Thursday, March 17, 2011

openSUSE 11.4 : Tumbleweed

  No comments
March 17, 2011

openSUSE 11.4 telah dirilis beberapa hari yang lalu. Menurutku rilis kali ini lebih baik daripada yang lalu. Setelah sukses menginstall pada dua laptop, kupikir sudah saatnya mencoba Tumbleweed. Bagi yang belum tahu, Tumbleweed akan membuat openSUSE menjadi rolling release seperti Arch Linux dan Chakra GNU/Linux. Buka Konsole, dengan hak root eksekusi.

zypper ar --refresh http://download.opensuse.org/repositories/openSUSE:/Tumbleweed/standard/ Tumbleweed
zypper dup --from Tumbleweed

Menambahkan Repository Tumbleweed

Konflik paket, remove saja sesuai saran Zypper

Perhatikan outputnya, kemungkinan ada beberapa paket yang akan di remove. Lalu tambahkan repository Packman Tumbleweed.

zypper ar -n packman-essentials http://ftp.uni-erlangen.de/pub/mirrors/packman/suse/openSUSE_Tumbleweed/Essentials packman-essentials

Menambahkan Repository Packman Tumbleweed Essentials

Pilih mirror terdekat, lihat di http://packman.links2linux.org/mirrors
Jika beberapa software tidak tersedia pada repository utama, tambahkan repository Contrib dengan cara :

Jalankan YaST2, pilih Software Repositories

Pilih Add

Pilih Community Repositories, lalu Next

YaST2 sedang memperbaharui daftar Repository

Pilih Main Repository (Contrib)

YaST2 sedang menambahkan Repository Contrib

Hasil akhir setelah menambah Repository Tumbleweed, Packman Tumbleweed Essentials dan Contrib. Untuk mengakhiri pilih OK

Referensi :
http://en.opensuse.org/Portal:Tumbleweed
http://en.opensuse.org/Additional_package_repositories#Packman

Read More

Friday, March 11, 2011

BURG - Boot Manager

  No comments
March 11, 2011

Burg merupakan fork dari Grub2 yang menambahkan beberapa fitur yang tidak ada pada Grub2. Perbedaan yang paling kelihatan adalah aspek eye-candy Burg yang menurutku lebih bagus daripada Grub2. Cara menangani tema yang sedikit berbeda, mengganti tema secara langsung, mengganti resolusi layar secara langsung, pengelompokkan item pada menu (grup), dan lain-lain.

Sebenarnya sudah lama aku menggunakan Burg, namun baru sekarang ada waktu untuk menulisnya di blog. Untuk Arch Linux beberapa paket yang dibutuhkan dari AUR antara lain :

burg-bzr (core)
burg-emu (emulasi)
burg-themes (tema-tema)
burg-manager (gui untuk manajemen burg, memerlukan sudo untuk otentifikasi)
dan dependencies nya

Gunakan packer atau yaourt untuk menginstall dari AUR. Untuk Chakra GNU/Linux Burg sudah resmi menggantikan Grub/Grub2, untuk Ubuntu dan Linux Mint tersedia di PPA, untuk openSUSE belum dapat sumbernya -anda belum beruntung-.
Sebagai root jalankan :

burg-install /dev/sda
burg-mkconfig -o /boot/burg/burg.cfg

Catatan:
-sudo harus sudah terkonfigurasi jika ingin menggunakan burg-manager
-ketika mengeksekusi "burg-install /dev/sda", pastikan keluarannya sukses. Jika error sebaiknya segera menginstall Grub/Grub2 (yang dulu digunakan).
-ketika mengeksekusi "burg-mkconfig -o /boot/burg/burg.cfg", burg-themes harus sudah terinstall.
-jangan reboot sebelum memastikan Burg terinstall dan terkonfigurasi dengan benar.

Perintah yang pertama menginstall Burg pada MBR pada harddisk pertama, sedangkan perintah yang kedua membuat konfigurasi berdasarkan sistem operasi apa saja yang terinstall pada komputer.

Sayangnya burg.cfg harus disesuaikan terlebih dahulu, misalnya title yang rada ngawur seperti 'n/a GNU/Linux bla bla bla' ganti sesuai selera, juga tambahkan --class arch supaya icon Arch Linux dapat tampil. Ganti group dan resolusi sesuai selera. Gunakan burg-emu untuk emulasi secara langsung dengan mengeksekusi "/opt/burg-emu/bin/burg-emu".

Konfigurasi
Pengaturan umum terdapat pada /etc/default/burg, parameter-parameternya akan dibaca saat menjalankan burg-mkconfig. Dengan menghilangkan komentar, kurang lebih seperti ini :

GRUB_DEFAULT=0
GRUB_TIMEOUT=6
GRUB_DISTRIBUTOR=`lsb_release -i -s 2> /dev/null || echo Arch`
GRUB_CMDLINE_LINUX_DEFAULT="quiet splash"
GRUB_CMDLINE_LINUX=""
GRUB_SAVEDEFAULT=true
GRUB_GFXMODE=saved
GRUB_GFXPAYLOAD_LINUX=1440x900
GRUB_DISABLE_LINUX_RECOVERY="true"
GRUB_THEME=saved
GRUB_FOLD=saved

Konfigurasi Menu
Pengaturan terdapat pada /boot/burg/burg.cfg, secara default file ini tidak ditujukan untuk diedit manual, namun seperti yang dijelaskan diatas perlu dilakukan sedikit penyesuaian. Contoh menuentry kurang lebih seperti ini :

menuentry 'Arch Linux' --class arch --class os --group group_/dev/sda2 {
    savedefault
    set gfxpayload=1440x900
    insmod ext2
    set root='(hd0,2)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff
    echo    'Loading Linux vmlinuz26 ...'
    linux    /boot/vmlinuz26 root=/dev/disk/by-uuid/6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff ro
    echo    'Loading initial ramdisk ...'
    initrd    /boot/kernel26.img
}
menuentry 'Arch Linux Fallback' --class arch --class os --group group_/dev/sda2 {
    savedefault
    set gfxpayload=1440x900
    insmod ext2
    set root='(hd0,2)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff
    echo    'Loading Linux vmlinuz26 ...Loading Linux Fallback ...'
    linux    /boot/vmlinuz26 root=/dev/disk/by-uuid/6e870d7b-4a58-4992-a91d-4fea0bef01ff ro
    echo    'Loading initial ramdisk ...'
    initrd    /boot/kernel26-fallback.img
}

Sedangkan untuk distro lain yang Grub / Grub2 / Burg yang diinstall pada partisi root cukup di chainloader saja

menuentry "openSUSE 11.4" --class suse --class os --group group_/dev/sda6 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,6)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 3239bbec-7a75-4d17-a228-b9543d1fa7ae
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Ubuntu 10.10" --class ubuntu --class os --group group_/dev/sda7 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,7)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 4ce281ea-9f29-40b8-b891-1e28df127172
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint Debian Edition" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda8 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,8)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 200aec2b-8c34-4711-8ce0-3a8de76e0b15
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint 10" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda9 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,9)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 464e767b-eeab-4d5d-b3f4-392d4079fe7a
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}
menuentry "Linux Mint 10 KDE" --class linuxmint --class os --group group_/dev/sda10 {
    savedefault
    insmod ext2
    set root='(hd0,10)'
    search --no-floppy --fs-uuid --set 0fdb6da5-a25e-4565-8f71-e3d83ddc8762
    drivemap -s (hd0) ${root}
    chainloader +1
}

Shortcut
F1 untuk bantuan, F2 untuk mengganti tema, F3 atau R untuk mengganti resolusi layar, F untuk folding menu dan F7 untuk menampilkan submenu pada folding menu. E untuk mengedit, dan seterusnya.,.


