pengaturan di desktop effects pun sering terjadi. Jadi intinya kalau ingin performa stabil matikan fitur ini, segeralah sadar bahwa hardware (graphic card) anda tidak memadai, atau bila perlu lembiru -lempar beli baru-, hehehe.,.

Selain KWIN, hal lain yang menarik adalah icon mimetype yang baru, It's AWESOME.,. Thank's to Oxygen Team terutama om Nuno Pinhero. Sedikit rombakan di System Settings dan beberapa bug yang ditemui KDEPIM yang berbasis Akonadi.,. Manajemen Plasmoid, Activities, Nepomuk Backup dan tentunya bug-bug -lagi- yang masih berkeliaran.,.

Read More

Tuesday, November 30, 2010

Multiversi Kernel Di OpenSUSE

  No comments
November 30, 2010

Menyambung bahasan sebelumnya, tapi kali ini tentang kernel. Ketika terjadi update bugfix kernel Linux pada openSUSE secara default kernel versi sebelumnya akan ditimpa dengan yang baru. Perilaku yang sama juga diterapkan Arch Linux dan Chakra GNU/Linux, bedanya pada Arch Linux terdapat satu paket Kernel Default (kernel26) dan satu paket Kernel LTS (kernel26-lts) serta puluhan Kernel Custom di AUR. Mengingat Arch Linux dan Chakra GNU/Linux memakai Rolling Release Model, maka tidak hanya update bugfix saja yang di timpa tapi update minor juga, misalnya dari versi 2.6.35 ke 2.6.36. Lain hal nya dengan Debian dan turunannya terutama Ubuntu, untuk alasan backup, tiap ada update bugfix kernel yang terdahulu tidak akan ditimpa dengan yang baru dan otomatis menambahkan entry baru di Grub. Saat tulisan ini dibuat Ubuntu sudah mendapatkan satu kali update bugfix kernel, jadi di Grub terdapat dua pilihan Kernel yaitu 2.6.35-22 dan 2.6.35-23.

Lalu apa yang salah dengan hal tersebut? jawabnya tidak ada, hehehe.,. Tapi.,. -lho kok pake tapi?-
Bayangkan -lagi-, setelah capek-capek unduh update paket, mana koneksi lagi lemot sangat, banyak kerjaan, ga ada nyamilan dan sebangsanya.,. setelah reboot eh ternyata -ga pake lagi- kernel yang baru gagal booting.,. Capek deh

Lebih baik ditinjau per distro yah, okelah.,.

Arch Linux dan Chakra GNU/Linux
Idealnya minimal punya dua versi Kernel ter-install, kernel26 untuk dipakai sehari-hari dan kernel26-lts untuk cadangan ketika kernel26 gagal. Tapi pada prakteknya malah lebih dari dua, belum lagi dari AUR yang bisa di kompile manual ada kernel26-zen, kernel26-ck, kernel26-bfs dan lain-lain. Kenapa disebut "ideal"? karena pengguna kedua distro tersebut paling ga udah bergelar ""ahli"" -pake tanda kutip dua kali-, jadi harusnya sudah sadar diri tentang hal itu, tapi kalau ga ya.,. keterlaluan, hehehe.,.

Debian, Ubuntu dan turunannya
Bisa dibilang relatif aman, cuman harus rajin-rajin menghapus paket kernel yang udah uzur, kalau ga entry di Grub bakalan "meriah". Masih kurang rame? install aja custom kernel dari PPA, hehehe.,.

openSUSE
Masuk ke bahasan utama, masih kurang jelas? harusnya udah c.,.

Dengan hak root, edit /etc/zypp/zypp.conf cari entry multiversion = provides:multiversion(kernel) dan uncomment (hilangkan tanda pagar '#') menjadi.

multiversion = provides:multiversion(kernel)

Kelar deh

Read More

Download Policy Di OpenSUSE

  No comments
November 30, 2010

Bukan.,. ini bukan membicarakan tentang cara mengunduh iso image nya openSUSE, tapi berkaitan dengan zypper. Mungkin yang kurang familiar dengan zypper, zypper itu sepadan dengan apt nya distro Debian dan turunannya.

Satu hal yang paling mengganggu di openSUSE adalah kebijakan zypper saat mengunduh update paket atau saat meng-install paket. Zypper akan mengunduh paket satu demi satu sembari meng-install, jadi unduh paket pertama lalu install kemudian unduh paket kedua lalu install dan seterusnya.

Apa yang salah dengan hal tersebut? Bayangkan jika proses tersebut terinterupsi (listrik mati?) sedangkan proses update belum selesai sehingga sistem baru terupdate sebagian. Coba tebak apa yang terjadi kemudian.,. Jika paketnya berkaitan dengan software sistem yang esensial bisa-bisa broken tuh, masih dikatakan beruntung kalau masih bisa mengakses shell, kalau tapi.,.

Untungnya seperti kebanyakan software di Linux, zypper sangat fleksibel sehingga konfigurasinya bisa disesuaikan dengan keinginan pengguna. Dalam hal ini lebih baik zypper mengunduh semua paket terlebih dahulu baru kemudian menginstallnya, seperti pada pacman di Arch Linux dan Chakra GNU/Linux.