Burg-manager?
Merupakan antarmuka berbasis grafis untuk Burg yang dikembangkan oleh pihak ketiga. Sejujurnya cara tercepat mengedit konfigurasi adalah dengan text editor, hehe.,. Aplikasi yang seharusnya mempermudah, justru kadang malah memperumit. Pada prakteknya Burg-manager sering hang -alasan yang sebenarnya-.

Why oh why?
Sebenarnya cukup menginstall satu boot manager pada MBR, entah itu Grub / Grub2 / Burg. Sedangkan pada partisi root tiap distro tidak perlu diinstall boot manager. Namun sudah menjadi kebiasaanku, alasan lain adalah untuk kemudahan -atau mempersulit?-, karena boot manager pada MBR men-chainloader ke -apapun- boot manager pada partisi root tiap distro.

Read More

Thursday, March 10, 2011

openSUSE 11.4

  No comments
March 10, 2011

Masih 5 jam lagi menunggu pengumuman rilis resmi dari openSUSE 11.4, tapi aku sudah mendapatkan ISO DVD nya, hehe.,.

Pertanyaannya adalah apakah openSUSE 11.4 lebih baik dari openSUSE 11.3?
Sejauh ini dari segi art sangat bagus, konsisten dari Grub, bootsplash, KDM, KSplash, sampai wallpapernya dan openSUSE branding pada splash tiap aplikasi. Juga sudah menggunakan KDE SC 4.6.0 yang beberapa minggu lalu dirilis, harapanku semoga beberapa bugs yang mengganggu diperbaiki team KDE openSUSE.

Sebagai alternatif disertakan Grub2, yang secara default masih memakai Grub Legacy. Tertarik dengan Gnome 3 -preview- ? Ada juga kok, nantinya juga kalo Gnome 3 dirilis bakalan ada respin CD Gnome 3. DE yang lain juga ada, Gnome 2, XFCE, LXDE, *Box, dll.,. semua tersedia di DVD yang berukuran 4.30 GiB. Tentunya 'paket' hemat juga tersedia, yaitu Live CD Gnome, Live CD KDE, Addons Language.

Pada rilis kali ini, YaST Software Manager nya sudah mencakup beberapa repository diluar openSUSE seperti Packman, tinggal di aktifkan beres.,. -kenapa gak dari dulu c?-. Bagi yang menginginkan rolling release tinggal tambahkan repository Tumbleweed.

Hm.,. apalagi ya? Bentar, nanti malam baru ada waktu buat install openSUSE 11.4, cu.,.

Lanjut.,.
YaST installer masih sama seperti yang dulu, beda art saja, slideshownya pun masih sama malahan ada sedikit salah tulis, yang seharusnya LibreOffice tertulis OpenOffice.org. Dari segi lamanya instalasi rasanya sama juga. Perbedaannya adalah instalasi stage 2 tidak perlu reboot dan langsung automatic configuration, lalu kemudian masuk ke DE yang dipilih. Jika dibandingkan dengan installernya Ubuntu / Linux Mint, YaST Installer rada ribet saat pengaturan partisi, walaupun lebih powerfull namun tetap saja instalasi Ubuntu / Linux Mint lebih mudah dan cepat. Perlu diingat bahwa perbedaan media instalasi juga mempengaruhi, dimana Ubuntu hanya berupa CD, sedangkan openSUSE berupa CD dan DVD.

Sialnya entah kenapa yang seharusnya Grub terinstall pada partisi root (bukan MBR) ternyata malah merusak Burg yang terinstall pada MBR, hasilnya laptopku tidak bisa booting, hehe.,. Tenang saja, cukup booting DVD installer openSUSE, pilih Recovery, nantinya akan masuk ke console, login sebagai root -tanpa password-, lalu

grub
root (hd0,5)
setup (hd0)
quit
reboot

Kemudian masuk ke openSUSE, tambahkan entry untuk Arch Linux melalui YaST Grub, reboot, masuk ke Arch Linux, lalu buka Konsole sebagai root eksekusi

burg-install /dev/sda

Jika entry openSUSE belum ada pada burg.cfg, tambahkan. Reboot, dengan ini Arch Linux sukses mengambil alih Boot Manager dari Grub menjadi Burg -seperti semula-. Oh BTW, berhubung aku sukanya menginstall  Grub tiap distro pada partisi root, Grub openSUSE harus diperbaiki, booting DVD installer openSUSE, masuk Recovery console, login sebagai root -tanpa password-, lalu

grub
root (hd0,5)
setup (hd0,5)
quit
reboot

Kedepannya nanti aku terbitkan artikel mengenai Burg.
openSUSE terkenal dengan KDE SC nya yang teroptimasi dengan baik -secara developer KDE banyak juga menjadi developer openSUSE-.  Buktinya memory yang dipakai KDE lumayan sedikit dibandingkan distro lainnya, kurang lebih 430 MiB, sebagai perbandingan Arch Linux KDE memakai setidaknya 700an MiB -dengan Nepomuk dan Strigi aktif-.

Ada yang hilang dari systray, Suse Updater yang kini digantikan oleh KPackageKit -sekarang berganti nama menjadi Apper-, Network Manager Plasmoid yang sedikit berbeda dari standar. Firefox bukannya memakai Firefox 3.5.x, namun Firefox 4 Beta yang nantinya akan diupdate jika mencapai rilis final.

Sayangnya untuk pengguna dengan vga Chrome9 dan sejenisnya, driver openchrome tidak disertakan namun dapat didownload di Factory -yang seharusnya sebentar lagi turun ke 11.4-. Untuk laptop diperlukan sedikit pergantian pengaturan agar font nya terlihat baik, dari System Setting > Application Appearance > Fonts, Use anti aliasing (enabled) dan Force font DPI (96DPI), reboot.

Sejauh ini aku puas, berikut tampilan desktopku, KDE SC 4.6.0

openSUSE 11.4 dengan KDE SC 4.6.0 memakai tema Air openSUSE

KickOff Menu

http://news.opensuse.org/2011/03/10/opensuse-11-4/

Read More

Thursday, March 3, 2011

Tentang Ukuran Partisi

  2 comments
March 03, 2011

Sering berurusan dengan partisi memartisi harddisk, flashdisk, dsb?
Tentunya memakai GParted kan?
Lalu bagaimana cara membuat partisi TEPAT 5 GiB -misalnya- ?

Well, pertanyaan yang menarik.,. Bagi beberapa orang hal ini mungkin ga penting -walaupun perkara sepele-, tapi ga ada salahnya juga mengetahui hal -sepele- ini. GParted secara default memperbolehkan membuat partisi lebih besar dari 1 MiB, secara logika memang sudah seharusnya. Ketika membuat partisi baru atau merubah ukuran partisi, pasti dihadapkan pada pilihan berapa X MiB?
Singkatnya begini

1024 Bytes = 1 Kibibyte (KiB)
1024 Kibibytes (KiB) = 1 Mebibyte (MiB)
1024 Mebibytes (MiB) = 1 Gibibyte (GiB)
1024 Gibibytes (GiB) = 1 Tebibyte (TiB)
1024 Tebibytes (TiB) = 1 Pebibyte (PiB)
1024 Pebibytes (PiB) = 1 Exbibyte (EiB)

Jadi ketika membuat partisi baru acuannya :

1 GiB = 1024 MiB
5 GiB = 5120 MiB
10 GiB = 10240 MiB
20 GiB = 20480 MiB
50 GiB = 51200 MiB
100 GiB = 102400 MiB
200 GiB = 204800 MiB
400 GiB = 409600 MiB
dst

Membuat partisi dengan ukuran 5 GiB, hiraukan 'Free space preceding (MiB)' yang otomatis memakai 1 MiB

Tepat 5 GiB

That's it.,.

Read More

Wednesday, March 2, 2011

Pindah /rumah Lagi

  No comments
March 02, 2011

Akhirnya dapat juga harddisk baru untuk laptopku.,. Seagate Momentus ST9500325AS SATA II 500GB. Karena sayang jika harus menginstall ulang kembali Arch Linux ku, maka aku mencari solusi yang praktis. Solusi yang mungkin adalah kloning harddisk dan cara manual.

Duh, kali terakhir kloning harddisk sudah beberapa tahun yang lalu, itu pun memakai Norton Ghost dan praktek kilat pula. Harddisk yang baru ku pasang di HDD enclouser, lalu terhubung ke laptop dan dengan GParted aku membuat partisi-partisi baru. Sejauh ini belum menemui masalah apapun, malahan mendapatkan sedikit pencerahan dalam perhitungan Byte yang -kurang lebih- tepat. Inginku hanya mengkloning partisi root Arch Linux dan partisi /home, sedangkan distro-distro lainnya bisa diinstall ulang.

Harddisk lama
sda1    fat32    10 GiB
sda2    ext4    20 GiB sumber
sda3    ext4    5  GiB
sda4 (extended)
    sda5    ext4    5  GiB
    sda6    ext4    5  GiB
    sda7    ext4    10 GiB
    sda8    ext4    55 GiB sumber
    sda9    swap    1  GiB

Harddisk baru
sdb1    fat32    20 GiB
sdb2    ext4    20 GiB target dari sda2
sdb3    ext4    350 GiB target dari sda8
sdb4 (extended)
    sdb5    ext4    10 GiB
    sdb6    ext4    10 GiB
    sdb7    ext4    10 GiB
    sdb8    ext4    10 GiB
    sdb9    ext4    10 GiB
    sdb10    ext4    10 GiB
    sdb11    ext4    5  GiB
    sdb12    ext4    5  GiB
    sdb13    swap    5  GiB

Setelah menelusuri beberapa dokumentasi dan blog-blog di internet, jawabannya cuma satu yaitu CLONEZILLA. Untungnya distro PartedMagic sudah menyertakan CloneZilla, dengan bantuan UNetBootin untuk membuat Live USB PartedMagic.

Percobaan pertama

Setelah reboot lalu booting melalui UFD dan PartedMagic jalan di memory, aku mengeksekusi CloneZilla. Dengan tuntunan langkah demi langkah -wizard based-, kali pertama dihadapkan pada pilihan :

device-image atau device-device (pilih device-device) lalu
beginner atau expert (pilih beginner)
dan seterusnya dan seterusnya

Lho kok disingkat? Yak.,. karena hasil akhirnya gagal. Partisi /home yang seharusnya 350 GiB -memang tertera segitu-, namun sisa partisi kosongnya hanya beberapa GiB -yang seharusnya 300 GiB an-.

Percobaan kedua

Setelah -lagi- jengkel karena seharusnya CloneZilla secara otomatis meng-handle resize partisi, aku mencoba yang kali kedua.
langkah-langkahnya :

Pilih device-device

Expert Mode

Part to Local Part, karena akan mengkloning partisi bukan disk

Partisi asal yang akan di kloning

Partisi target

Advanced Parameters, pilih -r, -fsck-src-part, -v

Pilih -k, karena sejak awal sudah menyiapkan partisi-partisi pada harddisk target

Tekan Enter

Konfirmasi sebelum eksekusi perintah

Konfirmasi terakhir sebelum eksekusi total

Tahap awal kloning

Proses kloning sedang berlangsung

Selesai, tekan Enter kemudian Reboot

Harap diperhatikan saat pilihan advanced parameters, karena pada dasarnya aku hanya ingin mengkloning data, tanpa grub dan MBR nya. Karena nantinya bisa ku install ulang Grub sendiri.

Penting ! CloneZilla hanya bisa menangani kloning dari :
disk/partisi sumber berukuran sama dengan disk/partisi target
disk/partisi sumber berukuran lebih kecil daripada disk/partisi target
jika disk/partisi sumber lebih besar akan muncul error, kadang disk/partisi target terlanjur dihancurkan sehingga perlu me-format ulang tiap partisi

Setelah selesai semua, tinggal mengganti harddisk nya dan viola.,. masih belum bisa booting, soalnya Grub nya belum di install ulang.,. hehe

Read More

Friday, February 25, 2011

Ketika Arch Linux Berulah

  1 comment
February 25, 2011

Segala sesuatu bisa menjadi 'salah', begitu juga dengan sistem operasi -apapun itu- bisa menjadi tidak bisa dipakai baik karena kesalahan yang disengaja maupun tidak. Seperti biasa sudah waktunya meng-update Arch Linux ku, eksekusi Yakuake lalu su, ketik password root, dan pacman -Syu. Sembari menunggu pacman menyelesaikan tugasnya, aku mendengarkan musik dan membaca artikel-artikel dari http://www.tuxmachines.org

Tak lama kemudian pacman meminta konfirmasi paket apa saja yang akan di update, ku tekan Y lalu Enter. Well, berhubung paket yang akan di update lumayan banyak, tentunya untuk mendownload semuanya memakan waktu yang tidak sedikit -alih-alih malu mengatakan koneksiku lemot-.

Setelah selesai, dengan santainya kumatikan laptopku. Esoknya saat akan memakai laptop -lagi-, KDE menampilkan peringatan bahwa driver vga terlalu lambat sehingga secara otomatis efek 3D dimatikan sementara.