Dengan hak root, edit /etc/zypp/zypp.conf cari entry commit.downloadMode dan ganti dengan baris dibawah ini

commit.downloadMode = DownloadInAdvance

That's it.,.

Read More

Tuesday, October 26, 2010

Pindah /rumah

  No comments
October 26, 2010

Sudah menjadi kebiasaan setiap meng-install Distro Linux, partisi home selalu menjadi satu dengan partisi root. Alasannya sederhana karena aku menggunakan Multi-Distro, sehingga tidak ingin dipusingkan dengan partisi home yang terpisah. Namun setelah hampir 2 tahun memakai Arch Linux, rasanya saatnya membutuhkan partisi home yang terpisah. Karena partisi root Arch Linux ku hanya berukuran 20GiB, tentu saja tidak mampu menampung hasil download an ku yang mengantri. Disamping itu perlu juga menata ulang dan menambah partisi baru untuk Distro lain. Rencananya hanya Arch Linux yang memiliki partisi home terpisah.

Awal layout partisi harddisk ku seperti dibawah ini.

/dev/sda1    Fat32  Windows XP 10 GiB
/dev/sda2    Ext4    Arch Linux      20 GiB
/dev/sda3    Ext4    OpenSUSE    5  GiB
/dev/sda4    Extended Partition
/dev/sda5    Ext4    Ubuntu             5  GiB
/dev/sda6    Ext4    Data                70 GiB
/dev/sda7    Swap                           1  GiB

Akhir layout partisi harddisk ku.

/dev/sda1    Fat32  Windows XP 10 GiB
/dev/sda2    Ext4    Arch Linux      20 GiB
/dev/sda3    Ext4    OpenSUSE    5  GiB
/dev/sda4    Extended Partition
/dev/sda5    Ext4    Ubuntu             5  GiB
/dev/sda6    Ext4    ?                       5  GiB
/dev/sda7    Ext4    ?                      10 GiB
/dev/sda8    Ext4    Home              55 GiB
/dev/sda9    Swap                           1  GiB

Untuk urusan penataan partisi aku memakai Distro PartedMagic, dengan bantuan UNetBootin untuk menulis image ke USB FlashDisk.

Langkah-langkah memindah /home dari partisi root ke partisi baru sebagai berikut.

1. Login memakai user dengan hak biasa atau root lewat shell (console)
2. Masuk ke single-user mode (init 1), masukkan password user root
    # init 1
3. Mount partisi target
    # mount /dev/sda8 /mnt
4. Buka /home
    # cd /home
5. Salin semua berkas ke partisi target
    # cp -ax * /mnt
6. Pindah ke direktori root. Ubah home menjadi home.old (terserah), untuk backup. Lalu buat home baru
    # cd /
    # mv /home /home.old
    # mkdir home

7. Edit /etc/fstab dengan memakai vi/vim atau text editor lainnya
    # vim /etc/fstab
   Tambahkan baris berikut, sesuaikan dengan layout partisi dan isikan parameter yang diinginkan
    # /dev/sda8 /home ext4 defaults 0 2
8. Reboot, pastikan segalanya berjalan lancar, jika tidak mungkin ada langkah yang salah. Kemudian hapus /home.old

Read More

Thursday, October 7, 2010

Buktikan Pemakai Linux Lebih Dari 1%

  No comments

Wednesday, October 6, 2010

Ups KDM Ga Muncul

  No comments
October 06, 2010

Selama hampir 2 tahun bisa dibilang baru kali pertama ini Arch Linux ku bermasalah, tapi ga sepenuhnya broken cuman KDM ga tampil sehingga tidak bisa login ke KDE. Login melalui console ga ada masalah, dengan user Root aku membaca /var/log/error.log terlebih dahulu, dan ternyata terbaca dua baris pesan kesalahan.

Received unknown or unexpected command -2 from greeter
Abnormal termination of greeter for display :0, code 1, signal 0

Argh.,. Maksud pesan tadi apa y? Terlalu teknis untuk orang sepertiku yang ga ngerti apa2 soal KDE. Iseng-iseng liat /var/log/pacman.log, hm ada 5 paket yang terupdate hari ini.

tesseract (3.00-1 -> 3.00-2)
ekiga (3.2.7-2 -> 3.2.7-3)
freetype2 (2.4.2-1 -> 2.4.3-1)
apr-util (1.3.9-4 -> 1.3.10-1)
libpng (1.4.3-1 -> 1.4.4-1)

Kira-kira tersangkanya siapa y? Yang jelas bukan ekiga, soalnya aplikasi. Harusnya paket yang berpengaruh pada low level. Daripada pusing-pusing, unduh aja versi sebelumnya dari ke empat-empatnya. Cek Arch Rollback Machine dan repository Arch Linux yang masih menyimpan versi sebelumnya, unduh secara manual lalu Downgrade.