Lho kemarin lancar-lancar aja, kok tiba-tiba.,.
Daftar Cek :
1. periksa log pacman di /var/log/pacman.log. Hm kemarin kurang lebih 50an paket yang diupdate.
2. persempit 'tersangka' utamanya. Untungnya KDE memberikan keterangan yang cukup jelas, sesuatu yang berhubungan dengan vga. Dan ketemu dua paket yang paling mungkin, yaitu libgl dan unichrome-dri.
3. downgrade paket, kalau cache paket masih ada di /var/cache/pacman/pkg/, tinggal di downgrade langsung. Namun jika terlanjur sudah dibersihkan -dengan pacman -Scc-, carilah pada mirror server repositori.
4. restart dan perhatikan apakah sukses atau tidak. Jika tidak, ulangi dari langkah kedua.
5. blacklist sementara paket-paket yang bermasalah pada /etc/pacman.conf

Rupanya keberuntungan sedang memihakku, sekali langkah langsung berhasil.
Lalu sebenarnya apa intinya ya?
Biarkan cache paket dalam jangka waktu tertentu, bersihkan berkala atau jika memang perlu karena mungkin suatu saat akan berguna. Perlu juga trial and error ketika mencoba mendowngrade paket, perhatikan output pacman terutama ketergantungan paket. Dalam hal ini unichrome-dri memiliki dependencies terhadap libgl sehingga keduanya harus di downgrade. Dan yang paling penting dari semua itu adalah jangan menyalahkan developer baik upstream maupun downstream, karena pada prinsipnya pengembangan software itu sangat kompleks dan rumit. Bisa saja bugs tersebut hanya berdampak pada hal tertentu saja, namanya juga bugs.,.

Eh BTW, kok mirip sama yang ini ya? Ups KDM Ga Muncul
Eh BTW -lagi-, Linux Mint KDE Edition sudah dirilis lho.,. buat mini-review gak yah.,.

Read More

Qt Untuk Android

  No comments
February 25, 2011

Yeah, akhirnya datang juga. Walaupun tanpa dukungan resmi dari Nokia, proyek komunitas merilis versi alpha dari Necessitas - sebuah Qt SDK untuk platform Android.
Cukup menggembirakan memang, pasalnya berita yang beredar belakangan ini semakin membuat masa depan Qt terasa 'suram'.
Secara tidak langsung Nokia menyatakan akan sedikit demi sedikit 'menghentikan' pengembangan Qt pada desktop dan mobile juga tentunya.
Setidaknya hal ini dapat membawa angin segar bagi komunitas Qt dan KDE.,.

http://sourceforge.net/p/necessitas/home
http://dot.kde.org/2011/02/24/qt-everywhere-community-android-port-announces-alpha-release

Read More

Saturday, February 12, 2011

WTF Nokia?

  4 comments
February 12, 2011

Aku bangun pagi ini dan segera membaca beberapa berita di internet, dan *kejutan*.,.

Nokia bekerjasama dengan Micro**** dan akan memakai wind*** 7 mobile pada produk mendatang.

WTF Nokia!!!

Sebagai KDE user, jelas timbul kekhawatiran besar akan masa depan Qt -KDE dibangun memakai Qt-, saat Nokia mengakuisisi TrollTech dan merilis Qt dibawah lisensi open source sungguh momen yang menggembirakan. Model pengembangan Qt pun lebih terbuka daripada sebelumnya, namun ketika membaca berita tersebut membuatku bertanya-tanya.,. ada apa denganmu Nokia?

Bagaimana dengan MeeGo? MeeGo merupakan aliansi bersama yang dibentuk Nokia dan Intel yang merupakan penggabungan Maemo dan Moblin. Lalu nasib Symbian OS? Sepertinya Nokia tidak percaya dengan apa yang mereka telah bangun dan miliki selama ini. Penetrasi hebat dari Android memang menggerus pasar Nokia diberbagai lini, namun bukan berarti harus berpaling dan berbalik memakai wind*** 7 mobile. Seperti yang kita ketahui wind*** 7 mobile gagal mendominasi pasar, akibatnya aplikasi yang dibuat pun sedikit. Dan kemungkinan Qt dipakai untuk pengembangan aplikasi di wind*** 7 mobile pun rasanya kecil sekali. Lalu apa yang diharapkan dari kerjasama ini?

Lalu apa hubungannya dengan Qt? Jelas ada!
Nokia sebagai pemilik sah Qt masih mengontrol pengembangan Qt, takutnya dimasa mendatang Nokia sudah tidak lagi fokus terhadap Qt.
Beberapa developer KDE pun merasa was-was, walaupun memang saat ini masih terjadi komunikasi antara KDE dan Nokia. Kondisi terburuk adalah kemungkinan mem *FORK* Qt dari Nokia, harapanku sih semoga tidak terjadi. Bahkan pekerja Nokia melakukan protes terhadap keputusan tersebut, terutama pekerja yang berkutat di MeeGo dan Symbian OS.

Bagaimana pun kondisi ini masih dapat berubah, dan sekarang yang bisa dilakukan hanya menunggu.,.

Read More

Sunday, January 30, 2011

Chakra GNU/Linux KDE SC 4.6.0

  No comments
January 30, 2011

Yeah.,. memang agak terlambat dibandingkan dengan Arch Linux, KDE Software Compilation 4.6.0 baru mendarat di repo utama Chakra GNU/Linux. Tapi bukan di repo stabil, melainkan di repo testing. Lho kenapa?

Yak.,. Chakra sekarang menerapkan filosofi Half Boiled, eh salah.,. Half Rolling Release. Jadi untuk beberapa paket software akan menuju repo testing baru kemudian ke repo stabil.

Btw, emang sebaiknya di repo testing dulu, soalnya rilis .0 biasanya selalu ada beberapa bugs yang kelewatan sewaktu masa pengembangan.

Omong-omong -gantinya btw- soal bugs, beberapa serangga yang masih berkeliaran :

- panel plasmoid tidak mengingat posisi plasmoid-plasmoid yang menempel padanya (fixed).
- plasma tidak mengingat posisi folderview plasmoid, tapi tidak terjadi untuk plasmoid yang lainnya (fixed).
- Nepomuk + Strigi + Dbus, pada saat inisialisasi pengindeksan pertama kali memakai resource cpu 100%, khusus yang memiliki banyak file di home (fixed). Bug ini disebabkan oleh Soprano, update terbaru memperbaiki hal tersebut. Catatan : Nepomuk dan Strigi ketika beroperasi memang secara intensif memakai resource CPU, namun tidak terus menerus seperti bug tadi.
- kadang crash saat logout baik restart atau shutdown ketika ada notifikasi yang belum hilang (reproduceable).
- bug yang berhubungan dengan PowerDevil, karena mengimplentasikan uPower sebagai pengganti HAL (reproduceable).

Sementara masih itu saja, enjoy.,.

Read More

Saturday, January 29, 2011

KDE SC 4.6.0

  No comments
January 29, 2011


KDE Software Compilation 4.6.0 telah dirilis.,.

DOT KDE
Official Announcements

Spesifik lebih detail :
Plasma Workspaces
Applications
Platform

Untuk pengguna Arch Linux, KDE SC 4.6.0 sudah tersedia di repo resmi, Ubuntu tersedia di PPA, openSUSE tersedia di OBS, sedangkan untuk pengguna Chakra GNU/Linux masih di testing repo.
Btw, laptopku sudah menggunakan KDE SC 4.6.0 sejak pengumuman resmi rilisnya keluar.,. kudos to Arch Linux Developer's.
Agak sedikit telat mungkin, karena ada sedikit masalah dengan koneksi internetku.