Downgrade libpng dari 1.4.4-1 ke 1.4.3-1, lalu reboot.,. gagal
Downgrade apr-util, lalu reboot.,. gagal lagi
Downgrade freetype2, lalu reboot.,. masih juga gagal
Downgrade tesseract, lalu reboot.,. berhasil! Berhasil berhasil berhasil hore.,. -hehe jadi inget keponakan yang suka nonton Dora-

Rupanya masih belum jera juga, setelah KDE Plasma Desktop muncul, blacklist paket tesseract di /etc/pacman.conf lalu pacman -Syu update lagi.,. Packet freetype2, apr-util, dan libpng terupdate lagi, reboot dan KDM muncul.

Hm hari ini KDE SC 4.5.2 sudah dirilis, dan baru saja masuk ke repo nya Arch Linux, update lagi ahh.,.

Perhatian: pacman -Syu sudah terbukti menyebabkan ketagihan, jika anda meng-update lebih dari satu kali sehari segera periksakan diri ke dokter.

Read More

Saturday, October 2, 2010

Meningkatkan Kinerja Pacman

  No comments
October 02, 2010

Pacman adalah packaged manager yang digunakan Arch Linux. Sebenarnya terdapat beberapa cara untuk memaksimalkan performa pacman, salah satunya dengan mengganti download manager agar mendapat kecepatan maksimal.
Setelah setahun lebih menggunakan wget, rasanya ingin mencoba menggantinya dengan axel.

Caranya cukup dengan mengedit /etc/pacman.conf dan menambahkan baris

XferCommand = /usr/bin/axel -a -o %o %u

Pacman menggunakan axel sebagai download manager

Pacman telah melaksanakan tugasnya

Jika ingin menggunakan download manager lainnya seperti aria2c, wget, curl, snarf, lftp.

wget: XferCommand = /usr/bin/wget --passive-ftp -c -O %o %u
curl: XferCommand = /usr/bin/curl -C - %u > %o
snarf: XferCommand = /usr/bin/snarf -N %u
lftp: XferCommand = /usr/bin/lftp -c pget %u

aria2c: XferCommand = /usr/bin/aria2c --allow-overwrite=true -c --file-allocation=none --log-level=error -m2 --max-connection-per-server=2 --max-file-not-found=5 --min-split-size=5M --no-conf --remote-time=true --summary-interval=60 -t5 -d / -o %o %u

Pastikan aplikasi download manager yang akan dipakai telah terinstall.

Cara yang lain adalah dengan menggunakan wrapper pacman, seperti powerpill, airpac, dan pacget.

Read More

Thursday, September 30, 2010

Haier CE100 Dengan NetworkManager

  No comments
September 30, 2010

Bulan April yang lalu aku membeli modem USB Haier CE100 DualBand CDMA 2001x / EVDO. Dari hasil googling ada seorang Linuxer yg berhasil memakai modem tersebut pada Ubuntu 9.04, tentunya dengan bantuan wvdial dan menurutnya bisa juga di dial lewat NetworkManager. Dengan harapan bisa langsung dipakai dengan NetworkManager aku masukin ke port USB, muncul notifikasi modem CDMA dikenali, konfigurasi provider lalu klik connect. Sembari menunggu sebentar kemudian muncul notifikasi bahwa modem disconected, setelah downgrade versi NetworkManager pun tidak membuahkan hasil.

Akhirnya menyerah juga, wvdial pun menjadi solusi terbaik, sedikit modifikasi /etc/wvdial.conf dan /etc/ppp/options serta udev rules untuk meng-eject otomatis cdrom virtual sehingga modem pun bisa dipakai. Sejak saat itu Arch Linux ku bisa terkoneksi ke dunia maya. Dengan cara yang relatif sama aku terapkan di Ubuntu 9.04, Linux Mint 8 dan openSUSE 11.2 serta openSUSE 11.3.

Beberapa hari yang lalu aku iseng-iseng memakai NetworkManager dengan antarmuka Network Management Plasmoid di KDE SC 4.5.x dan hasilnya ternyata diluar dugaan, sekarang sudah bisa digunakan dengan NetworkManager. Usut punya usut setelah melihat log pacman, pada akhir bulan Agustus kemarin terjadi update paket NetworkManager versi 0.8.1 dan ModemManager 0.4.

Bukannya wvdial tidak terpakai lagi, tapi lebih cenderung berfungsi sebagai cadangan ketika harus melakukan koneksi lewat antarmuka console. Oh ya, sebenarnya NetworkManager juga memiliki antarmuka berbasis console yaitu cnetworkmanager.



Namun ada sedikit masalah, kadang NetworkManager terhubung ke ttyUSB2 yang seharusnya ke ttyUSB0 yang berakibat tidak bisa dipakainya modem. Solusinya sederhana tinggal cabut modem, masukkan ke port lagi atau port USB yang lain. Trik sederhana lain yang bisa dipakai adalah memasukkan modem saat tepat sebelum booting (saat menu GRUB tampil), bisa dipastikan terhubung ke ttyUSB0. Masalah lain yang jarang terjadi adalah tidak munculnya ttyUSB1 dan ttyUSB2, solusinya cukup restart. Kemungkinan terdapat bug di udev atau options.

Bagi pengguna KDE SC, Network Management Plasmoid dan KNetworkmanager biasanya terintegrasi dengan KWallet, fungsinya kurang lebih menyimpan secara aman konfigurasi modem, dan yang mungkin sedikit mengganggu adalah jika KWallet belum aktif akan diminta memasukkan password guna membuka KWallet.

Read More

Thursday, September 9, 2010

Faktor M

  2 comments
September 09, 2010

Wah rupanya udah lama ga menulis di blogq ini, halangan yang berupa faktor m, yaitu males, hehe.,. Bukannya kehabisan ide, tapi malahan ada beberapa hal yang ingin q tulis namun ga kesampaian. Bulan Agustus yang dinanti-nanti telah terlewatkan, setidaknya ga terlambat untuk di tulis, walaupun sekarang udah September.,.

KDE SC 4.5.x

KDE Software Compilation 4.5.0

Rilis yang cukup diantisipasi walaupun KDE SC 4.5.0 terdapat bug-bug yang terlewatkan dari release candidate, untungnya rilis minor bulanan KDE SC 4.5.1 menambalnya. Hampir tidak ada fitur baru yang ditambahkan, melainkan menstabilkan code yang sudah ada dan menyesuaikan tampilan. Yang paling aq suka adalah area notifikasi yang baru, menurutq lebih efisien dari pada area notifikasi yang lama, ditambah dengan icon monochrome di systray terasa cocok dengan tema Air. Namun sayangnya ga semua icon di systray monochrome beberapa aplikasi KDE dan Gnome masih menggunakan icon yang sudah ada. Mungkin ada yang menyukai Web Browser berbasiskan WebKit, sekarang Konqueror bisa memakai engine WebKit. Perubahan yang lainnya tidak begitu tampak secara fisik. Secara keseluruhan I LOVE IT

Arch Linux dengan KDE Software Compilation 4.5.1


Distro
openSUSE 11.3

openSUSE 11.3 saat menjalankan ESET NOD

Beberapa minggu sebelum KDE SC 4.5.0 dirilis, distro openSUSE juga merilis versi terbarunya yaitu openSUSE 11.3. Sebagai mantan pengguna openSUSE, ga ada salahnya mencoba hasil racikan distro bermaskot bunglon ini. Karena males *lagi*, aq mengunduh CD KDE4 Live yang berukuran sekitar 700MiB. Walaupun males, aq masih memiliki kesabaran menunggu unduhan selesai. Selidik punya selidik ternyata aq pelupa juga, ga inget ato pura-pura ga inget kalo DVD Combo laptopq udah tiada, baru inget ketika unduhan udah selesai *duh*.,.

Ga kurang akal, aq coba aja make UNetBootin, terpaksa korban USB Flashdisk Kingstone 1GiB q. Ga lama kemudian proses nulis imagenya selesai, saatnya reboot. Pilih boot ke USB Flashdisk dan.,. *deenk* Grub error

Masih kurang terima lagi, ngubek-ngubek google sampai akhirnya ketemu solusi lain, yah bisa dibilang mirip-mirip UNetBootin, aplikasi ringan bernama openSUSE Image Writer. Tinggal seret iso nya ke aplikasi tersebut, tapi.,. seperti yang aq bilang dari awal terpaksa harus korban USB Flashdisk karena secara otomatis partisi FAT yang lama dihancurkan, dan dibuat dua partisi baru, partisi root dan home. Ya sudah lah udah terlanjur nyeret iso nya tadi, mana ga ada undo lagi.

Dengan tanpa penyesalan aq reboot, boot ke USB Flashdisk dan *viola* YaST installer menunggu untuk dieksekusi. Reformat partisi tempat bersemayamnya openSUSE 11.2 dan instalasi dimulai sampai sukses.

Lho ga ada reviewnya? Hm apa yah.,. openSUSE 11.3 masih memakai KDE SC 4.4.x tapi dengan tambalan di sana sini, maklum lah kebanyakan developernya merangkap sebagai developer KDE juga. Sebaiknya di liat di situs nya saja langsung, udah ada penjelasan fitur-fitur baru pada rilis tersebut *dengan alasan males pula*

Update: Satu hal yang cukup mengganggu untuk rilis kali ini adalah driver vga di set default ke fbdev bukannya vesa, akibatnya tampilannya tidak begitu bagus. Untungnya cukup mengedit konfigurasi X.org, vesa pun bisa dipakai. Dan sialnya kompilasi manual driver openchrome pun gagal. openchrome dikhususkan untuk vga berbasis via, sedangkan untuk vga lainnya mungkin tidak ada masalah berarti. Namun sial untuk temanq yang memakai vga intel karena selalu freeze setelah dipakai beberapa lama. Ada apa dengan X.org openSUSE?