Read More

Thursday, December 2, 2010

OpenSUSE Tumbleweed : Rolling Release

  No comments
December 02, 2010

Menjadi pengguna Arch Linux dan Chakra GNU/Linux sudah tentu menikmati bagaimana suka duka nya Rolling Release Model. Faktanya sistem operasi mayor disamping Linux (Microsoft Windows dan Mac OS) menggunakan Rolling Release atau lebih tepatnya Half Rolling Release. Lalu kenapa hampir semua distro Linux masih menggunakan Fixed Release Model? Pertanyaan itu hanya bisa dijawab developer masing-masing distro.

Sangat kontras memang, perkembangan FOSS secara umum lebih cepat dari pada model lainnya karena sifatnya yang terbuka itu sendiri namun pada sisi yang lain developer distro justru mencari aman dengan menetapkan jadwal rilis distro dalam jangka waktu tertentu. Celakanya dengan alasan yang sama, semua tree repository yang didalamnya berisi ribuan aplikasi juga terkena imbas, tidak menerima update versi hanya bugfix atau security fix saja. Istilah kerennya disebut "Freeze". Pada proses pengembangan distro versi selanjutnya baru akan ditetapkan acuan aplikasi versi manakah yang akan digunakan mendatang.

Hal ini menimbulkan situasi yang kompleks, tidak jarang developer tiap distro mem "back ported" beberapa fitur aplikasi dari versi terbaru sehingga secara tidak langsung menciptakan "forked" dari upstream project. Pelaporan bug tidak serta merta dapat dilaporkan langsung ke upstream project, karena tiap distro memiliki versi aplikasinya sendiri. Kebijakan seperti ini sangat merugikan di kedua pihak baik upstream project dan distro itu sendiri karena terjadi duplikasi tugas. Sudah saatnya bekerja lebih dekat dengan upstream project sehingga semua pihak mendapatkan keuntungan yang sama.

Apakah Arch Linux tidak cukup menjadi contoh sukses dari Rolling Release Model? Belajar dari hal tersebut maka muncul lah inisiatif lain, Half Rolling Release yang dipakai oleh Chakra GNU/Linux Project yang bertujuan menutup kelemahan-kelemahan itu. Keduanya sebisa mungkin memakai aplikasi vanilla dari upstream project dan menekan modifikasi code yang spesifik terhadap distro. Pengajuan fitur baru dan perbaikan bug sudah sewajarnya dilakukan langsung di upstream project.

Sayangnya isu Ubuntu yang akan berpindah ke Rolling Release yang beredar belakangan ini "dibantah" secara tegas oleh developer Ubuntu. Namun pagi ini situasinya sedikit menyenangkan, pasalnya om Greg KH -salah satu hacker top dari openSUSE- berinisiatif mengumumkan openSUSE Tumbleweed Project, yang memungkinkan pengguna openSUSE mencoba Rolling Release. Sebagai pioner openSUSE 11.3 akan menjalani tahap ujicoba, kedepan diharapkan akan siap secara penuh pada openSUSE 11.4 yang sedianya akan dirilis pada Maret 2011.

Lalu apa bedanya Tumbleweed dengan Factory dan Factory-Tested?
Factory selalu mengandung versi paket terbaru yang dibuat oleh maintainers, kadang paket-paket tersebut tidak bekerja secara baik dan menyebabkan mesin gagal booting, disinilah Factory-Tested dibutuhkan. Singkatnya sebelum paket dipindah ke Factory, harus di ujicoba di Factory-Tested terlebih dahulu sehingga diharapkan Factory sebisa mungkin stabil. Tumbleweed akan mengandung versi paling "stabil" dari paket terbaru yang diharapkan dapat bekerja dengan baik.

Sound interesting huh?

Read More

Wednesday, December 1, 2010

Mencoba KDE SC 4.6 Beta 1

  No comments
December 01, 2010

Setelah merombak harddisk laptopku, akhirnya ada ruang kosong untuk distro lain yaitu Ubuntu 10.10, Linux Mint 10 dan Chakra GNU/Linux. Yah bisa dibilang puas lah, secara semuanya sukses di install. Yang agak rewel justru Chakra, perlu sedikit ngoprek biar bisa masuk KDE. Itu hampir sebulan yang lalu, sekarang sudah saat nya mengobrak-abrik lagi.,. Kebetulan KDE SC 4.6 Beta 1 dirilis beberapa hari yang lalu, dan Arch Linux sudah menyediakan repository testing untuk KDE, kyanya openSUSE Factory juga ada, Chakra agak telat sedikit karena ada beberapa kegagalan build beberapa paket, baru kemarin semua paket sukses di kompile. Berhubung sayang jika harus mengganti Arch Linux dari repository stable ke testing, maka Chakra lah yang menjadi korban. Lagipula sejak dari awal Chakra memakai repository testing, jadi ga pa pa lah.

Chakra GNU/Linux Saat Mengupdate Paket KDE SC 4.6 Beta 1

Chakra GNU/Linux KDE SC 4.6 Beta 1

Kelihatan bedanya? selain wallpaper tentunya. Panelnya itu lho ko transparan? Ga salah tuh.,.
Kali ini bukan fake transparan seperti pada KDEMod dulu tapi ini bener-bener transparan. Lalu apa spesialnya? Well buat pengguna graphic card (vga) Nvidia atau Intel sudah pasti menikmati eye candy yang disediakan KWIN sejak dulu. Pengguna AMD/ATI juga bisa menikmatinya walaupun tidak selancar keduanya. Bagaimana dengan pengguna graphic card tanpa akselerasi 3D memadai seperti VIA Chrome9? Yah terpaksa harus menjalankan KDE tanpa efek-efek 3D yang memukau, namun walaupun tanpa desktop effects pun KDE sudah indah tuh.

Ko bisa ya? Well entah apa yang diperbuat developer KWIN sehingga walaupun dengan software rendering pun beberapa desktop effects bisa jalan. Tentunya performa nya kalah jauh dibandingkan dengan hardware rendering seperti pada Nvidia atau Intel. Bukan berarti semuanya berjalan lancar, karena ketiadaan akselerasi 3D jelas rendering nya sangat lambat dan tidak semua fitur bisa diaktifkan. Crash saat mengganti pengaturan di desktop effects pun sering terjadi. Jadi intinya kalau ingin performa stabil matikan fitur ini, segeralah sadar bahwa hardware (graphic card) anda tidak memadai, atau bila perlu lembiru -lempar beli baru-, hehehe.,.

Selain KWIN, hal lain yang menarik adalah icon mimetype yang baru, It's AWESOME.,. Thank's to Oxygen Team terutama om Nuno Pinhero. Sedikit rombakan di System Settings dan beberapa bug yang ditemui KDEPIM yang berbasis Akonadi.,. Manajemen Plasmoid, Activities, Nepomuk Backup dan tentunya bug-bug -lagi- yang masih berkeliaran.,.