Ubuntu 10.04 dan Linux Mint 9

Ubuntu 10.04

Mundur beberapa minggu sebelumnya dirilis Ubuntu 10.04 yang kemudian disusul Linux Mint 9. Berhubung bukan fans berat, bingung mau nulis apa.,. yang jelas dibandingkan Ubuntu 9.10, Ubuntu 10.04 bener-bener solid dengan integrasi desktop yang baik. Lalu gimana dengan Linux Mint, ga jauh-jauh beda kok dengan banyak tambalan disana-sini menjadikannya patut dicoba. UNetBootin membantuq dalam hal instalasi via USB Flashdisk. Pokoknya keren abis de.,. *kehabisan kata-kata*

Update: Secara ga sengaja, aq memperhatikan aktifitas sistem saat mem-backup data (seperti gambar diatas), "bug" yang selama ini menghantuiq tidak ada pada rilis ini. So what exactly happen? Ketika melakukan operasi menyalin/memindah data dari dan ke harddisk atau flashdisk serta sebaliknya menyebabkan penggunaan CPU hingga 100%. Akibatnya sistem menjadi kurang responsif, sangat menganggu memang. Sialnya dari semua distro yang pernah q coba memiliki perilaku yang sama, kecuali Ubuntu 10.04. Ga ada salahnya menunggu Ubuntu 10.10 yang akan dirilis beberapa hari lagi.

Chakra GNU/Linux

Proyek Chakra resmi berpisah dari Arch Linux

Sepeninggalnya om Jan Matte, pimpinan proyek diambil alih om Phil, dan melanjutkan rencana mem-fork *bahasa indonesia nya apa ya?* proyek Chakra dari Arch Linux. Chakra memakai PKGBUILD dari paket-paket Arch Linux dan mengkompilasi sendiri untuk didistribusikan lewat repository baru. Bundling System pun dibuat untuk melengkapi paket dari repository utama, tapi apaan c itu? Bahasa gampangnya para developer Chakra benci GTK, jadi di repository ga ada aplikasi Gnome ato aplikasi yang memakai library GTK. Untuk menjembatani para user yang tetap ingin memakai aplikasi berbasis GTK, maka dibuatlah Bundling System.

Ko masih belum jelas c hehe.,. Bundling System meniru konsep Aplikasi image nya Mac OS X dan Windows. Intinya suatu aplikasi akan dipaketkan bersama library pendukung dalam satu image yang nantinya di muat secara transparan ketika aplikasi tersebut di eksekusi.

Akhirnya sampai juga pada bagian akhir *perulangan kata*, eh ini sebenarnya review apa review c? *males mode on*

Read More

Wednesday, April 21, 2010

Setahun Menggunakan Arch Linux

  2 comments
April 21, 2010

Hm.,. ga kerasa udah setahun lebih make Arch Linux, bisa dibilang lebih banyak suka daripada duka. Awalnya penasaran dengan rolling release distro, karena distro tersebut selalu memakai software versi terbaru. Setelah mencari info dengan bantuan om google hasilnya cukup mengejutkan, dari sekitar 350 an distro kurang dari 5 distro yang memakai rolling release.
Dua kandidat teratas yaitu Arch Linux dan Sidux, Sidux merupakan distro turunan Debian yang memakai paket Debian Sid (unstable), sedangkan Arch Linux bukan merupakan turunan distro apapun.

Dari dokumentasinya Arch Linux menawarkan fleksibilitas lebih daripada Sidux, tanpa pikir panjang esoknya aq mendownload iso image rilis terbaru 02.2009 64bit. Proses instalasi memakan waktu yang cukup singkat, karena iso image nya sendiri hanya berisikan paket base install tanpa ada desktop environment, bahkan X.org pun tidak ada. Setelah konfigurasi user,group,network dan dialup, tinggal menyambungkan laptopq ke server Arch Linux lalu kemudian proses download dan instalasi paket sesuai keinginan. Berhubung koneksiq ga cepet-cepet amat alias lemot abiz, sebagai percobaan q install DE XFce, sebelumnya perlu men setup X.org terlebih dahulu baru install DE. Berbekal Arch Linux Wiki, rasanya ga susah2 amat hari itu juga Arch Linux q up and running.,.

Tentunya ga sampai disitu aja, baru DE tanpa aplikasi apapun ga bisa dipake donk, tinggal install Firefox, Thunderbird, SMplayer, Amarok, VLC dan aplikasi lainnya. Dari segi usability XFce ga kalah bagusnya dengan KDE dan Gnome, walaupun dari segi eyecandy nya jelas sudah terlihat usang. Dengan memakai theme yang tepat XFce bisa terlihat seindah KDE. Lebih dari tiga bulan kemudian, aq benar-benar menikmati model rolling release, tanpa perlu menunggu setiap 6 bulan sekali, Arch Linux q terupdate dengan software versi terbaru. Karena merasa cocok dengan Arch Linux, akhirnya aq memberikan Arch Linux ruang yang lebih di harddisk. Sedikit merombak partisi, lalu re-install Arch Linux tapi kali ini memakai KDE. Konsekuensinya adalah waktu download paket-paket KDE SC yang cukup lama, totalnya kurang lebih 500MB. Dengan koneksi lemotq butuh waktu seharian untuk mendownload semua paket.

Rupanya semua itu ga sia-sia, sebagai fans nya KDE sejak KDE 3.x, KDE SC 4.x series nie tiap rilis selalu membawa perbaikan disana sini. Arch Linux memiliki dua versi KDE, KDE Arch Linux official dan KDEMod dari proyek Chakra. Aq memakai KDEMod karena Chakra menambahkan beberapa patch.

Apapun distronya, tentu ada kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan :

* Stabil.
* Rolling Release.
* Vanilla dengan patch seperlunya.
* Distro yang berbasis komunitas.
* Dukungan komunitas melalui wiki, forum, irc dll.
* Membuat paket Arch Linux cukup mudah dipahami daripada DEB atau RPM.

Kekurangan :

* Belum memakai Delta Package, sehingga ukuran paket yang didownload relatif besar.
* Belum memakai Signed Package, walaupun memakai hash check namun paket yang telah di sign lebih terjamin keabsahannya.
* Koleksi aplikasi belum sebanyak Ubuntu, apalagi Debian. Walaupun ada AUR namun lebih afdol jika paket tersebut masuk ke Community repository.
* Lebih cocok buat Desktop dari pada Server, bukan berarti ga bisa dipakai sebagai Server. Ada proyek komunitas yang memodifikasi Arch Linux supaya cocok dipakai sebagai Server.

Paket yang berpeluang broken antara lain :

* Kernel Linux
* X.org
* Driver VGA propiertary (Nvidia dan ATI/AMD)

Sejauh ini aq cukup beruntung karena belum pernah mengalami hal diatas. Kenapa bisa broken? Dewasa ini pengembangan Kernel Linux sangat cepat, paling banyak di area driver. Jadi regresi bisa saja terjadi dengan adanya penambahan dan penggurangan kode. Ga semua manufaktur hardware menyediakan driver opensource, dalam hal ini VGA produk dari Nvidia dan ATI/AMD. Karena Arch Linux selalu meng-update X.org versi terbaru, sedangkan kebanyakan driver closed source perlu waktu beberapa bulan untuk sekompatibel mungkin dengan versi X.org tersebut. Jadi solusinya adalah tidak meng-update X.org menunggu rilis driver VGA closed source yang kompatible atau memakai driver open source buatan komunitas dengan konsekuensi penurunan performa di 3D atau bahkan tidak mendukung 3D sama sekali.

Ya begitulah Arch Linux, semoga kedepan lebih maju.,.

Edit September 2016 : Follow up tujuh tahun kemudian

Read More

Sunday, February 28, 2010

Menelusuri Blog Eksentrik

  No comments
February 28, 2010

Gara-gara mengunduh Ubunchu edisi terjemahan Bahasa Indonesia, mouse pointer membawaku ke sebuah blog yg unik.

http://blackclaw.wordpress.com

Awalnya kukira ini blog humor, karena kesannya serba melucu trus. Tapi setelah membaca postingan lama satu per satu, barulah kelihatan klo blog tersebut memiliki keunikan tersendiri. Dari nama blog-blog temannya c, aq jd inget beberapa nick di situs hacker Indonesia.

Okelah mungkin bahasanya rada kasar, ad cacian ad makian, tapi sebagai anak muda yang tinggal di kota besar, hal itu sudah terdengar tidak asing lagi kan ditelinga. Lepas dari itu hampir semua yang ditulis bermutu.

Alih-alih menjelaskan sesuatu hal dengan bahasa yang gamblang, si penulis lebih suka meng-analogikan segala sesuatu. Disinilah muncul kekonyolan-kekonyolan, analogi yang dipakai penulis memang mampu menjelaskan hal-hal yang ingin disampaikan, namun ada beberapa analogi yang kesannya dipaksakan, hal itu tidak lain karena sulit untuk mencari perbandingan yang sesuai.

Lalu apa yang dimuat penulis diblognya yang eksentrik itu?
Sedari awal seharusnya sudah cukup jelas, kebanyakan materinya tentang IT dan Security, ditambah beberapa postingan tentang Moral.
Menarik bukan? Jangan lupa baca juga komentar-komentarnya.,.


Have fun,

Read More

Wednesday, February 10, 2010

KDE SC 4.4.0 "Caikaku"

  No comments
February 10, 2010



Yak setelah kerja keras selama 6 bulan, komunitas KDE merilis KDE Software Compilation 4.4.0 (Kodenama: "Caikaku"). Teknologi mayor baru diperkenalkan, termasuk jejaring sosial dan fitur-fitur kolaborasi online, antarmuka berorientasi netbook yang baru dan inovasi-inovasi infrastruktur seperti framework otentifikasi KAuth. Menurut KDE bug-tracking system, 7293 bugs telah diperbaiki dan 1433 fitur baru yang diminta telah diimplementasikan. Komunitas KDE berterimakasih kepada semua orang yang telah membantu sehingga rilis ini selesai.

Untuk Arch Linux user, paket KDE SC 4.4.0 sudah online di repository Extra, sedangkan untuk openSUSE user bisa memakai unstable repository, selamat menikmati.