Read More

Tuesday, November 30, 2010

Multiversi Kernel Di OpenSUSE

  No comments
November 30, 2010

Menyambung bahasan sebelumnya, tapi kali ini tentang kernel. Ketika terjadi update bugfix kernel Linux pada openSUSE secara default kernel versi sebelumnya akan ditimpa dengan yang baru. Perilaku yang sama juga diterapkan Arch Linux dan Chakra GNU/Linux, bedanya pada Arch Linux terdapat satu paket Kernel Default (kernel26) dan satu paket Kernel LTS (kernel26-lts) serta puluhan Kernel Custom di AUR. Mengingat Arch Linux dan Chakra GNU/Linux memakai Rolling Release Model, maka tidak hanya update bugfix saja yang di timpa tapi update minor juga, misalnya dari versi 2.6.35 ke 2.6.36. Lain hal nya dengan Debian dan turunannya terutama Ubuntu, untuk alasan backup, tiap ada update bugfix kernel yang terdahulu tidak akan ditimpa dengan yang baru dan otomatis menambahkan entry baru di Grub. Saat tulisan ini dibuat Ubuntu sudah mendapatkan satu kali update bugfix kernel, jadi di Grub terdapat dua pilihan Kernel yaitu 2.6.35-22 dan 2.6.35-23.

Lalu apa yang salah dengan hal tersebut? jawabnya tidak ada, hehehe.,. Tapi.,. -lho kok pake tapi?-
Bayangkan -lagi-, setelah capek-capek unduh update paket, mana koneksi lagi lemot sangat, banyak kerjaan, ga ada nyamilan dan sebangsanya.,. setelah reboot eh ternyata -ga pake lagi- kernel yang baru gagal booting.,. Capek deh

Lebih baik ditinjau per distro yah, okelah.,.

Arch Linux dan Chakra GNU/Linux
Idealnya minimal punya dua versi Kernel ter-install, kernel26 untuk dipakai sehari-hari dan kernel26-lts untuk cadangan ketika kernel26 gagal. Tapi pada prakteknya malah lebih dari dua, belum lagi dari AUR yang bisa di kompile manual ada kernel26-zen, kernel26-ck, kernel26-bfs dan lain-lain. Kenapa disebut "ideal"? karena pengguna kedua distro tersebut paling ga udah bergelar ""ahli"" -pake tanda kutip dua kali-, jadi harusnya sudah sadar diri tentang hal itu, tapi kalau ga ya.,. keterlaluan, hehehe.,.

Debian, Ubuntu dan turunannya
Bisa dibilang relatif aman, cuman harus rajin-rajin menghapus paket kernel yang udah uzur, kalau ga entry di Grub bakalan "meriah". Masih kurang rame? install aja custom kernel dari PPA, hehehe.,.

openSUSE
Masuk ke bahasan utama, masih kurang jelas? harusnya udah c.,.

Dengan hak root, edit /etc/zypp/zypp.conf cari entry multiversion = provides:multiversion(kernel) dan uncomment (hilangkan tanda pagar '#') menjadi.

multiversion = provides:multiversion(kernel)

Kelar deh

Read More

Download Policy Di OpenSUSE

  No comments
November 30, 2010

Bukan.,. ini bukan membicarakan tentang cara mengunduh iso image nya openSUSE, tapi berkaitan dengan zypper. Mungkin yang kurang familiar dengan zypper, zypper itu sepadan dengan apt nya distro Debian dan turunannya.

Satu hal yang paling mengganggu di openSUSE adalah kebijakan zypper saat mengunduh update paket atau saat meng-install paket. Zypper akan mengunduh paket satu demi satu sembari meng-install, jadi unduh paket pertama lalu install kemudian unduh paket kedua lalu install dan seterusnya.

Apa yang salah dengan hal tersebut? Bayangkan jika proses tersebut terinterupsi (listrik mati?) sedangkan proses update belum selesai sehingga sistem baru terupdate sebagian. Coba tebak apa yang terjadi kemudian.,. Jika paketnya berkaitan dengan software sistem yang esensial bisa-bisa broken tuh, masih dikatakan beruntung kalau masih bisa mengakses shell, kalau tapi.,.

Untungnya seperti kebanyakan software di Linux, zypper sangat fleksibel sehingga konfigurasinya bisa disesuaikan dengan keinginan pengguna. Dalam hal ini lebih baik zypper mengunduh semua paket terlebih dahulu baru kemudian menginstallnya, seperti pada pacman di Arch Linux dan Chakra GNU/Linux.

Dengan hak root, edit /etc/zypp/zypp.conf cari entry commit.downloadMode dan ganti dengan baris dibawah ini

commit.downloadMode = DownloadInAdvance

That's it.,.

Read More

Tuesday, October 26, 2010

Pindah /rumah

  No comments
October 26, 2010

Sudah menjadi kebiasaan setiap meng-install Distro Linux, partisi home selalu menjadi satu dengan partisi root. Alasannya sederhana karena aku menggunakan Multi-Distro, sehingga tidak ingin dipusingkan dengan partisi home yang terpisah. Namun setelah hampir 2 tahun memakai Arch Linux, rasanya saatnya membutuhkan partisi home yang terpisah. Karena partisi root Arch Linux ku hanya berukuran 20GiB, tentu saja tidak mampu menampung hasil download an ku yang mengantri. Disamping itu perlu juga menata ulang dan menambah partisi baru untuk Distro lain. Rencananya hanya Arch Linux yang memiliki partisi home terpisah.

Awal layout partisi harddisk ku seperti dibawah ini.

/dev/sda1    Fat32  Windows XP 10 GiB
/dev/sda2    Ext4    Arch Linux      20 GiB
/dev/sda3    Ext4    OpenSUSE    5  GiB
/dev/sda4    Extended Partition
/dev/sda5    Ext4    Ubuntu             5  GiB
/dev/sda6    Ext4    Data                70 GiB
/dev/sda7    Swap                           1  GiB

Akhir layout partisi harddisk ku.

/dev/sda1    Fat32  Windows XP 10 GiB
/dev/sda2    Ext4    Arch Linux      20 GiB
/dev/sda3    Ext4    OpenSUSE    5  GiB
/dev/sda4    Extended Partition
/dev/sda5    Ext4    Ubuntu             5  GiB
/dev/sda6    Ext4    ?                       5  GiB
/dev/sda7    Ext4    ?                      10 GiB
/dev/sda8    Ext4    Home              55 GiB
/dev/sda9    Swap                           1  GiB

Untuk urusan penataan partisi aku memakai Distro PartedMagic, dengan bantuan UNetBootin untuk menulis image ke USB FlashDisk.

Langkah-langkah memindah /home dari partisi root ke partisi baru sebagai berikut.