Official KDE SC 4.4.0 Announcement
Panduan Visual KDE SC 4.4.0

Read More

Tuesday, December 8, 2009

X Tanpa Konfigurasi Manual

  No comments
December 08, 2009

Ketika kali pertama aku meng-install Arch Linux, tahapan tersulit adalah mengkonfigurasi X.org. Dengan distro lain mungkin lebih mudah, karena sudah ada tool khusus untuk menanganinya, contohnya seperti SaX2 pada openSUSE. Jalan pintas sebenarnya cukup mudah, salin saja /etc/X11/xorg.conf dari instalasi openSUSE ke Arch Linux lalu ubah sesuai kebutuhan, viola beres dech.,. Cara lainnya adalah dengan memakai tool bawaan X.org yang otomatis membuat xorg.conf untuk sistem anda, tentunya ga semua terkonfigurasi dengan benar, terkadang masih dibutuhkan intervensi secara manual oleh user.

Hal ini mulai berubah sejak versi-versi X.org yang terakhir yang telah memperkenalkan fitur hardware autodetect, dengan kata lain anda tidak perlu membuat xorg.conf untuk menjalankan X. Menarik bukan? sayangnya pada versi awalnya, X.org tidak sepenuhnya mendeteksi hardware laptopku, kalau tidak salah X.org 7.4 dan X Server 1.6, hasilnya resolusi layar yang salah dan tidak berfungsinya touchpad, sebagai informasi laptopku memakai graphic card onboard VIA Chrome9 (vn896) dengan driver OpenChrome. Alhasil terpaksa harus mengedit xorg.conf secara manual.

Beberapa hari yang lalu, setelah meng-install openSUSE 11.2 dan Linux Mint 8 "Helena" berdampingan dengan Arch Linux, iseng-iseng melihat ke /etc/X11/ ternyata keduanya ga ada xorg.conf, dan untungnya X.org mendeteksi dengan benar semua hardware laptopku.

Setelah melakukan full update Arch Linux karena adanya rilis terbaru KDE Software Compilation 4.3.4 dan X.org 7.5 serta X Server 1.7, aku membuat salinan dan menghapus /etc/X11/xorg.conf kemudian me-restart laptop.,. Viola.,. semua berjalan lancar tanpa perlu membuat konfigurasi xorg.conf.

Sampai tulisan ini dibuat, aku belum menemukan halangan yang berarti -semoga tidak-, dan semoga fitur ini dapat dinikmati oleh semua Linuxer di seluruh dunia.

Read More

Friday, November 13, 2009

openSUSE 11.2

  1 comment
November 13, 2009


Akhirnya waktu yang di nanti tiba setelah melalui waktu development selama 8 Bulan, rilis terbaru openSUSE 11.2 keluar juga. Untuk menghindari double posting, silahkan klik logo Gecko di atas.,. Jika memungkinkan saya akan membuat review di kemudian hari.

Read More

Wednesday, November 4, 2009

Melihat Kebelakang

  3 comments
November 04, 2009

1995

Masih teringat ketika pertama kali melihat komputer milik temanku, berhubung saat itu aku masih SD jadinya belum terlalu tahu fungsi komputer. Sekitar tahun 1995, harga PC saat itu terbilang sangat mahal. Prosesornya sudah tentu masih Intel Pentium 80xxx.
Sebenarnya mau ikut les komputer, tapi yang ikutan kebanyakan siswa SMU, jadi batal deh.
Sistem Operasi yang dipakai kebanyakan DOS (Disk Operating System) dan Windows 3.xx, jangan salah walaupun ga ngerti tapi aku sudah lihat Windows 95 lho (untuk saat itu terbilang cukup cepat mendapatkan copy wareznya).
Saat masuk bangku SMP eh malah dapat pelajaran DBASE, masih berbasis DOS tuh. SMU lebih parah lagi ga dapat pelajaran tentang komputer sama sekali.

2002

Walaupun sempat terlupakan, selepas SMU keinginanku untuk belajar komputer bergejolak kembali. Mengambil Jurusan Teknisi Komputer setara Diploma 1 bukanlah pilihan buruk, justru inilah awal dari petualanganku.
Awalnya memang bukan hal yang mudah untuk mengetahui seluk beluk perangkat keras dan perangkat lunak. Namun hari demi hari berlalu dengan sedikit potongan ilmu terekam di kepala. Sistem Operasi yang ku pelajari sudah tentu dari keluarga Windows (Windows 98, Windows 2000, dan Windows Xp), bahkan saat itu dalam benak ku hanya Windows lah satu-satunya sistem operasi, namun setelah mendapatkan pencerahan baru aku tahu ternyata terdapat banyak sistem operasi di dunia ini. Di kemudian hari mulai beranjak ke Novell Netware, Salah satu sistem operasi khusus jaringan. Linux? pernah denger sich, tapi blom sempet nyentuh secara langsung.

Hari yang dinanti tiba, PC pertamaku hadir mengiringi langkahku. Dari spesifikasinya sich emang bwt game c, habis masih kerajingan Counter Strike. Namun pada prakteknya lebih sering ku oprek bwt 'riset' sistem operasi lain. Karena masih penasaran sama yang namanya Linux, berburu buku-buku dan majalah tentang Linux sudah menjadi hoby baru.

Distro Pertama

Red Hat 9, namun sial karena hardware ku ga didukung sama Kernel Linux 2.4.x yang tampil di monitor malah Kernel Panic. Lalu Mandrake 10.0 (kini Mandriva) yang bernasib sama seperti Red Hat 9 karena keduanya masih memakai versi Kernel yang sama.
Sempat vakum beberapa bulan guna menunggu rilis Distro terbaru, tapi tenang saja kan masih bisa "maen" sistem operasi laennya. Untuk mengenang masa lalu, aku menginstall Windows 3.xx dan Windows 95 dengan bantuan mesin virtual BOCHS, semuanya karena iseng semata.
Beberapa bulan berselang, Fedora Core 1 (kini Fedora) dengan upgrade ke Kernel Linux 2.6.x dirilis kepublik. Pada dasarnya Fedora Core 1 merupakan Red Hat 10, karena Red Hat Inc menghilangkan dukungan ke pengguna Desktop dan berkonsentrasi pada level Enterprise, maka muncul lah Distro Fedora Core yang merupakan versi komunitasnya Red Hat. Bisa dibilang Fedora Core lah Distro pertama yang berhasil terinstall di PC ku. Seperti kebanyakan newbie-newbie laennya, awalnya aku selalu menghadapi kendala-kendala saat menggunakan Linux.

Distro Hopper

Rasanya sejak menggenal Linux semua Distro Utama (lihat Distrowatch) sudah pernah aku coba kecuali Debian. Sebut saja Ubuntu, SuSE (kini openSUSE), Slackware, Mandrake (kini Mandriva), Fedora Core, Mepis, PC Linux OS, belum lagi Distro-distro kecil dan lain-lain nya, terlalu panjang untuk disebutkan semua. Pilihanku jatuh pada SuSE 9.1, alasannya sederhana sich karena SuSE merupakan Distro dengan tampilan terbaik saat itu (menggunakan KDE 3.5.x), dan lagi rutin pendeteksian hardwarenya sangat bagus, sehingga semua hardwarenya bisa berjalan dengan lancar.
Waktu pun berlalu, aku masih setia dengan openSUSE, YaST (Yet Another System Tools) nya pun semakin lengkap modul-modulnya. SuSE 9.1, 9.2, 9.3 lalu kemudian dibeli oleh Novell berganti menjadi openSUSE 10.0, 10.1, 10.2, 10.3, 11.0, 11.1, selalu terlihat peningkatan yang berarti pada setiap rilis terbarunya (dan dalam beberapa hari lagi openSUSE 11.2 dirilis). Namun sayang karena terdapat sedikit perbedaan ideologi, akhirnya aku memutuskan mengganti Distro Utamaku dengan Arch Linux, yang menurutku lebih "bersih" dari intervensi-intervensi perusahaan laen. Tapi sekali lagi semoga kedepan hal tersebut bisa berubah, karena bagaimanapun openSUSE memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki Distro laennya.

Multi Distro

Mungkin terdengar aneh, tapi aku menganut konsep ini. 1 Distro utama + beberapa Distro lainnya wajib terinstall. Alasanya? sederhana sich, hanya untuk merasakan pengalaman menggunakan Distro lainnya, disamping itu sebagai cadangan ketika Distro utama ku menggalami masalah.
Distro utama ku saat ini adalah Arch Linux, sedangkan yang kedua adalah openSUSE, kemudian Ubuntu (atau Linux Mint turunan dari Ubuntu). Hampir 90% waktuku memakai komputer atau laptop kuhabiskan dengan Arch Linux.

Sistem Operasi Lainnya

Walaupun Linux adalah sistem operasi utama ku, tetap saja tidak menggurangi rasa keingintahuanku mencicipi sistem operasi lainnya. Sebut saja dari keluarga BSD Unix, ReactOS (klonning dari Windows Xp), MonaOS, Haiku (klonning dari BeOS), dll. Untuk sekarang relatif lebih mudah untuk mencoba hal tersebut diatas, dengan memakai tekhnologi virtualisasi ga perlu menginstall pada komputer beneran. Kalau dulu aku lebih mengandalkan BOCHS dan Qemu, namun sekarang rasanya VirtualBox memiliki banyak fitur dan menawarkan kemudahan dari pada dua solusi sebelumnya.

Kini

Memang yah, ternyata ilmu itu ga ada habisnya, semakin dipelajari semakin menarik.
CD-CD Linux ku kini telah menjadi koleksi di rak, bukannya tersiakan, tp CD-CD itu yang telah mengiringi langkahku selama ini.,.

Read More

Sunday, November 1, 2009

Sebuah Langkah

  No comments
November 01, 2009

Sebelumnya ga pernah kepikiran bwt sebuah blog, setelah lama menyentuh internet ga afdol rasanya tanpa memiliki sebuah blog.,.
So this is my first post,

Salam kenal,

Read More