1. Login memakai user dengan hak biasa atau root lewat shell (console)
2. Masuk ke single-user mode (init 1), masukkan password user root
    # init 1
3. Mount partisi target
    # mount /dev/sda8 /mnt
4. Buka /home
    # cd /home
5. Salin semua berkas ke partisi target
    # cp -ax * /mnt
6. Pindah ke direktori root. Ubah home menjadi home.old (terserah), untuk backup. Lalu buat home baru
    # cd /
    # mv /home /home.old
    # mkdir home

7. Edit /etc/fstab dengan memakai vi/vim atau text editor lainnya
    # vim /etc/fstab
   Tambahkan baris berikut, sesuaikan dengan layout partisi dan isikan parameter yang diinginkan
    # /dev/sda8 /home ext4 defaults 0 2
8. Reboot, pastikan segalanya berjalan lancar, jika tidak mungkin ada langkah yang salah. Kemudian hapus /home.old

Read More

Thursday, October 7, 2010

Buktikan Pemakai Linux Lebih Dari 1%

  No comments

Wednesday, October 6, 2010

Ups KDM Ga Muncul

  No comments
October 06, 2010

Selama hampir 2 tahun bisa dibilang baru kali pertama ini Arch Linux ku bermasalah, tapi ga sepenuhnya broken cuman KDM ga tampil sehingga tidak bisa login ke KDE. Login melalui console ga ada masalah, dengan user Root aku membaca /var/log/error.log terlebih dahulu, dan ternyata terbaca dua baris pesan kesalahan.

Received unknown or unexpected command -2 from greeter
Abnormal termination of greeter for display :0, code 1, signal 0

Argh.,. Maksud pesan tadi apa y? Terlalu teknis untuk orang sepertiku yang ga ngerti apa2 soal KDE. Iseng-iseng liat /var/log/pacman.log, hm ada 5 paket yang terupdate hari ini.

tesseract (3.00-1 -> 3.00-2)
ekiga (3.2.7-2 -> 3.2.7-3)
freetype2 (2.4.2-1 -> 2.4.3-1)
apr-util (1.3.9-4 -> 1.3.10-1)
libpng (1.4.3-1 -> 1.4.4-1)

Kira-kira tersangkanya siapa y? Yang jelas bukan ekiga, soalnya aplikasi. Harusnya paket yang berpengaruh pada low level. Daripada pusing-pusing, unduh aja versi sebelumnya dari ke empat-empatnya. Cek Arch Rollback Machine dan repository Arch Linux yang masih menyimpan versi sebelumnya, unduh secara manual lalu Downgrade.

Downgrade libpng dari 1.4.4-1 ke 1.4.3-1, lalu reboot.,. gagal
Downgrade apr-util, lalu reboot.,. gagal lagi
Downgrade freetype2, lalu reboot.,. masih juga gagal
Downgrade tesseract, lalu reboot.,. berhasil! Berhasil berhasil berhasil hore.,. -hehe jadi inget keponakan yang suka nonton Dora-

Rupanya masih belum jera juga, setelah KDE Plasma Desktop muncul, blacklist paket tesseract di /etc/pacman.conf lalu pacman -Syu update lagi.,. Packet freetype2, apr-util, dan libpng terupdate lagi, reboot dan KDM muncul.

Hm hari ini KDE SC 4.5.2 sudah dirilis, dan baru saja masuk ke repo nya Arch Linux, update lagi ahh.,.

Perhatian: pacman -Syu sudah terbukti menyebabkan ketagihan, jika anda meng-update lebih dari satu kali sehari segera periksakan diri ke dokter.

Read More

Saturday, October 2, 2010

Meningkatkan Kinerja Pacman

  No comments
October 02, 2010

Pacman adalah packaged manager yang digunakan Arch Linux. Sebenarnya terdapat beberapa cara untuk memaksimalkan performa pacman, salah satunya dengan mengganti download manager agar mendapat kecepatan maksimal.
Setelah setahun lebih menggunakan wget, rasanya ingin mencoba menggantinya dengan axel.

Caranya cukup dengan mengedit /etc/pacman.conf dan menambahkan baris

XferCommand = /usr/bin/axel -a -o %o %u

Pacman menggunakan axel sebagai download manager

Pacman telah melaksanakan tugasnya

Jika ingin menggunakan download manager lainnya seperti aria2c, wget, curl, snarf, lftp.

wget: XferCommand = /usr/bin/wget --passive-ftp -c -O %o %u
curl: XferCommand = /usr/bin/curl -C - %u > %o
snarf: XferCommand = /usr/bin/snarf -N %u
lftp: XferCommand = /usr/bin/lftp -c pget %u

aria2c: XferCommand = /usr/bin/aria2c --allow-overwrite=true -c --file-allocation=none --log-level=error -m2 --max-connection-per-server=2 --max-file-not-found=5 --min-split-size=5M --no-conf --remote-time=true --summary-interval=60 -t5 -d / -o %o %u

Pastikan aplikasi download manager yang akan dipakai telah terinstall.

Cara yang lain adalah dengan menggunakan wrapper pacman, seperti powerpill, airpac, dan pacget.

Read More

Thursday, September 30, 2010

Haier CE100 Dengan NetworkManager

  No comments
September 30, 2010

Bulan April yang lalu aku membeli modem USB Haier CE100 DualBand CDMA 2001x / EVDO. Dari hasil googling ada seorang Linuxer yg berhasil memakai modem tersebut pada Ubuntu 9.04, tentunya dengan bantuan wvdial dan menurutnya bisa juga di dial lewat NetworkManager. Dengan harapan bisa langsung dipakai dengan NetworkManager aku masukin ke port USB, muncul notifikasi modem CDMA dikenali, konfigurasi provider lalu klik connect. Sembari menunggu sebentar kemudian muncul notifikasi bahwa modem disconected, setelah downgrade versi NetworkManager pun tidak membuahkan hasil.

Akhirnya menyerah juga, wvdial pun menjadi solusi terbaik, sedikit modifikasi /etc/wvdial.conf dan /etc/ppp/options serta udev rules untuk meng-eject otomatis cdrom virtual sehingga modem pun bisa dipakai. Sejak saat itu Arch Linux ku bisa terkoneksi ke dunia maya. Dengan cara yang relatif sama aku terapkan di Ubuntu 9.04, Linux Mint 8 dan openSUSE 11.2 serta openSUSE 11.3.

Beberapa hari yang lalu aku iseng-iseng memakai NetworkManager dengan antarmuka Network Management Plasmoid di KDE SC 4.5.x dan hasilnya ternyata diluar dugaan, sekarang sudah bisa digunakan dengan NetworkManager. Usut punya usut setelah melihat log pacman, pada akhir bulan Agustus kemarin terjadi update paket NetworkManager versi 0.8.1 dan ModemManager 0.4.

Bukannya wvdial tidak terpakai lagi, tapi lebih cenderung berfungsi sebagai cadangan ketika harus melakukan koneksi lewat antarmuka console. Oh ya, sebenarnya NetworkManager juga memiliki antarmuka berbasis console yaitu cnetworkmanager.



Namun ada sedikit masalah, kadang NetworkManager terhubung ke ttyUSB2 yang seharusnya ke ttyUSB0 yang berakibat tidak bisa dipakainya modem. Solusinya sederhana tinggal cabut modem, masukkan ke port lagi atau port USB yang lain. Trik sederhana lain yang bisa dipakai adalah memasukkan modem saat tepat sebelum booting (saat menu GRUB tampil), bisa dipastikan terhubung ke ttyUSB0. Masalah lain yang jarang terjadi adalah tidak munculnya ttyUSB1 dan ttyUSB2, solusinya cukup restart. Kemungkinan terdapat bug di udev atau options.

Bagi pengguna KDE SC, Network Management Plasmoid dan KNetworkmanager biasanya terintegrasi dengan KWallet, fungsinya kurang lebih menyimpan secara aman konfigurasi modem, dan yang mungkin sedikit mengganggu adalah jika KWallet belum aktif akan diminta memasukkan password guna membuka KWallet.

Read More

Thursday, September 9, 2010

Faktor M

  2 comments
September 09, 2010

Wah rupanya udah lama ga menulis di blogq ini, halangan yang berupa faktor m, yaitu males, hehe.,. Bukannya kehabisan ide, tapi malahan ada beberapa hal yang ingin q tulis namun ga kesampaian. Bulan Agustus yang dinanti-nanti telah terlewatkan, setidaknya ga terlambat untuk di tulis, walaupun sekarang udah September.,.

KDE SC 4.5.x

KDE Software Compilation 4.5.0

Rilis yang cukup diantisipasi walaupun KDE SC 4.5.0 terdapat bug-bug yang terlewatkan dari release candidate, untungnya rilis minor bulanan KDE SC 4.5.1 menambalnya. Hampir tidak ada fitur baru yang ditambahkan, melainkan menstabilkan code yang sudah ada dan menyesuaikan tampilan. Yang paling aq suka adalah area notifikasi yang baru, menurutq lebih efisien dari pada area notifikasi yang lama, ditambah dengan icon monochrome di systray terasa cocok dengan tema Air. Namun sayangnya ga semua icon di systray monochrome beberapa aplikasi KDE dan Gnome masih menggunakan icon yang sudah ada. Mungkin ada yang menyukai Web Browser berbasiskan WebKit, sekarang Konqueror bisa memakai engine WebKit. Perubahan yang lainnya tidak begitu tampak secara fisik. Secara keseluruhan I LOVE IT

Arch Linux dengan KDE Software Compilation 4.5.1


Distro
openSUSE 11.3

openSUSE 11.3 saat menjalankan ESET NOD

Beberapa minggu sebelum KDE SC 4.5.0 dirilis, distro openSUSE juga merilis versi terbarunya yaitu openSUSE 11.3. Sebagai mantan pengguna openSUSE, ga ada salahnya mencoba hasil racikan distro bermaskot bunglon ini. Karena males *lagi*, aq mengunduh CD KDE4 Live yang berukuran sekitar 700MiB. Walaupun males, aq masih memiliki kesabaran menunggu unduhan selesai. Selidik punya selidik ternyata aq pelupa juga, ga inget ato pura-pura ga inget kalo DVD Combo laptopq udah tiada, baru inget ketika unduhan udah selesai *duh*.,.

Ga kurang akal, aq coba aja make UNetBootin, terpaksa korban USB Flashdisk Kingstone 1GiB q. Ga lama kemudian proses nulis imagenya selesai, saatnya reboot. Pilih boot ke USB Flashdisk dan.,. *deenk* Grub error

Masih kurang terima lagi, ngubek-ngubek google sampai akhirnya ketemu solusi lain, yah bisa dibilang mirip-mirip UNetBootin, aplikasi ringan bernama openSUSE Image Writer. Tinggal seret iso nya ke aplikasi tersebut, tapi.,. seperti yang aq bilang dari awal terpaksa harus korban USB Flashdisk karena secara otomatis partisi FAT yang lama dihancurkan, dan dibuat dua partisi baru, partisi root dan home. Ya sudah lah udah terlanjur nyeret iso nya tadi, mana ga ada undo lagi.

Dengan tanpa penyesalan aq reboot, boot ke USB Flashdisk dan *viola* YaST installer menunggu untuk dieksekusi. Reformat partisi tempat bersemayamnya openSUSE 11.2 dan instalasi dimulai sampai sukses.

Lho ga ada reviewnya? Hm apa yah.,. openSUSE 11.3 masih memakai KDE SC 4.4.x tapi dengan tambalan di sana sini, maklum lah kebanyakan developernya merangkap sebagai developer KDE juga. Sebaiknya di liat di situs nya saja langsung, udah ada penjelasan fitur-fitur baru pada rilis tersebut *dengan alasan males pula*

Update: Satu hal yang cukup mengganggu untuk rilis kali ini adalah driver vga di set default ke fbdev bukannya vesa, akibatnya tampilannya tidak begitu bagus. Untungnya cukup mengedit konfigurasi X.org, vesa pun bisa dipakai. Dan sialnya kompilasi manual driver openchrome pun gagal. openchrome dikhususkan untuk vga berbasis via, sedangkan untuk vga lainnya mungkin tidak ada masalah berarti. Namun sial untuk temanq yang memakai vga intel karena selalu freeze setelah dipakai beberapa lama. Ada apa dengan X.org openSUSE?

Ubuntu 10.04 dan Linux Mint 9

Ubuntu 10.04

Mundur beberapa minggu sebelumnya dirilis Ubuntu 10.04 yang kemudian disusul Linux Mint 9. Berhubung bukan fans berat, bingung mau nulis apa.,. yang jelas dibandingkan Ubuntu 9.10, Ubuntu 10.04 bener-bener solid dengan integrasi desktop yang baik. Lalu gimana dengan Linux Mint, ga jauh-jauh beda kok dengan banyak tambalan disana-sini menjadikannya patut dicoba. UNetBootin membantuq dalam hal instalasi via USB Flashdisk. Pokoknya keren abis de.,. *kehabisan kata-kata*

Update: Secara ga sengaja, aq memperhatikan aktifitas sistem saat mem-backup data (seperti gambar diatas), "bug" yang selama ini menghantuiq tidak ada pada rilis ini. So what exactly happen? Ketika melakukan operasi menyalin/memindah data dari dan ke harddisk atau flashdisk serta sebaliknya menyebabkan penggunaan CPU hingga 100%. Akibatnya sistem menjadi kurang responsif, sangat menganggu memang. Sialnya dari semua distro yang pernah q coba memiliki perilaku yang sama, kecuali Ubuntu 10.04. Ga ada salahnya menunggu Ubuntu 10.10 yang akan dirilis beberapa hari lagi.

Chakra GNU/Linux

Proyek Chakra resmi berpisah dari Arch Linux

Sepeninggalnya om Jan Matte, pimpinan proyek diambil alih om Phil, dan melanjutkan rencana mem-fork *bahasa indonesia nya apa ya?* proyek Chakra dari Arch Linux. Chakra memakai PKGBUILD dari paket-paket Arch Linux dan mengkompilasi sendiri untuk didistribusikan lewat repository baru. Bundling System pun dibuat untuk melengkapi paket dari repository utama, tapi apaan c itu? Bahasa gampangnya para developer Chakra benci GTK, jadi di repository ga ada aplikasi Gnome ato aplikasi yang memakai library GTK. Untuk menjembatani para user yang tetap ingin memakai aplikasi berbasis GTK, maka dibuatlah Bundling System.

Ko masih belum jelas c hehe.,. Bundling System meniru konsep Aplikasi image nya Mac OS X dan Windows. Intinya suatu aplikasi akan dipaketkan bersama library pendukung dalam satu image yang nantinya di muat secara transparan ketika aplikasi tersebut di eksekusi.

Akhirnya sampai juga pada bagian akhir *perulangan kata*, eh ini sebenarnya review apa review c? *males mode on*

Read More